TRANSFORMASI SILUMAN SERIGALA

" Mampus,,, Besar sekali.. Emang muat?" Dara menengok ke bagian bawah perut nya sendiri. Ia merasa dirinya adalah tubuh Anjani yang seekor serigala.

Dito memijit pelipisnya, ia pusing dan tubuhnya seperti mendidih. Sedangkan Dara masih takjub dengan benda besar di balik Boxer.

" Kau lihat apa?" Tanya Dito lirih, Dara tersentak kaget. Ia membuang muka, wajahnya merona kemerahan.

" Aku, Aku.. Mau kencengin kipas dulu, katanya kamu kepanasan, " Dara mengalihkan perhatian, Dito mengangguk lemah.

Namun Dara justru bingung dimana letak tombol kipas nya, ia celingukan. Padahal tombol kipas ada di ujung tempat tidur nya.

" Mana?"

Dito menghela nafas berat, ia sudah tidak perduli dengan Dara. Tubuhnya semakin membara.

Samar-samar Dara mendengar suara seseorang yang tengah ngobrol. Ia mendekati pintu dan mengintip sedikit.

" Kamu pakai saja toilet di kamar Dito, nggak apa-apa kok " Donita merangkul pundak Inggit masuk ke dalam kamar Dito.

" Beneran Tante? Apa Dito nggak marah ?" Tanya Inggit.

" Tenang saja, kamu itu tamu Tante. Dito pasti memakluminya. Ya udah, Tante tunggu di luar ya"

Inggit mengangguk kecil, Donita tersenyum girang. Ia keluar cepat dari dalam kamar Dito.

Dara menautkan kedua alisnya, sejak tadi dia telah memindai wajah Donita dan perempuan asing di samping nya. Sehingga Dara tahu apa yang terjadi dengan Dito.

" Perempuan duplikat itu licik sekali, bisa-bisanya dia melakukan ini pada Dito. Mentang-mentang Dito bukan anaknya " Dara bicara pada dirinya sendiri.

" Perempuan ini juga, Udah tahu Dito punya istri. Mau aja dia dijodohin, hemhhhh Awas kalian. Akan ku buat rencana kalian gagal total "

Dara menutup pintu perlahan sewaktu Inggit masuk ke dalam kamar mandi. Inggit sama sekali tidak tahu jika Donita berencana membuat dirinya terperangkap bersama dengan Dito.

Dara melipat kedua tangannya di dada, ia memperhatikan Dito yang terlihat seperti cacing kepanasan.

" Apa yang harus aku lakukan ? Perempuan duplikat itu sengaja membuat Dito ingin kawin. Kalau dia tidak kawin, Bisa bahaya. "

" Tapi??? Punya dia besar sekali, sekali masuk robek nanti.. Hiiiii..." Dara memegang bagian bawah perutnya.

Aaaaaaahhhhhhhhh Ahhhhhhhh

Dara terkesiap, Dito mulai meracau. Nafas nya berpacu cepat. Mau tidak mau dia harus menolong Dito. Lagian juga Anjani di dalam tubuh Dara sadar, jika Dito adalah suami si punya tubuh. Jadi tidak masalah.

" Hemhhh baiklah, kau berhutang nyawa padaku " Ucap Dara penuh tekanan.

Ia melepaskan pakaiannya lalu menaiki ranjang. Dito melirik Dara yang kini sudah berada di atas tubuh nya. Ia mengangkat tangan nya kemudian membelai setiap inci kulit Dara.

Ahhhh kenapa nyaman sekali??... Bisik Anjani lirih dalam sanubari.

Ia memejamkan matanya menikmati sentuhan lembut Dito.

Dito beringsut duduk, ia merangkul pinggang kecil milik Dara. Kemudian mendaratkan ciuman di leher perempuan itu. Dara menggelinjang, ia membalas ciuman Dito dengan gigitan kecil. Dito mengerang, suasana semakin panas. Keduanya berkeringat bersama.

Inggit keluar dari kamar mandi, ia memandangi ke sekeliling kamar Dito. Bibir nya mengulas senyum penuh arti. Tangan nya meraba kasur, berandai seolah meraba dada bidang milik pria tampan itu.

Dia juga memeriksa sebuah pintu di sebelah meja rias, rupanya terhubung dengan ruang kerja Dito. Inggit terus melihat-lihat lagi, ia juga penasaran dengan pintu di sudut kamar.

Dalam pikirannya, mungkin ruang olahraga. Tebakan nya tidak meleset, tapi sejak menikah dengan Dara sudah disulap menjadi kamar.

Inggit ingin membuka pintu itu, namun ternyata dikunci. Ia sedikit kecewa, dan hendak pergi. Akan tetapi langkahnya tertahan sewaktu mendengar sebuah erangan panjang.

Inggit mempertajam pendengaran nya dengan menempelkan telinga ke daun pintu. Suara itu semakin jelas terdengar, lenguhan bersahutan serta deritan bunyi gesekan kasur ke lantai membuat wajah Inggit memerah. Ia langsung keluar dengan langkah cepat.

Donita menemukan Inggit berjalan cepat, ia heran dan segera menghampiri Inggit.

" Git... Ada apa ?" Tanya Donita, Inggit menggeleng cepat makeup di wajahnya tak mampu menutupi rona merah di pipi.

Donita menoleh ke atas, Apakah Inggit menolak Dito? Lalu bagaimana dengan Dito sekarang ?

Donita langsung masuk ke dalam lift, ia khawatir Dito akan sekarat jika hasratnya tidak tersalurkan.

" Dito... "

Donita celingukan, dia tidak menemukan Dito di kamarnya.

" Dito... "

Donita bingung sendiri kemana putranya pergi, Padahal dia tadi sangat yakin jika Dito masuk ke dalam kamar. Dan Setahu Donita, Sewaktu Inggit masuk. Dito pasti ada di kamar mandi, atau diruang kerjanya. Atau?????

Kepala Donita langsung berputar menatap pintu kamar Dara. Bukankah Dara sama sekali tidak kelihatan sejak terakhir ia bertegur sapa ?

Perasaan Donita mulai tak tenang, ia melangkah pelan mendekati pintu itu. Tangan Donita gemetar sewaktu hendak ingin menekan tuas pintu.

Tapi dikarenakan terkunci dari dalam, Donita mulai emosi. Ia menekan cepat sembari menggendor- gendor pintu kamar Dara.

" Dara!!!! Dara!!! Kau di dalam ?"

Tak ada jawaban, bagaimana tidak ? Dito menutup mulut Dara dengan ciuman. Untuk kesekian kalinya ia melampiaskan hasratnya kepada sang istri yang sama sekali tidak ia sentuh. Dara pasrah, Anjani yang mendekam dalam jiwa Dara pun menikmatinya.

Ternyata nggak sobek ya, cuma sakit sedikit. Selebihnya enak hehehehehe

Dito tersenyum tipis mendengar suara Anjani dalam sanubari. Ia terus melanjutkan aksinya, Untuk ronde kedua bukan karena efek obat. Melainkan keinginan nya sendiri.

Diluar pintu, Donita geram sekali. Ingin ia mendobrak pintu kamar Dara. Namun bagaimana jika menciptakan keributan?

Terpaksa ia keluar....

Dika menegak beberapa gelas wiski, Ia berusaha menenangkan diri dengan mabuk. Peristiwa yang baru saja ia alami benar-benar mengerikan. Entah ini hanya halusinasi, ataukah kenyataan. Kuku Rose memanjang dan siap menusuk perut nya.

AHHH

Dika menggeleng cepat, berupaya menghilangkan bayangan itu. Keningnya mengeluarkan keringat dingin.

Tanpa disadari, di pesta pernikahan Anindita yang belum usai. Telah kedatangan beberapa polisi. Penjaga segera melaporkan nya kepada Tuan Lesmana, Pria itu kaget dan segera keluar menyambut polisi tersebut.

" Maaf Pak, Ada yang bisa saya bantu ?" Tanya Tuan Lesmana.

" Maaf Pak, kami dari pihak kepolisian diberikan surat perintah penangkapan terhadap Tuan Lesmana Dika Angkoro " Jawab Polisi.

" Dika?!!!"

Tuan Lesmana menoleh ke arah Pak Aji, Pria itu langsung mendekat karena khawatir akan keadaan Tuan Lesmana.

" Apa beliau ada disini ? Karena menurut keterangan orang yang tinggal di rumah Tuan Lesmana Dika Angkoro, bahwa terduga sekarang tengah merayakan pesta pernikahan adiknya disini ?"

Tuan Lesmana tidak bisa berkata-kata, jadi Pak Aji mengambil alih. Ia memberikan kode kepada penjaga yang tadi melapor supaya membawa Dika datang.

" Tolong Pak, tolong jaga nama baik Keluarga Tuan kami. Jadi, Tunggu lah Tuan muda di luar gerbang " Pinta Pak Aji.

Para polisi saling berpandangan satu sama lain, kemudian mengiyakan permintaan Pak Aji.