NovelToon NovelToon
Biarkan Aku Menyerah

Biarkan Aku Menyerah

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Romansa / Penyesalan Suami
Popularitas:9.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Pasha Ayu

Dalam rumah tangga, CINTA saja tidak cukup, ... Masih diperlukan kesetiaan untuk membangun kokoh sebuah BIDUK.

Namun, tak dipungkiri TAKDIR ikut andil untuk segala alur yang tercipta di kehidupan FANA.

Seperti, Fasha misalnya; dia menjadi yang KEDUA tanpa adanya sebuah RENCANA. Dia menjadi yang KEDUA, walau suaminya amat sangat MENCINTAI dirinya. Dia menjadi yang KEDUA, meski statusnya ISTRI PERTAMA.

Satu tahun menikah, bukannya menimang bayi mungil hasil dari buah cinta. Fasha justru dihadapkan kepada pernikahan kedua suaminya.

Sebuah kondisi memaksa Samsul Bakhrie untuk menikah lagi. Azahra Khairunnisa adalah wanita titipan kakak Bakhrie yang telah wafat.

Tepatnya sebelum meninggal, almarhum Manaf memberikan wasiat agar Bakhrie menikahi kekasihnya yang telah hamil.

Wasiat terakhir almarhum Manaf, akhirnya disetujui oleh Bakhrie dan keluarganya tanpa melihat ada hati yang remuk menjadi ribuan keping.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AYAK TIGA

"Sarapan dulu, Mas."

Pagi- pagi sekali Azahra sudah berkutat dengan dapur. Alhasil, di pagi hari begini Bachrie pun sudah disuguhi nasi goreng.

Azahra suka memasak, yang pasti, meski belum bisa memuaskan di atas ranjang, Azahra pandai dalam hal menyenangkan perut suaminya, karena sejauh Bachrie menikah dengan Fasha, Fasha tak pernah memasak.

Fasha lahir dari keluarga kaya raya, jangankan untuk memasak, bahkan kuku- kukunya pun tak dibiarkan terkena minyak. Lagi pula, selama ini Bachrie tak pernah menuntut.

Tanpa tahu, yang sesungguhnya, ternyata disiapkan sarapan pagi dan kopi setiap hari itu menyenangkan. Lihat saja cara lelaki itu tersenyum sambil mengucapkan.

"Terima kasih."

"Sama- sama, Mas." Azahra juga tersenyum.

Meski pernikahan mereka tidak didasari oleh cinta, Azahra menyukai bagaimana Bachrie memperlakukan dirinya. Sejauh ini Bachrie tidak pernah mengtakacuhkan keluhannya.

Tanggung jawab adalah deskripsi yang tepat bagi seorang Bachrie. Karena meski tidak digauli, Bachrie peduli pada istri keduanya.

"Kenapa?" Lihat, cara Bachrie menyentuh perutnya sesaat setelah ia menunjukkan rintih dan desis kecil. "Sedikit mulas, Mas."

"Kamu duduk dulu." Bachrie bangkit dari kursinya, lalu meraih minum yang akhirnya diteguk oleh Azahra.

Biasanya, saat keram dan mulas, Azahra memintanya mengusap perut. Maka, hal reflek itulah yang kemudian dilakukan oleh Bachrie.

"Dia nendang!" Bachrie terlonjak antusias, bahkan matanya membulat saking kagetnya.

Azahra tertawa karena bayinya tahu cara menyapa ayahnya. "Dia sapa kamu, Mas!"

"Dia lucu sekali." Bachrie tersenyum sambil mengelus perut Azahra. Alangkah bahagia mungkin jika Fasha juga hamil seperti ini.

Senyuman itu, rupanya dilihat sepasang mata yang berkaca-kaca. Fasha sudah berdiri sejak lama menyaksikan suaminya bersenda gurau bersama Azahra. "Ehm!"

Bachrie melepas tangannya. Tentu saja, dia ingin menjaga perasaan Fasha. "Sayang, mmh, ke sini sebentar, sebelum berangkat kita sarapan dulu, Zahra bikin sarapan."

"Biar Zahra yang ambilkan." Azahra bangkit untuk meraih piring, tapi kemudian ditepis oleh mertua yang baru saja hadir.

"Tidak perlu diambilkan segala! ... Kamu istri Bachrie, bukan pembantu! Selain suamimu, kamu tidak perlu melayani seseorang!"

Fasha hanya menatap drama ini, lalu berbalik arah untuk masuk lagi ke kamar sebelum niatnya diurungkan oleh Bachrie.

"Mau ke mana, Yank?"

Fasha harus kembali menatap suaminya, agaknya Bachrie mulai kesal. Yah, setiap kali ibunya ngomel dan Fasha memberikan kesan tidak sopan, Bachrie kesal padanya.

"Acha puasa hari ini."

"Puasa?" Bachrie bahkan baru tahu pagi ini karena semalam tak ada izin. "Kenapa nggak minta izin mau puasa hm? ... Sudah lupa caranya jadi istri yang baik?"

Memang rendah nadanya, tapi kalimat itu berhasil menusuk hati. "Makan, aku tidak mengizinkan mu puasa sunnah!" kata Bachrie.

Fasha menghela napas panjang, lalu duduk di kursi yang ditarik suaminya. Dia harus makan atau Bachrie akan berceramah setelah ini.

Sudjatmiko datang, lelaki tua itu sudah membawa gunting rumput. "Hari ini kalian jadi pulang ke Indonesia, Cha?" tegurnya.

"Jadi Abah." Fasha tersenyum menyapa ayah mertua yang baik.

Yah, sejauh ini, Sudjatmiko lah yang selalu membela Fasha disaat Bachrie sendiri tak berkutik oleh dekrit ibu mertuanya. Bachrie definisi anak yang amat sangat patuh.

Namun, ketika masalah Azahra dimunculkan bersama kematian putra sulungnya, tepatnya ketika keluarga Azahra meminta pertanggung jawaban, Sudjatmiko tak mampu berbuat banyak.

"Salam buat orang rumah ya, Cha."

"Baik, Abah," ucap Fasha. Dan lelaki tua itu ngeluyur keluar untuk membereskan taman belakang rumah baru putranya. Benar, ini rumah Bachrie yang baru tiga bulan ditinggali.

"Makan, Cha," titah Bachrie. Sebentar lagi mereka ke bandara, setidaknya Fasha tidak akan mengeluh lemas di jalan.

Baru saja mulai menyendok nasi, gerutuan mertua mengudara. "Orang istri keduanya mau melahirkan, istri pertama malah sibuk minta pulang! Kadang heran Ummi!"

Fasha tak jadi makan, apa lagi Azahra mulai melenguh sambil memegangi perut. "Ah, Mas, Ummi, tolongin Zahra!"

Bachrie reflek menoleh, lalu mencurahkan segala perhatian padanya. "Keram, Mas! Sepertinya Zahra mau melahirkan."

"Kita ke Rumah Sakit!" Segera Bachrie ambil tindakan, menggendong istri hamilnya untuk dibawa keluar rumah. "Sayang, kamu yang bawa mobilnya!" teriaknya.

Fasha bukan hanya tak jadi sarapan, ia juga perlu menolong Bachrie untuk membawa mobil karena kebetulan mereka belum dapat seorang sopir di Dubai.

Tak terkecuali Fatima, semuanya berlari keluar rumah. "Ummi bilang apa! Harusnya kemarin, kita nggak perlu pulang dari Rumah Sakit, lihat, gara gara kamu mau menuruti kemauan istri pertama kamu, kita jadi repot begini!"

"Sudahi dulu menyalahkannya!" Bachrie menegur ibunya pada akhirnya. Keadaan tengah kalut, sempat sempatnya Fatima mengungkit hal yang telah lalu.

Fasha bukan wanita yang bisa buru- buru karena wanita itu ratunya lelet. Hal yang membuat Fatima semakin geram.

"Cepat sedikit, Fasha! ... Sebentar lagi kamu juga punya anak dari Azahra! ... Jangan loyo! ... Takut Zahra melahirkan di mobil!"

Fasha tak peduli omongan Fatima, dia hanya fokus masuk dan meraih kemudi. Bachrie di belakang bersama Azahra layaknya suami dan istri yang saling mencinta sementara Fasha hanya seorang sopir biasa.

"Kamu ingat jalannya kan, Yank?"

Bachrie tampak panik. Jujur, dimulai dari pagi tadi, baru pertama kalinya Fasha melihat langsung bagaimana kepedulian Bachrie kepada Azahra.

Biasanya, Fasha tak pernah melihat saat Bachrie dan Azahra bersama. Karena sejauh ini, Bachrie hanya mendatangi Azahra saat Azahra mulas dan butuh bantuannya.

Justru, Bachrie sendiri lebih banyak waktu bersama Fasha selama ini. Ternyata, Bachrie juga bisa menunjukkan kepedulian yang sama ketika bersama Azahra.

"Ah, Mas, sakit!"

Azahra meremas lengan Bachrie yang mengusap kepala berkerudungnya sambil berkata menenangkan. Tangan Fasha kian gemetar, rasa cemburunya mulai menyeruak ke dalam rongga dada.

Namun, meski demikian bercampur aduk rasa hatinya, Fasha tetap membawa mobilnya untuk melaju perlahan. Yah, Fatima di sisinya terus merutuk seperti kebiasaannya.

"Perjuangan ibu melahirkan itu memang begitu, nyawa taruhannya, makanya besok- besok jangan buat suamimu durhaka, Zahra! Jangan coba- coba pengaruhi suamimu buat menjauh dari ibunya! Biasanya, wanita yang tidak pernah merasakan yang namanya melahirkan, akan sulit memahaminya!"

Sontak, Fasha mengerem laju mobilnya setelah tak cukup sanggup mengendalikan tangan dan matanya agar fokus pada jalanan.

Perih, kata- kata mertuanya amat sangat pedih dirasakan olehnya. Telinganya berdenging cukup keras karena dia mengira, itu bukan wejangan untuk Azahra melainkan sarkasme untuknya.

Dia sampai lupa jika dia sedang membawa ibu hamil yang akan melahirkan, bahkan tak mampu mendengar ocehan Fatima yang masih mengeluarkan kata mutiaranya.

"Kenapa berhenti?!" Fasha terjaga. Hingar bingar di sekelilingnya mulai terdengar kembali setelah tepukan Fatima.

Bachrie tahu, istrinya tersinggung dengan kalimat ibunya, sementara Azahra sudah cukup kesakitan di sisinya. "Tolong ibu diam dulu. Biarkan Acha fokus menyetir."

1
Yolia Agustina
Luar biasa
Nenie Chusniyah
luar biasa
Nurlaelawati
Luar biasa
Qhii
lahhhh.....malah silang menyilang njirrr
Qhii
yaelah.....muter² doang dunia nabil mahhh
Ricis
Iki piye toh, kok ruwet temen kisahe Nabeel
Isnani Murti
lanjut thor, aku padamu...
Lita Pujiastuti
Bachrie, itulah yg dirasakan Fasha saat melihatmu bersama Azahra di ruang kamar utama. saat masih jd istrimu....skrg kamu merasakan sakit, pdhl sdh tdk ada hub apa² lg....
Haida Royana
Terimakasih kk Auuthor tisunya...sangat menyesakkan dada
Rini Andriyani
Luar biasa
Rini Andriyani
Lumayan
Lita Pujiastuti
Digetunono wes ra guno, Bachrie....ikhlasno ae ....kadung jeru leh mu natoni Fasha....
Ricis
bela²in baca maraton cerita ini dlu biar nyambung nanti pas mau baca sequel nya 😄
Retno Budhihartati
Luar biasa
Yuyun Yuningsih
bagus top markotop acha
Joel
punya mertua kaya gitu perlu diracuni biar bisa cepat ketemu yang maha kuasa...🤣🤣🤣🤣
Isma BilqisAlzea
Luar biasa
Lita Pujiastuti
Ingat Bacrie...jika apa yg kamu sia² kan telah dipungut oleh org lain, maka penyesalanmu tiada artinya...
Novita Ae
Luar biasa
Isnani Murti
si Bachrei sudah gila kale...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!