Hubungan yang dijalin oleh Yuana dan Farhan selama tujuh tahun harus kandas begitu saja
Yuana melihat Farhan yang berselingkuh dengan sahabat karibnya yang bernama Intan
Dan akhirnya Yuana langsung memutuskan untuk pergi
Disaat sedang menata hatinya, ia tidak sengaja bertemu dengan seorang yang tak lain adalah suami dari mendiang kakaknya yang bernama Haris
Apakah Yuana akan menikah dengan Haris atau ia akan kembali lagi dengan Farhan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Jam menunjukkan pukul sebelas malam dimana Yuana baru saja membuka matanya dan ia melihat Haris yang sedang memandang ponselnya.
Yuana mencoba untuk duduk sendiri tanpa bantuan perawatan atau Haris.
"Yuana..." Haris langsung bangkit dan membantu Yuana yang akan duduk.
Disaat Haris akan memanggil perawat, Yuana langsung meminta agar Haris tidak perlu menekan bel.
"Aku ingin pulang Mas, aku tidak mau melanjutkan terapi ini" ucap Yuana dengan tatapan kosong.
"Yuana, Mas melarang kamu untuk pulang. Tinggal beberapa bulan lagi kamu bisa berjalan lagi" jawab Haris.
Yuana menggelengkan kepalanya dan ia tidak mau melanjutkan terapinya.
"Aku tidak mau Mas, kenapa Mas selalu memaksaku? Suamiku sudah tidak ada dan Mas Haris sekarang bukan siapa-siapa aku!" Yuana meminta Haris untuk keluar dari kamarnya.
"Baiklah kalau begitu aku akan keluar dari kamar ini" Haris langsung keluar dari kamar dengan wajah yang kecewa dengan Yuana.
Haris langsung menutup pintu dan ia mendengar Yuana yang langsung menangis histeris. Ia melarang perawat untuk masuk dan membiarkan Yuana melampiaskan amarah dan kesedihannya.
"Apakah ini yang kamu mau Divan? Kamu meninggalkan istrimu dan meminta aku untuk menikah dengannya?" ucap Haris dalam hati.
Haris mengingat disaat di Bandara, Divan mengatakan kalau ia meminta Haris untuk menikah kembali dengan Yuana.
Ia tidak berani mengatakannya kepada Yuana yang saat ini masih dalam keadaan berduka.
Pihak Maskapai penerbangan sedang mencari mungkar saja ada korban yang selamat dari kecelakaan itu.
Mereka meminta Haris untuk bersabar menunggu kabar dari pihak Maskapai.
Mendengar Yuana yang dari tadi menangis membuat Haris harus duduk menunggu di luar pintu. Ia juga menangis ketika adik satu-satunya telah meninggal dunia.
Haris juga sudah memberitahukan kepada Papa dan Mama soal Divan yang mengalami kecelakaan.
Papa meminta Haris untuk menemani Yuana sampai terapinya selesai.
Keesokan paginya dimana perawat melihat Haris yang tertidur di lantai dan ia membangunkan Haris agar pindah ke kursi yang sudah disediakan.
Haris membuka matanya dan ia berjalan menuju ke kamar mandi yang ada disekitar sana.
Sementara itu perawat masuk ke kamar untuk memeriksa keadaan Yuana pagi ini.
Perawat melihat Yuana yang tidak tidur dari semalam sehingga membuat darahnya menjadi rendah.
"Nyonya, anda harus banyak istirahat dan sekarang anda makan dulu" pinta perawat.
Yuana menggelengkan kepalanya dan ia kembali memejamkan matanya.
"Anda tidak mau makan, Tuan Haris juga dari kemarin belum makan. Apa kalian berdua ingin sakit parah?" tanya perawat yang sedikit kesal dengan Yuana dan Haris.
Setelah memeriksa keadaan Yuana, perawat keluar dari kamar perawatan.
Yuana menghapus air matanya dan ia mencoba untuk bangkit dari tempat tidur.
Ia mencoba untuk berjalan sendiri tanpa bantuan perawat ataupun kursi roda yang ada disana.
Yuana meletakkan telapak kakinya perlahan-lahan dan ia mencoba untuk melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah.
"A-aku sudah bisa berjalan lagi" gumam Yuana
Ceklek
Suara pintu yang dibuka oleh Haris dan membuat mereka berdua saling pandang.
Yuana yang kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh ke bawah.
Secepatnya Haris menarik pinggang Yuana dan ia memeganginya dengan sangat erat agar tidak jatuh.
"Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu tidak memanggil ku atau perawat?" tanya Haris yang langsung membopong tubuh Yuana dan menaruhnya kembali ke atas tempat tidur.
"A-aku sudah bisa berjalan, apakah Mas tidak melihatku tadi?" tanya Yuana.
Haris menggelengkan kepalanya karena ia tidak sempat melihat Yuana yang berjalan.
"Aku ganti pakaian dulu dan jangan belajar berjalan tanpa ada yang mendampingi"
Haris mengambil pakaiannya dan masuk kedalam kamar mandi yang ada di kamar perawatan.
Setelah selesai ia mengambil makanan yang sudah disiapkan oleh perawat.
"Ayo kamu makan dulu, aku tidak mau jika kamu nanti sakit" ucap Haris
"M-mas Haris kenapa nggak makan juga?" tanya Yuana yang melihat wajah Haris yang penuh dengan brewok dengan wajah yang kelihatan sangat lelah.
Yuana mengambil sendok dan langsung menyuapi Haris agar mau makan.
Disaat Haris menyuapi Yuana tiba-tiba ia menutup mulutnya.
Huekkk
Huekkk
"Kamu kenapa?" Haris langsung mengambil plastik dan memberikannya kepada Yuana.
Yuana langsung memuntahkan semuanya sampai tubuhnya terasa lemas.
Haris mengambil minyak kayu putih dan menggosokkannya di tubuh Yuana.
"Ayo makan dulu, kamu pasti masuk angin" Haris kembali mengambil makanan itu.
Yuana langsung menutup hidungnya karena tidak tahan dengan baunya.
Melihat Yuana yang seperti itu, Haris langsung memanggil perawat untuk memeriksa kembali kondisi Yuana yang tiba-tiba muntah.
Tak berselang lama perawat datang dan memeriksa kondisi Yuana.
Perawat juga mengira kalau Yuana pasti masuk angin karena telat makan.
"Bagaimana keadaannya? Apakah semuanya baik-baik saja" tanya Haris dengan wajah yang cemas.
"Nyonya Yuana sedang hamil, Tuan" jawab perawat yang segera mengambil obat yang belum Yuana minum dan akan menggantinya dengan obat yang aman untuk kandungan.
Perawat meminta ijin untuk segera mengambil obat yang baru
Haris menatap wajah Yuana yang sedang menitikkan air matanya.
Yuana tidak tahu apakah ia harus gembira atau sedih dengan kehamilannya saat ini.
"Mas Divan kenapa kamu meninggalkan aku sendirian seperti ini? Apa yang harus aku lakukan?" ucap Yuana dengan air mata yang terus saja mengalir deras.
Yuana langsung memeluk Haris dan ia menangis sesenggukan di pelukan Haris.
"Aku tidak kuat jika seperti ini Mas, aku ingin menyusul Mas Divan" ucap Yuana.
Haris menenangkan Yuana dan ia mengatakan kalau Yuana pasti kuat menghadapi semuanya.
Yuana menggelengkan kepalanya dan ia sudah merasa lelah dengan hidupnya.
"Yuana dengarkan aku dulu, kamu masih punya Papa, mama dan aku yang akan menemani kamu" ucap Haris.
"Aku tidak sanggup Mas, aku tidak sanggup," ujar Yuana.
Haris menghela nafasnya dan ia merebahkan tubuh Yuana.
"Jangan banyak bicara dulu dan sekarang kamu ingin makan apa? Kasihan anak kamu" tanya Haris.
"Aku ingin makan bubur ayam saja, apakah disini ada yang jual?" tanya Yuana.
Haris menganggukkan kepalanya dan ia langsung keluar untuk mencari bubur ayam yang diinginkan oleh Yuana.
Segera Haris melajukan mobilnya menuju ke rumah makan Indonesia untuk membeli bubur ayam.
Sesampainya di rumah makan Haris segera memesan bubur ayam, nasi campur dan beberapa camilan khas Indonesia.
Setelah semuanya terbeli Haris kembali ke rumah sakit.
Tak butuh waktu lama untuk Haris sampai di rumah sakit.
"Ayo sekarang kita makan dulu" ucap Haris sambil membuka mangkuk yang berisikan bubur ayam.
Yuana melihat nasi pecel kepunyaan Haris yang sepertinya sangat enak.
"Mas Haris apakah boleh tukar?" tanya Yuana.
"Mau nasi pecel?"
Yuana langsung menganggukkan kepalanya dan ia memberikan bubur ayam kepada Haris.
Haris tersenyum tipis saat melihat Yuana sudah tidak sedih seperti tadi.
"Kamu harus kuat demi anak itu" ucap Haris.
"Iya Mas, maafkan aku yang tadi sudah berkata seperti itu"
Haris meminta Yuana untuk melupakan semuanya dan mulai hidup dengan lembaran baru.
