"kita kenapa sih milih eksplor ke desa plosok?" tanya maya.
"aduh lo bego apa gimana sih, kita kan jual konten horor misteri. ya kita harus pergi ke desa desa yang plosok dan terbelakang lah. mikir bloon," maki saki.
"diem diem, jadi kita ber empat ini fix ya pergi ke desa pancuran di kaki gunung kawi. Ada yang keberatan gak?"
.....
"lo yakin itu manusia? kenapa bungkuk begitu? dagu sama lutut aja sejajar anjir!"
"jangan ngomong kasar disini, bego lu," maki sintia.
"sorry sorry gue lupa,"
.....
"woy woy saki kesurupan anjir pasti gara gara ngomong kasar dia!" teriak sintia.
"lah lo barusan?"
"omg!!!! gak gak gue gak sengaja," teriak sintia histeris.
....
"gue mau pulang, gue mau pergi dari sini," tangis maya sambil bersembunyi di balik pohon beringin.
selengkapnya>>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mermaidku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 24
Farel tengah bersantai di pos kamling, di temani segelas kopi dan camilan yang ia beli di warung. Tanpa merasa sedih atas kehilangan Sintia, ia sibuk memainkan game di ponselnya.
"Alah noob!"
Farel sibuk berteriak, di keadaan tegang, santai, kalah atau menang mulutnya tak berhenti bersorak. Ia heboh sendiri karena permainan di ponselnya, sampai beberapa warga yang lewat memandang sinis ke arahnya.
"Gak tau malu," bisik ibu-ibu yang lewat di depan pos kamling, sambil memandang farel mereka terus bergosip.
"Apa sih? Dari tadi yang lewat liatin gue mulu, kenapa gue?" tanya farel pada dirinya sendiri.
"Dion! sini..." panggil farel saat melihat dion melintas.
"Kenapa?"
"Ayo main, lo punya hp gak?" tanya farel.
"Gak, lagian aku mau ke sawah. Oh ya gak malu kamu heboh sendiri disini?"
"Ngapain malu? Orang gue cuma main game kok, lagian gue gak teriak sekenceng itu," jawab farel tak peduli.
"Temen mu kan baru aja di kubur kok kamu biasa aja sih? Lagian kan kamu yang bikin dia meninggal, kok masih ada muka buat keluar rumah?" tanya dion.
"Gue yang bikin mati? Orang dia jatuh sendiri kok gue yang di salahin, aneh lo!" kesal farel.
"Kan kamu yang ngajak temenmu itu pulang, ngeyel banget di bilangin. Mending kamu balik ke rumah sebelum di usir sama pak kades, gak tau malu!" maki dion yang sudah terlewat kesal.
Awalnya dion menganggap jika farel memang berusaha menyembunyikan rasa sedihnya, tak seperti maya dan saqi. Namun semakin di lihat, farel memang tak merasa sedih sedikitpun, bahkan menyesal pun mungkin tidak.
"Apa sih! Udah sana sana kalau gak punya hp, gak usah ceramah."
Dion berlalu pergi, sedangkan farel terdiam melihat punggung pria itu, "Kenapa nyalahin gue sih, orang gue gak ngapa ngapain,"
......................
"Aku boleh tau gak mbok?" tanya maya.
"Sebenernya dulu itu dia pemuda yang pemberani, dia juga pinter bela diri seperti arya. Tapi dia salah jalan, ilmu bela dirinya di gunakan untuk menindas orang termasuk keluarganya sendiri. Dia juga egois bahkan tidak pernah hormat sama orang yang lebih tua. Semua orang takut karena dia ringan tangan, gak peduli siapa yang salah, pasti di hajar," jelas mbok indri, ia menarik kursi di depan maya untuk duduk.
"Dia gak takut sama mas arya mbok?"
"Gak, dia gak takut siapa siapa. Mereka berdua justru sering adu ilmu karena bisma itu sombong, dia gak mau ada orang yang lebih hebat selain dia. Sampai hari itu dia gak terima karena waktu berburu ayman dapat rusa yang lebih besar daripada milik bisma. Waktu itu bisma masih umur 16 tahun, sedangkan ayman itu umurnya sudah 45 tahun. Ayman itu dulu calon suamiku," mbok indri meremas tangannya seakan mencoba menguatkan hatinya.
"Bisma kan sekarang baru umur 24 tahun jadi itu kejadian baru 8 tahun yang lalu ya mbok? Tapi umur mbok indri kata mas arya sudah 67 tahun berarti waktu kejadian mbok indri umur 59 tahun?" tanya maya.
"Iya memang, mbok dari dulu itu gak berniat menikah. Tapi ayman yakinin mbok untuk membangun rumah tangga sama dia, memang dulu jadi omongan karena umur udah tua baru mau menikah. Anak pun gak akan punya, tapi aku gak peduli,"
"Berarti tua mbok ya daripada pak ayman...."
"Iya, waktu itu ayman kan sudah tua, harus menghadapi bisma yang waktu itu masih muda dan menggebu-gebu kalau soal kemenangan. Kalah tenaga, dan gak ada orang yang bantuin saat itu karena emang gak ada orang lain disitu. Ayman di hajar habis habisan saat itu, sampai gak bisa jalan. Tapi waktu itu gak ada orang yang bisa kasih sangsi ke bisma, kusna pun hanya bisa memberi ganti rugi,"
"Tapi mbok, kalau di lawan bareng bareng emang bisma bakalan tetep menang?" tanya maya.
"Orang yang punya ilmu bela diri itu bukan semata-mata hanya menguasai bela diri secara fisik nduk, tapi juga secara batin. Mereka punya ajian banyak, bekal banyak untuk melindungi diri,"
"Emang mas arya kalah ya mbok kalau sama bisma?"
"Mungkin saat itu ilmunya belum cukup, soalnya arya itu belajarnya telat. Setelah bisma salah jalan, dia baru aja mulai belajar," jelas mbok indri.
"Oh... Jadi kenapa mbok gak jadi nikah sama pak ayman? Kenapa nikah sama bisma?"
"Ayman mendadak meninggal, mungkin karena gak kuat menerima serangan dari bisma," ucap mbok indri sambil memejamkan matanya, rasanya berat untuk membuka luka lama.
"Terus kenapa malah nikah sama bisma? Bukannya mbok harusnya benci?"
"Ya karena aku benci makannya ku nikahi walaupun hanya aku telantarkan, dia harus tersiksa dan merasakan di tindas oleh banyak orang seperti dulu dia suka menindas orang seenaknya. Aku cuma pengen lihat dia menderita, saat keluarganya belum se kaya sekarang dia gak pernah peduli. Apalagi sama bapaknya, sekarang kusna sudah kaya tapi bisma gak bisa merasakan hidup enak...." kekeh mbok indri di akhir kalimatnya, ia merasa puas membicarakan kebodohan bisma.
"Dulu keluarga mas arya biasa aja mbok? Atau mungkin karena gak mau hidup miskin makannya bisma berontak?" tanya maya.
"Mungkin saja, mana ada orang yang mau hidup susah. Tapi itu semua gak membenarkan untuk menjadi kurang ajar atau hidup semaunya. Kalau dulu bisma mau mendengarkan larangan bapaknya yang miskin itu pasti dia sampai sekarang bisa hidup enak dan menikmati harta kusna yang melimpah,"
"May, masak apa?" tanya farel tak sopan, ia bahkan tak menghiraukan mbok indri yang sedang berbicara.
"Gak masak!"
"Lah terus makan apa?" tanya farel lagi.
"Sampah noh makan! Cari lah sendiri udah tua juga, lo kan abis nyuri laptop gue... Duit lo banyak, beli makan sono," perintah maya, ia bahkan tak memberikan jatah bakso milik farel yang di belikan arya.
"Lah itu lo beli bakso, kan itu masih ada,"
"Ini punya saqi, yang satunya lagi punya gue juga. Gak ada jatah buat lo,"
"Lo masih marah sama gue may? Masalah kutang apa sintia? Kalau kutang gue ngaku deh gue salah, gue minta maaf. Tapi kalau masalah Sintia kayaknya lo berlebihan deh may... Udah berapa kali gue bilang kalau sintia itu jatoh sendiri, bahkan gue aja gak sadar waktu dia jatoh karena gue lagi benerin motor maya," ucap farel mencoba menjelaskan.
"Ya kalau lo gak ngotot pulang dan gak sok tau, pasti sintia masih hidup! Lo ngapain sih sok ngide pulang? Yang ada lo bikin sintia meninggal, lo yang salah karena lo sok tau dan gue bakalan tetep nyalahin lo!"