Kisah Cinta Putra Gus Atha dengan Salah satu santri di pesantren Sang Abi. cinta itu datang seusai pernikahan, pernikahan terjadi hanya karena persetujuan kedua mempelai. Perjodohan tanpa penolakan dan tanpa skandal apapun
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Al Qassam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Interupsi Hafla
Hafla nampak masih berseragam lengkap. Dia mengobati luka di dahi sang istri dengan telaten. Hafla merasa sangat bersalah akan apa yang terjadi pada istrinya. Tapi tidak mungkin juga dia menyembunyikan istrinya di pesantren sebab itu akan lebih bahaya karena banyak nyawa di sana.
" Telponlah aku jika ada apa- apa!" pinta Hafla pada Seena.
" Mas ... Seena tidak punya nomornya mas Hafla," jujurnya membuat Hafla terdiam dan menghentikan segala aktivitasnya dengan kemudian menatap istrinya itu dengan lekat.
" Serius gak punya nomornya mas?!!" tanyanya tidak percaya.
" Serius ... Kapan aku pernah meminta? Kan mas Hafla tak pernah menawariku menyimpan nomor," jawabnya agak panjang. Hafla menghela nafas panjang.
" Lagi - lagi aku merasa salah. Seena please ... Lain kali apapun itu yang ada hubungannya dengan kita bicaralah jangan diam saja! Aku tidak mengerti selera perempuan dan sebagainya. Oke paham?" ujar Hafla dengan gemas sekali.
Dia gak punya nomorku??? Ya tuhan istriku ini luar biasa cerdas. Dengan santainya dia tak memiliki nomor suaminya yang sudah 1 bulan bersama tanpa beban. Apakah dia tidak takut suaminya di gebet orang lain. Keterlaluan gadis satu ini! Omel Hafla sambil memencet nomornya sendiri dan memberikan pada Seena.
" Mas ... Seena gak punya ponsel. Mau di apakan nomor ponselnya mas ini???" tanya Seena sekali lagi membuat Hafla tambah ternganga.
Ya tuhan di saat seperti ini? Dunia secanggih ini dia tidak pegang ponsel. Kemana saja dia selama ini ya ampun benar-benar keterlaluan.
" Wait! Seen are you okay???" tanya Hafla kali ini sedikit menatap heran pada istrinya.
" Yes. Of Course I am Okay mas," jawabnya dengan lancar.
" Nah, pinter kan kamu Seen sayang. Lalu???" tanya Hafla memainkan matanya seena mengernyitkan alis.
" Lalu? Why?" tanyanya balik membuat Hafla saat ini ingin tertawa sambil berguling.
" Kenapa tidak beli ponsel sayangkuu!!!! Aaaaaa ..... Kamu kan sudah mas kasih kartu beberapa waktu lalu setelah kita menikah," teriak Hafla kesal sambil menjatuhkan dirinya di ranjang dan menyerah dengan sikap istrinya yang pintar jadi tidak pintar.
" Untuk apa? Di pakai apa mas? Toh setiap hari mas pulang. Lalu jika mas dinasnya lama Seena kan di ungsikan di rumah Umma. Lalu untuk apa lagi kehadiran ponsel itu?" tanya Seena kekeh tak memahami maksud dan tujuannya.
Sumpah demi apapun ya Allah aku ingin menggigitnya karena gemas sekaligus kesal. Sebenarnya dia itu bagaimana???? Apakah tidak ingin mengatakan say hai pada suaminya atau apalah seperti pasangan baru nikah. Ya Allah gak percaya banget aku jika gadis ini se -polos ini tentang ponsel.
" Seen ... Ponsel kan sebuah alat komunikasi zaman now. Tidakkah kamu berpikir bahwa alangkah baiknya kamu beli untuk sekedar menanyakaj keadaanku atau pun keluargamu begitu?" tanya Hafla.
" Aku tidak ingin menghubungi siapapun dengan ponsel. Karena ponsel itulah papa dan mama meninggalkanku. Jadi, aku tidak ingin menggunakannya lagi. Aku hanya berdoa saja semoga kalian yang di luar rumah di berikan keselamatan," jawabnya lirih dengan menunduk.
Deg.
Hafla tak percaya. Gadis ini memiliki benerapa trauma yang membuat dirinya menghindari hal yang dia takuti. Dia memang belum mengenal betul siapa Seena. Hafla merasa konyol saat mempertanyakan kepintaran Seena. Nyatanya dia hanyalah seseorang yang trauma akan masa lalunya. Jafla pun menggenggam tangan seena.
" Maaf ... Mas tidak tahu masa lalumu. Tapi jika boleh mas kasih saran pakailah ponsel untuk menjaga silaturrahmi dengan yang lain. Kamu masih memiliki kakek dan keluarga yang lain. Jangan merasa sendiri pahamilah segera keadaan dan berfikirlah realistis. Meskipun takdir milik Allah tetaplah kamu yang harus berusaha," ujar Hafla perlahan. Dia tidak mungkin membiarkan gadis itu terperosok dalam keadaan yang sama.
" Mas ... Jujur Seena belum berani melangkah lebih jauh," lirihnya sambil memegang baju ujung lengan sang suami.
" Seen ... Terkadang takdir memang tidak sesuai dengan harapan kita. Tapi di balik itu semua inilah takdir terbaik yang kita miliki. So, apapun itu belajar menjadi baik setiap waktu, setiap saat jangan melakukan kesalahan melebihi batas. Bersiaplah kita alan beli ponsep sebentar lagi," jawabnya dengan tersenyum ramah.
" Tapi mas .... " tolaknya.
" Jangan menolakku lagi Seen .... Jika tidak ingin berakhir seperti tadi malam," jawab Hafla sudah menatap istrinya. Seena langsung berdiri dan mengangguk.
" Ba ... Baik mas," jawabnya gugup.
Mulut ini benar - benar ya! Kenapa suka membuat Seena gugup? Hmmm ... Gadis itu membuatku hampir gila. Bukankah dia anak metroplitan kan??? Kenapa sikapnya seperti itu. Sabar .... Dia masih anak - anak. Anggap saja seperti itu Haf. Aman kan beres sudah tak perlu risau. Benar - benar punya istri satuuuu butuh sesuatu yang ekstra pula. Jujur saja aku terpesona padanya tadi malam. Sungguj sajian yang tak bisa di lewatkan saat malam pertama. Tak bisa di lupakan begitu saja saat dia berhasil mengambil sesuatu yang berharga itu.
" Ayo mas!" ajak seena membuyarkan lamunannya.
" Ehmmm ... Ayo," jawab Hafla sedikit berdehem.
Likeeeeeee yaaaa kakak yang cantik, baikkkkkk. Makasihhhh.
