Anggita Dewi Asmara setelah kehilangan kedua orang tuanya ,kini Anggita tinggal memiliki seorang adik bernama Anjas Dwi Bagaswara adik laki laki satu satunya yang ada di dunia ini .
Namun , satu tahun yang lalu , Anjas divonis menderita jantung koroner hingga di haruskan menjalani perawatan intensif yang membutuhkan biaya ratusan juta setiap bulannya . dan Anggita tidak memiliki uang sebanyak itu , setelah keluarganya hancur dan menjadikan dirinya dan adiknya harus menjalani kehidupan yang sangat sederhana .
dan suatu hari datang seorang pria datang mengulurkan tangan padanya . dia bernama Maxsim putra Samudra , seorang presdir BIRTH AND MEETING GROUP . Yang memang sedang membutuhkan seorang istri kontrak untuk menghindari perjodohan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34 kegelisahan
Tampak pria berwajah oriental dengan alis yang tebal itu duduk di meja makan sambil menghadap mangkuk berisi mie sayur buatannya .
Anggita tercengang , mungkin dia tidak pernah memasak selama tinggal di vila ini . Paling tidak, tahu sedikit jika Maxsim tidak menyukai makanan instan . Mereka malam ini memasak mie instan karena tidak ada bahan makanan yang tersisa . Tidak pernah berpikir Maxsim benar benar duduk di meja makan untuk menikmatinya .
"Kenapa hanya diam ? Apa tidak lapar? ."seru Maxsim .
Seruan Maxsim menyadarkan Anggita dari lamunannya . Anggita bergegas melangkahkan kakinya menuju ke kursinya .
"Aku sangat lapar , bahkan makan siang aku tadi tidak sempat aku habiskan . Semua gara gara kamu yang muncul tiba tiba ." keluh Anggita dalam hati .
Maxsim hanya menatapnya , lalu mulai menyuap mie itu ke dalam mulutnya . Pada saat itu dia benar benar memakannya dan tidak melewatkan setiap makanan yang ada di dalamnya , tidak ada yang di sisakan sama sekali , benar benar habis dan bersih .
Anggita bahkan masih ada sisa setengah dan di buat bingung oleh sikap suaminya ." bukankah dia tidak menyukai makanan instan ? Terus ini apa , apa jangan jangan dia sangat kelaparan sehingga tidak peduli lagi dengan makanan yang jadi pantangannya .
Anggita merasa menemukan jawaban yang masuk akal . Seseorang mungkin dapat menahan semua keinginan nya , tapi tidak dengan rasa lapar dan buang air besar .
"Aku dengar dari Bi Indah . Kamu yang menyiapkan makan malam ."
Eh...
Anggita mengangkat wajahnya untuk menatap Maxsim . Tapi tidak mengatakan apa pun atau mencoba menjelaskan atau melakukan sesyatu .
Maxsim kembali bicara ." kamu melakukan ini semua , apa karena merasa bersalah ?"
"Rasa bersalah ? " batin Anggita .
Anggita yang tidak mengerti hanya memiringkan kepalanya dengan bingung . Dia mencoba mencerna kalimat Maxsim .
Namun melihat kebingungan Anggita , raut wajah Maxsim secara bertahap menggelap .
"Tidak merasa bersalahkah ? Wanita ini bahkan setelah semua ini , tidak tahu kesalahannya sendiri di mana .?! . Maxsim langsung berdiri dari kursinya lalu meninggalkan ruang makan tanpa sepatah kata pun.
Tentu saja hal ini membuat Anggita menyipitkan mata . Membuat dia tidak bernafsu menyantap makanannya lagi .dia segera menyusul Maxsim yang ternyata mengunci diri di ruangan kerjanya .
Tok tok tok
Maxsim bergeming walau mendengar suara ketukan di pintu yang di ketuk oleh Anggita . Dia fokus dengan laptop kerjanya untuk beberapa waktu . Menikmati teh yang sebelumnya di siapkan oleh Bi Indah .
Dua puluh menit kemudian masih terdengar lagi suara ketukan di pintu . Maxsim mengambil remot yang ada di samping laptopnya lalu menonaktifkan kunci otomatis yang membuat pintu terbuka .
Pada saat itu dia juga secara otomatis menatap Anggita . yang tidak terduga saat ini Anggita mengenakan gaun malam yang sangat indah . Bahkan menghias diri nya hanya untuk bertemu dengan suaminya .
Tidak di pungkiri tindakan Anggita ini berhasil memprovokasi Maxsim yang sejak tadi menahan hasratnya .
Maxsim langsung mematikan laptopnya lalu membawa Anggita ke arah sofa . Berawal dari sentuhan ringan perlahan wajah mereka bertemu , menatap satu sama lain dengan nafas memburu .
Pada saat ini Anggita memiliki kesempatan untuk mencari tahu kesalahannya . Dia membisikan kata kata nakal tepat di telinga suaminya .
"kamu ingin tahu kesalahanmu .?" tanya Maxsim dengan suara serak .
Anggita menganguk ." ya beritahu aku "
Maxsim menaikan alisnya , bukannya memberitahu langsung malah kembali mencium Anggita sampai membuatnya kehabisan nafas hingga wajahnya memerah pucat . Bahkan setelah itu dia masih menyiksa Anggita . Tidak membiarkanya mengambil nafas barang satu detik pun .
Anggita berusaha melayani Maxsim , Dia berusaha mengikuti arus . Tetapi Maxsim malam ini benar benar berbeda , sama seperti ciumannya tadi , dia sangat kasar .
Di matanya masih terpancar kemarahan , seolah dirinya baru saja melakukan kesalahan yang amat sangat fatal terhadapnya .
Dua jam kemudian setelah selesai melakukan nya Maxsim memunguti pakaiannya sambil berdiri membelakangi Anggita ." Siapa laki laki itu ."
Deg !
Jantung Anggita seakan mau berhenti berdetak mendengar pertanyaan Maxsim yang tiba tiba .Dia ingin mengatakan sesuatu tapi seolah ada sesuatu yang menyumpal di mulutnya .
Maxsim berlahan membalikkan badannya . Matanya setajam elang dan menatap seperti akan memakannya hidup hidup . Apa yang di khawatirkan Anggita benar benar terjadi . Maxsim melihatnya saat di restoran . Terlepas mereka ada di sana hanya untuk makan . Tapi siapa yang akan percaya jika mengatakan begitu .?
"Aku sudah memeriksa pria itu , namanya Boy Candra..."
"kami hanya teman ." Anggita segera memotong ucapan Maxsim saat dia akan mengatakan sesuatu tentang Boy . Bukannya mengkhawatirkan Boy . Dia hanya tidak ingin Maxsim salah paham .
" hanya teman ." Maxsim menggantung kalimatnya seperti ada keraguan di sana .
Anggita segera menjelaskan ." kami sudah tidak bertemu sejak sepuluh tahun yang lalu . Kami baru bertemu kembali beberapa hari sebelumnya , selain itu kami hanya makan siang . Tidak ada hal atau tujuan yang lain ."
Maxsim mengangkat dagu Anggita agar menatapnya . Setelah saling bertatapan untuk waktu yang lama , Maxsim segera melepaskannya .
"Anggita Dewi Asmara kamu adalah istri Maxsim samudra . Tidak ada pria lain yang berhak menyentuhmu kecuali aku , kamu harus mengingatnya itu ."
Anggita hanya memandang punggung Maxsim yang pergi setelah mengatakan hal itu . Anggita sungguh tidakbisa memahami kalimat suaminya . Maxsim mengatakannya begitu emosional sehingga Anggita merasa peringatan itu murni dari perasaannya . Namun saat kembali mengingat kontrak pernikahan mereka yang hanya berlaku dua tahun , sepertinya dia hanya ingin menjaga nama baiknya saja ,kan?
"Anggita , bukankah kamu tahu dalam kontrak di jelaskan , tidak boleh mencampurkan perasaan ? Kenapa kamu sangat lemah ? baru satu tahun dan kamu sudah terpedaya olehnya .?" Anggita memejamkan mata untuk menenangkan kegelisahannya . Dia tidak tahu sejak kapan perasaan ini muncul dalam hatinya . Membuatnya berharap jika pernikahan ini akan bertahan lebih lama bahkan tak pernah berakhir .
Sayang sekali ketika mengingat isi kontrak tersebut . Anggita harus menimbun perasaannya dan memendamnya agar tak tumbuh semakin besar kedepannya . Dia harus bersikap profesional. Melakukan apa yang seharusnya dia lakukan , mengikuti kesepakatan yang telah di setujui sejak awal .
***
Anggita bangun pagi seperti biasa , turun ke lantai bawah sambil menenteng tasnya dan juga sudah mengenakan kemeja siap untuk berangkat kerja .
"Nyonya tidak sarapan ." Bi Indah berlari dari arah dapur saat mendengar Anggita akan berangkat kerja .
Anggita melihat jam di tanganya . Kemudian menggelengkan kepala ." Aku tidak lapar ." ucap Anggita .
Tampaknya Bi Indah mengerti diapun berniat kembali ke dapur untuk mengurus makanan yang telah di buatnya .
"Tunggu Bi Indah ." panggil Anggita setelah menginggat sesuatu .
"Bagaimana dengan hari ini ? Apa Reymond sudah memberi kabar ?
Mendengar pertanyaan itu seketika membuat Bi Indah mengangkat wajahnya . Pertanyaan yang sama yang di tanyakan beberapa hari belakangan . Tapi ia sendiri tidak tahu bagaimana harus menjelaskan .