Era kekacauan telah tiba. Ramalan penyihir ratusan tahun telah terwujud.
Sang Penjahat telah tiba untuk menuntut ketidakadilan.
Menantang dunia dan surga.
Saatnya kalian semua membuka mata dengan kemunculanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Setelahnya.
Sudah berapa lama dirinya tertidur? Kepalanya terasa terguncang, dan matanya berat seperti tertutup oleh kabut tebal. Luo Yan akhirnya terbangun, merasakan seluruh tubuhnya nyeri, seperti dihantam berulang kali oleh batu besar.
Hal terakhir yang dia ingat adalah Kaisar Naga Yin yang menyerang sebelum membiarkannya pulang. Dia menyadari dengan pahit bahwa dia tidak mendapatkan harta apapun dari istana—setelah semua itu, dia tidak dapat melakukan apa pun selain tergeletak tak berdaya.
"Apakah orang yang membawaku ke sini adalah Yuan Rui?" pikirnya, bingung. Luo Yan tidak ingat apa yang terjadi setelah ia pingsan, namun satu yang pasti—hanya Yuan Rui yang berada di sampingnya saat itu.
"Eh? Mau kemana kau buru-buru begitu?" Suara lembut ibunya, Luo Yi, terdengar dari luar kamarnya, menarik perhatian Luo Yan.
Penasaran, Luo Yan bangkit meski tubuhnya masih terasa lemah dan berjalan ke ruang tengah. Di sana, dia menemukan pemandangan yang tak terduga.
Ibunya, Luo Yi, sedang mengobrol dengan Yuan Rui. Ketika mata mereka bertemu, Yuan Rui langsung mengalihkan pandangannya, wajahnya memerah menahan rasa malu.
"Ada apa di sini?" tanya Luo Yan, mengernyitkan dahi.
Luo Yi mendengus. "Itu hal pertama yang kau tanyakan setelah pingsan berjam-jam?" Suara ibunya penuh rasa frustrasi, seolah tidak percaya anaknya bisa setengah idiot untuk tidak menyadari ada sesuatu yang berubah di sekelilingnya.
"Apanya yang berubah?" Luo Yan bertanya lagi, benar-benar tidak memahami situasi.
Luo Yi hanya menggelengkan kepala, sementara Yuan Rui berusaha menyembunyikan diri di balik Luo Yi. "Dasar anak bodoh," desis ibunya, tatapannya membuat Luo Yan merasa seolah ibunya kehilangan semua harapan padanya.
Sepasang mata dari para pelayan menatap Luo Yan dengan penuh keprihatinan. Beberapa saat sebelumnya, setelah Luo Yan jatuh pingsan, Yuan Rui berjuang membopongnya ke depan rumah dan berteriak memanggil nama Luo Yi.
Mendengar namanya dipanggil, Luo Yi segera berlari keluar dan menemukan Luo Yan terbaring dalam kondisi mengenaskan, bekas darah terlihat jelas di sudut mulutnya. "Bukankah dia hanya mengunjungi Istana Naga Yin?" pikirnya, mengingat anaknya berpamitan seperti itu sebelum pergi.
Luo Yi tidak mempermasalahkan bagaimana Yuan Rui bisa mengetahui namanya. Prioritasnya adalah kondisi anaknya. Dia membaringkan Luo Yan di ranjang, mengalungkan perban pada luka-luka luar yang terlihat, tetapi menyadari bahwa dia tidak bisa menyembuhkan luka dalam yang dialami anaknya.
Ketika Luo Yi berniat memanggil tabib untuk memeriksanya, Yuan Rui tiba-tiba kembali dengan membawa sebuah ramuan. Ramuan obat yang secara khusus diraciknya sendiri, tanpa bantuan siapa pun.
Setelah Luo Yan mengkonsumsi ramuan tersebut, perlahan napasnya mulai stabil. Luo Yi akhirnya bisa menghela napas lega, tetapi rasa ingin tahunya mengenai dari mana Yuan Rui memperoleh keterampilan meramu tersebut menggelora di hatinya.
Ramuan obat bukanlah sesuatu yang bisa diproduksi sembarangan, bahkan para tabib yang biasa datang terkejut akan kualitas ramuan yang dibuat Yuan Rui dan bertanya mengenai cara pembuatannya. Namun, Yuan Rui memilih untuk diam, enggan membagikan rahasianya.
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Pikir Luo Yi berusaha keras mencerna semua ini namun tidak mengerti.
Melihat Yuan Rui berkerut, enggan membahas yang terjadi, Luo Yi hampir meloncat dan mengamuk. Namun erangannya terhenti saat melihat cincin yang dipakai Yuan Rui bersinar terang.
"Beneran?" Luo Yi melongo memandangnya. "Dasar maniak beladiri ini."
Dia tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya—anaknya, Luo Yan, memberikan cincin pertunangan kepada jenius gembel dalam ujian pendewasaan. Kejadian ini begitu mencengangkan, seolah dunia telah terbalik.
Kenyataan ini membuatnya terpaku, bertanya-tanya tentang masa depan dan hubungan kedua remaja ini.