"Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota" peribahasa ini tidak tepat bagi seorang Arini, karena baginya yang benar adalah "kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu mertua" kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Arini, yang harus hancur akibat keegoisan mertuanya.
Tidak semua mertua itu jahat, hanya saja mungkin Arini kurang beruntung, karena mendapatkan mertua yang kurang baik.
*Note: Cerita ini tidak bermaksud menyudutkan atau menjelekan siapapun. Tidak semua ibu mertua itu jahat, dan tidak semua menantu itu baik. Harap bijak menanggapi ataupun mengomentari cerita ini ya guys☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom's chaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DELAPAN
Dua bulan berlalu, hari ini adalah hari yang membahagiakan bagi pasangan Alfian dan Arini, karena putra mereka telah lahir dengan selamat dan sehat. Tak hanya pasangan suami istri tersebut, kedua orang tua dan keluarga masing-masing pun tak kalah bahagia menyambut kelahiran bayi kecil nan lucu itu.
Ini memang cucu kedua bagi pak Hardiman dan bu Ratih, tapi menjadi cucu pertama laki-laki. Dan menurut keyakinan mereka, cucu laki-laki akan membawa keberuntungan. Sedangkan bagi bu Dasima, ini adalah cucu pertamanya.
Muhamad Razka Saputra, adalah nama yang diberikan Alfian pada anaknya. Dia sangat bahagia dengan kelahiran anak pertamanya yang berjenis kelamin laki-laki, sesuai harapannya. Rasa cinta dan sayangnya ia rasakan semakin besar pada Arini, yang telah melahirkan putranya.
Sejak kelahiran Razka, hubungan Arini dan mertuanya semakin membaik. Bahkan pak Hardiman dan bu Ratih tampak sangat menyayangi Razka. Entah kebetulan atau sugesti, semenjak kelahiran Razka, menurut pak Hardiman, dia selalu mendapatkan keberuntungan.
Seperti hari ini, bos nya memberikan bonus yang sangat besar padanya, hingga ia mampu mewujudkan mimpinya membeli sebuah mobil, walau cuma mobil bekas. Berkat uang tabungan ditambah uang bonus yang diberikan atasannya itu, impiannya pun akhirnya terwujud.
.
.
.
Tiga tahun kemudian.🌿🌿
Waktu begitu cepat berlalu, tak terasa Razka sudah berusia tiga tahun sekarang. Rosa juga sudah menikah satu tahun lalu, dan kini ia sedang mengandung.
Arini dan Alfian juga sudah mempunyai rumah. Mereka membangun rumah sederhana persisi di sebelah rumah bu Dasima.
Selama tiga tahun ini kehidupan Arini dan keluarga pak Hardiman berjalan baik, sampai hari itu,
Terjadi pencurian di tempat kerja pak Hardiman. Pakan ternak dalam jumlah yang sangat banyak lenyap di ambil kawanan pencuri. Tak hanya pakan, tapi puluhan ekor ayam ternak pun ikut dibawa kawanan pencuri tersebut, hingga peternakan tersebut mengalami kerugian yang cukup besar.
Sebagai orang yang dipercaya oleh pemilik peternakan, pak Hardiman tentu saja sangat shock, dan merasa bersalah pada sang pemilik.
Sang pemilik sudah melaporkan kejadian ini pada pihak yang berwajib. Mereka sudah melakukan oleh tkp, dan penyelidikan baik ditempat kejadian ataupun orang-orang disekitar peternakan.
Setelah dua hari melakukan penyelidikan, polisi menyimpulkan kalau pencurian ini memang direncanakan dengan matang, dan ada orang dalam yang terlibat.
Sang pemilik dan pak Hardiman cukup terkejut mendengar apa yang dikatakan salah satu anggota penyidik tersebut, dan yang lebih mengejutkan adalah, dari hasil penyelidikan, barang bukti dan juga saksi, dugaan pelaku atau otak dari pencurian tersebut mengarah pada satu orang, yaitu pak Hardiman.
Pak Hardiman tentu saja menyangkal tuduhan polisi itu, karena dia merasa tidak melakukan semua yang dituduhkan kepadanya. Dia terus menyangkal, tapi semua bukti mengarah kepadanya, hingga akhirnya mau tidak mau dia harus ikut ke kantor polisi untuk melakukan pemeriksaan lanjutan.
Setelah hampir delapan jam pemeriksaan, akhirnya polisi menetapkan pak Hardiman sebagai tersangka otak pencurian itu. Tak hanya itu, bahkan dari penuturan salah seorang saksi yang diperiksa mengatakan, kalau selama ini pak Hardiman sering menjual pakan ternak kepada warga. Saksi tersebut adalah pegawai peternakan, dan juga seorang warga yang katanya membeli pakan tersebut dari pak Hardiman.
"Demi Tuhan saya tidak pernah melakukan semua itu pak. Itu semua fitnah." Ucap Pak Hardiman menyangkal tuduhan polisi.
"Pak Wirya bapak percaya kan sama saya. Demi Tuhan bukan saya pelakunya pak. Polisi-polisi ini pasti salah." Ucap pak Hardiman meyakinkan sang pemilik peternakan, tapi dia diam saja, sambil menatap pak Hardiman dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Maaf pak, tapi semua bukti dan saksi mengarah pada." Balas seorang polisi. Pak Hardiman terus mengelak.
"Masukan orang ini sekarang juga, dan hukum dia sesuai dengan perbuatanya." Ucap sang pemilik, lalu pergi meninggalkan kantor polisi dan pak Hardiman yang terus berteriak mengatakan dirinya tidak bersalah.
...
Akhirnya pak Hardiman resmi dinyatakan sebagai tersangka dan dimasukan ke dalam sel tahanan, walau dia terus berontak dan menyangkal semua tuduhan. Lama-lama pak Hardiman capek sendiri, dan memilih diam di dalam sel tahanan itu. Percuma saja dia berteriak menyangkal semua tuduhan karena jelas-jelas polisi tidak mempercayainya.
Dia bertanya dalam hati, siapa orang tega yang melakukan semua ini kepadanya?. Dia tidak melakukan atau merencanakan pencurian itu, tapi kenapa bisa dia yang menjadi tersangka?. Siapa yang tega memfitnahnya?. Dia memikirkan beberapa nama yang mungkin saja melakukan ini padanya. Namun, tak lama kemudian, seorang petugas menghampiri bersama tiga orang lainya yang ternyata bu Ratih, Tedi dan Alfian.
.
.
.
Bersambung🌻
follow me ya thx all