Gadis badas seorang Mahasiswi berprestasi dan pintar berbagai bahasa, harus berakhir koma karena orang yang iri dengki kepadanya.
Jiwanya masuk ke tubuh seorang istri bodoh, seseorang yang selalu mudah ditindas oleh suami dan mertua serta orang lain.
“Ck! Aku nggak suka wanita lemah dan bodoh! Haruskah aku balaskan dendam mu dan juga dendam ku?“ Tanya si mahasiswi pada wajah si pemilik tubuh yang dia masuki melalui cermin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Yura Terbangun.
Sabrina terbangun di kamar asing, kepalanya sangat berat. Matanya mengerjap dengan perlahan, dia memicingkan mata saat melihat seseorang duduk di sofa tak jauh dari ranjang yang ia tiduri.
Pria itu mengepulkan asap setelah menghisap niko-tin.
“Malam, Nona Sabrina.“ Sapa lelaki itu yang tak lain adalah Dave, kakak Kania.
Tak jauh dari mereka berdua, seseorang seperti sedang merekam keadaan nya disana.
Sabrina meraba kondisi tubuhnya, untung saja pakaian nya masih lengkap dia takut sudah di perko-sa.
“Siapa kamu? Apa mau mu? Kenapa mencu-lik ku?!“ jerit Sabrina.
“Wow! Sabar sayang! Baiklah, karena kita akan menikmati malam ini, jadi kita harus saling mengenalkan diri...“ Dave tersenyum simpul.
Sebenarnya ada rasa takut dalam diri Sabrina, namun dia berusaha mengendalikan rasa takutnya dan ingin terlihat berani.
Aku menyesal nggak menggeluti bela diri! Andaikan aku belajar taekwondo, mungkin aku bisa sepenuhnya percaya diri untuk melawan! Sial! Sabrina mengumpat dalam hatinya.
Dave bangkit dari sofa, dia memakai jubah tidur tanpa sehelai kain pun di dalamnya. Dia sudah bersiap menikmati tubuh Sabrina, tunangan dari Alaric musuhnya.
Dave sudah berada di samping ranjang, dia menarik dagu Sabrina agar wanita itu menatapnya. Kepala Sabrina mendongak, wajah Dave memang sangat tampan dan berkarisma namun terlihat menakutkan.
“Jauhkan tangan mu, bajingaaaan!“ desis Sabrina.
Dave terkekeh, dia baru saja ingin mencium bibir Sabrina namun suara ricuh di depan pintu kamar terdengar ke dalam.
“Vox! Periksa! Kenapa ribut sekali!“ Dave melepaskan cekalan tangannya di dagu Sabrina.
“Baik, Tuan Dave!“
Sebelum Vox pergi memeriksa keluar kamar, dia menyetel otomatis rekaman video di Camera stabilizer di Tripod untuk merekam adegan ranjang diantara Sabrina dan Dave nantinya.
Baru saja Vox membuka pintu... Brukk!
Anak buah Dave terdorong ke belakang hingga tubuhnya masuk kembali ke dalam kamar lalu tergolek di atas lantai karena tendan-gan di dada.
Mata Dave melebar melihat aksi Yura dalam menyerang anak buahnya, dia pun melihat beberapa anak buahnya sudah merintih tergeletak di atas lantai.
Yura masuk dan menen-dang kaki Vox yang menghalangi jalan, dia mendekati Dave dengan pistol di tangan nya dan mengarahkan pada Dave.
“Saya belum pernah menggunakan senjata api, tapi saya pernah melakukan simulasi di dalam game. Sepertinya tidak akan jauh berbeda cara menembaknya, apa kamu ingin saya mencoba padamu untuk pertama kalinya atau... kau lepaskan aku dan teman ku!!!“ ancam Yura masih mengarahkan moncong senpi pada tubuh Dave.
Dave tidak hilang akal, dia berniat menjadikan Sabrina sandera.
Baru saja tubuhnya bergerak... DOR!!!
Yura benar-benar menembak, namun ke arah langit-langit ruangan.
Dave tercengang, tubuhnya tiba-tiba berubah kaku. Ancaman gadis di depannya ternyata bukan ancaman belaka.
“Ini tembakan peringatan, jangan sentuh kami dan lepaskan kami berdua!“
“Aruna... hiksss...“ pertahanan Sabrina jebol juga, wanita itu terisak ketakutan.
“Turun dari ranjang dan kemarilah, Sabrina!“ perintah Yura.
Sabrina pun turun dari ranjang dengan tubuh gemetar, dia berlari secepatnya ke tempat Yura berdiri dengan senjata api di tangan dan berdiri di belakang Yura.
“Ayo pergi, aku udah tau jalan keluarnya!“ Yura memindai sekitar, anak buah Dave masih terkapar di lantai.
Yura menurunkan senjata, dia menarik tangan Sabrina dan mulai berlarian di dalam rumah mewah milik Dave. Yura tetap waspada, dia menjulurkan senjata ke sembarang arah takutnya ada penjahat yang tiba-tiba menghadang.
Sampai di halaman luar, keduanya aman. “Bergerak di depan ku, Sabrina! Cepat!“
Sabrina terengah-engah setelah berlarian, dia menurut dan terus berlari di depan Yura.
Tiba-tiba dari arah belakang salah satu anak buah Dave mengarahkan senjata pada dua wanita itu.
DORRR!!!
“Argghhtt!!“ jerit Yura tertahan, ternyata peluru menembus pundaknya.
“Aruna!!!“ Sabrina berteriak histeris melihat tubuh Yura terhuyung-huyung, wajah Yura sudah berubah pucat.
Yura tetap mempertahankan kesadaran nya, namun apalah daya akhirnya dia tumbang dan terjatuh tak sadarkan diri.
“Akkhhhhhh! Aruna! Tidak! Bangun!“ Sabrina menopang tubuh Yura, dia terus berteriak histeris.
Di dalam sana, Dave baru saja keluar dari kamar dan melihat kejadian penembakan.
PLAK!
Dave menampar wajah anak buah yang menembak Yura, “Kurang ajar! Siapa yang menyuruh mu menembak! Cepat! Bawa ke rumah sakit!“
Dada Dave kembang kempis, ada amarah karena berhasil diancam oleh seorang gadis seperti Yura. Namun dalam hatinya, ada juga perasaan bersalah menyelusup.
.
.
Dua jam kemudian, kabar datang pada Alaric dan Emran. Kedua pria itu datang tergesa-gesa ke rumah sakit tempat Yura ditangani.
“Sayang...“ Lirih Emran memeluk tubuh gemetar Sabrina.
“Mas... Aruna terluka... dia tertembak... a-aku...“
Bruk!
Tubuh Sabrina lunglai dan pingsan dalam pelukan Emran, dia masih bertahan untuk menemani Yura namun saat Emran memeluknya pertahanannya pun lepas.
“Bawa dia dan periksa ke Dokter, Emran!“ titah Alaric, meksipun khawatir dengan keadaan Yura namun Sabrina adalah orang yang berjasa padanya dan dia juga sudah menganggap Sabrina adiknya sendiri.
Kini Alaric sendirian di depan ruang operasi, Yura belum selesai di operasi. Alaric menghubungi seorang kenalannya yang bekerja dalam bidang penyelidikan seperti detektif.
“Halo, Bram. Aku ingin minta tolong kau menyelidiki sesuatu, datanglah kesini! Rumah sakit Bima Sakti!“
Alaric pun mematikan sambungan, namun ponselnya tak lama berdering.
“Halo, Eki? Jika ada masalah pekerjaan, kau handle dulu! Ak___ Apa?! Yura terbangun dari koma!“
Alaric dilema, dia ingin segera menemui Yura yang terbangun setelah berminggu-minggu lamanya. Sementara disini, dia takut terjadi apa-apa pada Yura yang mengisi tubuh Aruna.
.
.
Di rumah sakit tempat Yura terbaring koma, gadis itu telah selesai diperiksa oleh Dokter.
Respons tubuh Yura sangat baik, semua anggota tubuh gadis itu bisa digerakkan.
“Halo, Nona. Anda mengingat siapa Anda?“ tanya Dokter karena benturan keras di kepala saat kecelakaan sudah di operasi, Dokter mengetes apa ingatan pasiennya normal.
Tiba-tiba Yura menggeleng, dia bahkan menatap dengan pandangan kosong.
____
Siapa itu, Roh Aruna kah atau Yura masuk kembali ke tubuhnya?
bodoh bangt tuh laki