Demand adalah seorang petarung maniak dan menakutkan di sekolah Giulietta. Pertarungan selalu ada di depan mata, tanpa pandang bulu, hanya ada perkelahian baginya. Sebuah geng ataupun seorang individu, yang kuat ataupun yang lemah, yang memiliki kuasa atau tidak, semuanya akan dimusnahkan.
Rekannya Miller sedang diculik oleh sekelompok geng misterius, tanpa ragu Demand datang seorang diri ke markas geng tersebut. Dalam beberapa saat geng itu dibuatnya tak berkutik dan hancur dikalahkan olehnya.
Namun ternyata seorang wanita cantik terlibat dalam masalah itu dan juga sedang disandera, ia bernama Lasiana. Seorang wanita cantik dengan karakter pemalu dan baik hati itu membuat Demand mengalami cinta pandangan pertamanya. Tapi... siapa sangka hal itu akan membawanya kepada kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M. Novri Al-zanni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Murid Baru?!
"Apa yang membuatmu! Berpikir bahwa menjadi orang jahat itu lebih baik!" Teriak Miller yang sedang menghajar William dengan tangannya sendiri.
William tak mau kalah dan membalas pukulannya sembari berkata, "Pada akhirnya dunia ini dipenuhi dengan orang busuk. Lebih baik terlihat jahat dari pada berpura-pura baik" ucap William kepada Miller.
"Lalu apakah kau akan menjadi seperti mereka untuk selamanya! Kemana dirimu yang dulu William!" Miller sangat emosional melihat sepupunya berubah seperti ini.
Mereka terus bertarung satu sama lain dan saling membalas serangan. Terlihat jelas dari wajah Miller yang terlihat sangat kecewa kepada sepupunya William yang telah berubah. Sementara itu William tak menunjukkan ekspresi apapun pada wajahnya, wajahnya datar dan terlihat dingin.
"Aku tidak peduli dengan semua omong kosong ini lagi Miller. Aku akan melakukan ini agar aku selamat, hanya itu saja" ucap William yang membuat Miller terdiam dan William segera mengambil kesempatan ini untuk menghajar Miller.
Buagh! William menendang Miller dengan begitu keras hingga Miller terpental dan jatuh tersungkur di atas tanah. Aku yang melihat kejadian itu segera berlari ke arah Miller dan membantunya.
"Miller ... Sudah cukup ... Sepupumu tidak akan pernah kembali" ucapku sambil memegang kedua pundaknya.
"Temanmu benar Miller, jangan pedulikan aku lagi dan mulai sekarang kita akan tinggal terpisah" ucap William yang kemudian pergi meninggalkan kami.
Miller terdiam sejenak dan menatap ke bawah, lalu tiba-tiba saja Miller mengamuk sembari memukul-mukul tanah dengan kedua tangannya. Ia terlihat sangat frustasi dan benar-benar kecewa pada dirinya. Miller merasa kecewa karena tidak bisa diandalkan oleh sepupunya dan bahkan sepupunya sudah pergi meninggalkannya.
Miller segera bangkit dengan tubuhnya yang bergemetar karena penuh luka. Ia menatap William dengan tajam dari kejauhan yang sedang pergi entah kemana. Itu bukan arah pulang ke rumahnya, kemana William akan pergi?! Apakah dia benar-benar akan meninggalkan rumah yang menjadi tempatnya untuk pulang?.
"Lepaskan aku Demand ... WILLIAAAAAAAAAAM!" Teriak Miller sambil berlari dengan sempoyongan ke arahnya.
William segera membalikkan badannya dan bersiap-siap untuk menahan serangannya. Miller kemudian langsung melayangkan tinjunya tepat ke wajahnya. William tidak bisa menghindari serangannya yang terlalu mendadak. Tapi ... Saat itu juga tubuh Miller sudah mencapai batasnya, ia malah terjatuh karena kakinya sudah lemas dan tidak kuat untuk berdiri lagi.
Bruk! Miller terjatuh tersungkur di hadapan William yang sedang dalam posisi bertahan.
"Kalau kau memang benar-benar berubah menjadi seperti mereka. Seharusnya kau menghajarku sampai pingsan atau cacat, atau mungkin yang lebih buruk lagi. Tapi kau tidak melakukannya William" ucap Miller sambil tersenyum dan menatap wajah William.
William terdiam dan tak berbicara, pandangannya tetap kosong seperti sebelumnya. Tapi perlahan-lahan raut wajahnya yang datar itu mulai berubah. William menggerak-gerakan giginya sembari mengepalkan tangannya kuat-kuat.
"Miller ... Kenapa kau tidak membiarkanku saja! Kenapa!. Padahal di saat kau menjadi anak-anak nakal seperti mereka, aku tidak pernah berusaha sekeras ini untuk melarangmu berbuat seperti itu!. Kenapa Miller!" Teriak William yang terlihat frustasi dan dari lubuk hatinya yang terdalam ia merasa sangat bersalah.
"Itu karena aku tidak ingin kehilangan sifat sepupuku yang selama ini aku kenal. Rasanya pasti sangat asing sekali jika sifatmu berubah" balas Miller yang masih tergeletak di tanah.
Aku merasa sepertinya keberadaanku tidak terlalu dibutuhkan di sini. Sepertinya aku sudah boleh pergi sekarang dan kembali ke rumahku. Urusan ini, hanya bisa dilakukan oleh mereka berdua, karena mereka adalah sepupu yang saling mengenal satu sama lain.
Aku hanyalah orang luar yang tidak terlalu mengenal siapa itu William. Jadi mau seberapa keras aku berusaha untuk membujuk William, ia tidak akan pernah mau mendengarkan orang asing sepertiku. Tapi semua itu tidak berlaku jika Miller yang mengatakannya seperti saat ini, William pasti akan mendengarkan orang yang paling dekat dengannya.
Sepertinya aku bisa merasa sedikit lega sekarang dan menghembuskan nafas dengan perlahan. Aku yakin semuanya akan baik-baik saja dan mereka berdua hanya perlu berbicara dan saling terbuka. Aku yakin William tidak akan berubah menjadi anak nakal seperti mereka, karena William memiliki orang yang paling dekat dengannya yang tidak akan pernah membiarkan itu terjadi.
Aku pulang ke rumah dan meninggalkan mereka berdua di sana. Aku turut merasa senang karena hari ini aku melihat banyak orang yang berubah di depan mataku. Mulai dari teman-teman Shania yang kembali menjadi akrab dengannya dan kemudian William yang mungkin ia akan tetap menjadi seperti William yang aku kenal.
Besok paginya aku terbangun, dan segera beranjak dari kasurku untuk membuka jendela. Udara di pagi hari terasa sangat segar di tambah dengan sinar matahari yang perlahan mulai muncul. Kemudian aku membereskan kamarku seperti yang biasa kulakukan.
Melakukan rutinitas seperti yang biasa kulakukan setiap bangun pagi. Seperti membereskan kamar, mengurus kebun di belakang halaman rumah, mandi kemudian sarapan di pagi hari bersama dengan kakek. Setelah itu aku berangkat ke sekolah seorang diri dengan hati yang tenang.
Aku melihat Miller datang di kelas lebih dulu dariku dan dia sedang duduk di bangku. Aku menghampiri Miller yang sedang asik sendiri memainkan pulpen di tangannya. Aku menepuk pundaknya dari belakang dan membuatnya terkejut.
"Hei, bagaimana kemarin?" Ucapku yang penasaran.
"Kau akan tahu sendiri nanti" ucap Miller yang membuatku bingung.
Aku langsung berpikir apakah kemarin mereka masih terus berkelahi?. Apakah mereka masih meributkan hal itu, dan William tetap akan pergi menjadi anak nakal seperti mereka?. Melihat Miller seperti itu membuatku merasa tidak enak kepadanya. Seharusnya aku tidak perlu bertanya kepadanya, mungkin hatinya terluka karena aku bertanya.
Kemudian seorang guru masuk ke kelas setelah waktu belajar tiba.
"Baiklah anak-anak ... Hari ini kita kedatangan murid baru. Tolong perlakuan dia dengan lembut ya, silahkan masuk nak" ucap pak guru yang mempersilahkan seseorang masuk.
Entah kenapa aku merasakan firasat yang sangat buruk dalam sekejap mata. Deg! Deg! Deg! Jantungku langsung berdebar kencang dan mataku fokus kepada pintu kelas. Pikiranku langsung kacau karena teringat momen ini sama seperti kedatangan Luise di kehidupanku sebelumnya.
Murid baru itu masuk dengan langkah kakinya yang besar, "Selamat pagi semuanya ... Apa kabar hari ini?. Baiklah kalau begitu izin perkenalkan diri namaku ... William" ucap murid baru tersebut yang ternyata tidak lain dan tidak bukan adalah William?!.
Aku sangat terkejut begitu aku tahu ternyata murid baru itu adalah William dan bukannya Luise. Seketika jantungku berhenti berdebar-debar, rasanya tadi jantungku mau copot jika yang datang adalah Luise. Tapi syukurlah ternyata yang datang adalah William dan bukannya Luise..
Aku bisa bernafas dengan benar lagi sekarang dan pikiranku jadi tenang. Jadi mulai saat ini, William adalah salah satu keluarga baru kami yang ada di sekolah ini. Mulai sekarang akan ada banyak momen yang terjadi pada kami karena kedatangan William.
Selamat datang, William.