'Xannia Clowin'
Gadis cantik berusia 22 tahun yang selama menjalani hidup baru kali ini dia mengetahui pengkhianatan sang ayah kepada ibunya .
Sejak Xannia berusia 2 tahun ternyata sang ayah sudah menikah lagi bahkan wanita itu sedang mengandung anaknya.
Awal mula terbongkar pengkhianatan ayahnya itu ketika sorang gadis yang tak jauh beda dari usia xannia datang,gadis itu langsung menemui ibu Xannia dan mengaku sebagai anak dari istri kedua suaminya,
semenjak kejadia itu ibu xannia sering sakit-sakitan dan 5 bulan kemudian sang ibu meninggal dunia.
Dari kejadian itu menimbulkan rasa dendam dan sakit hati Xannia kepada ayah dan kelurga istri keduanya,sehingga Xannia bertekat membalaskan dendam atas rasa sakit dan pengkhiantan ayahnya yang sampai membuat ibunya tiada,bahkan dia rela menjadi istri kontrak miliader yang ingin memiliki keturunan , dan dari situlah Xannia ingin memanfaatkan pria itu untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VHY__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Kita akan kemana?" tanya Xannia setelah mereka masuk kedalam mobil.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang membelah jalan kota New York di malam hari.
"Tunggu!!" cegah Xannia saat adavendra akan berbicara.
"Aku tak mau mendengar mu mengatakan 'Kau akan tahu nanti' atau 'kau akan melihatnya nanti. Aku mau kata-kata lain yang keluar," keluh Xannia sambil menirukan nada bicara Davendra.
"Jadi, kita akan kemana?" tanya Xannia lagi.
"Ke tempat yang tidak terlalu banyak orang," jawab Dave datar.
Xannia menggeram rendah dan ingin sekali wanita itu meraup wajah datar suaminya.
"Itu sama saja. Jelaskan yang lebih spesifik, negara mana atau kota mana?" tanya Xannia gemas.
"Pantai atau pegunungan? Atau di tengah-tengah perkotaan?" tanya Xannia lagi.
"Italia, Pegunungan, puas?" kata Davendra.
"Benarkah? Kenapa kita harus pergi jauh sekali," kata Xannia
"Kenapa kau sangat cerewet," ujar Dave.
"Aku hanya bertanya saja," sahut Xannia.
Akhirnya mobil yang membawa Xannia dan Davendra sudah memasuki area bandara.
Dan disana sudah menunggu pesawat pribadi milik Davendra
"Kau bisa lebih dulu naik ke pesawat. Aku akan bicara dulu dengan pilotnya," kata Davendra.
Xannia yang memang sudah merasa lelah dan mengantuk pun memutuskan untuk langsung naik ke pesawat dan langsung menuju kamar yang memang ada di pesawat Davendra dengan di antar oleh seorang pramugari.
"Eghhh..." lenguh Xannia di sela-sela tidurnya.
Wanita itu sedari tadi tidak pernah diam dan selalu bergerak, hingga akhirnya Xannia membuka matanya dan mendapati Dave yang sedang berada di atas tubuhnya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Xannia dengan suara parau.
"Menjelajah," sahut Dave random.
Xannia mengalihkan perhatiannya dan melihat tangan Davendra yang berada di atas dadanya.
"Oh, Dave. Kau menganggu tidurku," kata Xannia yang mulai mengerti apa yang di maksud menjelajah oleh suaminya.
"Kalau begitu tidurlah lagi, biar aku yang bekerja," pungkas Davendra dengan wajah tanpa dosanya dan masih bisa bersikap santai.
"Jam berapa sekarang? Apa kita sudah take-off?" tanya Xannia
"Sudah dua jam yang lalu," jawab Davendra.
Kini bibir Davendra mulai mencium bibir Xannia yang terlihat menggoda di matanya, apalagi saat pria itu melihat Xannia tertidur dengan mulut yang sedikit terbuka.
Xannia menghentikan ciuman mereka da menahan bibir Davendra yang akan menciumnya lagi.
"Kenapa tidak membangunkan aku," keluh Xannia.
"Kau tidur seperti orang mati, mana mungkin aku membangunkan mu," sahut davendra.
"Ahhh..." desah Xannia saat tangan besar Davendra meremas dadanya.
"Dave!!" Teriak Xannia.
Davendra melihat wajah cantik Xannia dan menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik itu.
"Kita lakukan setelah sampai saja," kata Xannia.
"Tidak bisa, penerbangan kita masih enam jam lagi dan itu terlalu lama," sahut Davendra.
"Sudah kubilang tidur saja lagi. Biar aku yang bekerja," sambungnya.
Xannia menatap serius pada Davendra seolah-olah sedang menelisik suaminya itu.
"Kau pasti sering melakukannya dengan para mantanmu itu disini kan?" tanya Xannia.
"Atau kau pernah melakukannya dengan salah satu pramugari mu?" tanyanya lagi.
Maverick menyentil kening Xannia, hingga membuat wanita itu mengaduh kesakitan.
"Aku bukan maniak sex yang akan melakukannya dengan siapapun di sembarang tempat," sahut Davendra.
"Lalu, kenapa kau mau melakukannya denganku disini?" tanya Xannia.
"Tentu saja karna kau istriku," jawab Davendra dengan datar.
"Sepertinya aku harus mengganti pramugari mu dengan yang laki-laki, pakaian mereka terlalu ketat dan terlalu minim untuk ukuran seorang pramugari," kata Xannia
"Lakukan saja apa maumu," sahut Davendra.
"Dan sekarang aku akan melakukan apa mauku," ujarnya.
Pria itu langsung mencium bibir Xannia agar wanita itu tak lagi banyak bertanya.
Tangannya mulai menjelajahi seluruh tubuh Xannia yang masih terbalut gaun pesta yang di kenakan nya.
Davendra melepaskan ciuman mereka.
"Kenapa kau tak mengganti gaun sialan ini," kesal Davendra karna gaun yang di kenakan Xannia sangat sulit untuk di buka.
"Kau yang tidak membiarkan aku untuk menggantinya dan langsung membawaku begitu saja," sahut Xannia yang tidak mau di salahkan.
Ia membuka gaunnya dari bagian depan.
"Mudah bukan?" ujar Xannia yang gaunnya sudah terbuka di bagian depan.
"Padahal aku sengaja meminta pada desainer untuk membuat resleting di bagian depan. Tapi kau malah mencarinya di bagian belakang," kata xannia sambil menahan tawanya.
Karna gaun Xannia sudah terbuka, Dave pun melanjutkan aksinya yang sempat tertunda.
"Jangan merobeknya, Dave." kata Xannia memberi peringatan karna Davendra bersiap untuk menarik gaunnya.
"Terlalu lama jika aku harus mengeluarkannya dari atas atau bawah, lebih gampang langsung di tarik saja," sahut Davendra dengan acuh tak acuh.
"Harganya mahal. Sayang jika harus kau robek," kata Xannia.
"Oh God, sepertinya pembicaraan ini tidak akan pernah selesai dan aku tak akan mendapatkan jatahku jika kau terus berbicara, honey," sahut Davendra tanpa sadar.
Xannia di buat terkejut saat mendengar kata terakhir yang di ucapkan oleh Davendra.
"Aku akan membeli yang baru untukmu," pungkas Davendra dan langsung merobek gaun itu dengan sekali tarikan.
Davendra langsung membuang gaun itu ke sembarang arah dan kembali melancarkan aksinya.
Pria itu menjelajahi tubuh seksi Xannia yang hanya terbalut pakaian dalam berwarna merah yang sangat kontras dengan kulit putihnya.
Ciuman Davendra beralih pada leher jenjang Xannia dan menghirup aromanya dalam-dalam.Dan tidak lupa untuk meninggalkan jejak kepemilikannya di sana.
"Arhhhh..." Xannia bahkan mengerang saat Davendra mengisap lehernya seperti vampir yang haus akan darah.
Tangan Xannia juga tidak tinggal diam, wanita itu membuka satu persatu kancing kemeja yang di kenakan oleh suaminya.
"Dave," lenguh Xannia saat tangan Maverick membelai pangkal pahanya.
Davendra menciumi seluruh wajah cantik Xannia dan membisikan sesuatu di telinga wanita itu.
"Kau milikku, Xannia,"
Xannia meremas rambut hitam kelam Davendra, saat tangan Dave sudah masuk kedalam celana dalamnya dan memporak porandakan sesuatu yang ada di baliknya hanya dengan menggunakan jarinya saja.
"Kau menyukainya?" tanya Davendra dengan suara seraknya.
"Hmm..." sahut Xannia yang terdengar seperti sebuah desahan, dan justru itu terdengar seksi di telinga Dave.
Pria itu kembali mencium bibir Xannia yang sudah menjadi candunya, dan mulai melancarkan serangannya hingga membuat Xannia mendesah berkali-kali.
Bercinta di ketinggian merupakan pengalaman pertama bagi keduanya, dan itu semakin membuat keduanya bergairah.
"Ahhh..." desah keduanya bersamaan.
Davendra mengeluarkan tornado miliknya dari inti tubuh Xannia, dan memandangi wanita cantik yang kini memejamkan matanya dengan deru napas yang tidak beraturan.
Davendr bahkan bisa merasakan dada Xannia yang naik turun dan mengenai dada bidangnya yang tidak tertutup apapun.
Setetes keringat milik Davendra bahkan mengucur mengenai dada Xannia yang polos.
Xannia membuka matanya dan melihat pria yang sudah menjadi suaminya itu masih berada di atasnya.
"Aku lelah dan mengantuk," kata Xannia dengan lirih.
Davemdra mengusap keringat dari dahi Xannia dan mengecup keningnya.
"Kalau begitu tidurlah, aku akan membangunkan mu setelah kita sampai," ucap Dave dengan nada suara yang terdengar lebih lembut dari biasanya.
"Hmm," sahut Xannia dan memejamkan matanya.
Davendra menggeser tubuhnya, dan berbaring disamping Xannia.
Pria tampan itu menutupi tubuh polos istrinya dengan selimut, dan mengecup bahu Xannia yang terbuka.
Karna sama-sama lelah, Davendra pun menyusul Xannia ke alam mimpi dengan memeluk erat tubuh Xannia.
Xannia mengerjapkan matanya beberapa kali dan membukanya karna merasakan sebuah tangan yang mengelus pipinya.
"Bangunlah, kita sudah sampai," ucap Davendra.
"Jam berapa sekarang?" tanya Xannia.
"Jam satu siang waktu Italia," jawab Davendra.
"Cepat bangun dan bersihkan tubuhmu. Kau belum makan saat kita masih di New York," kata Davendra.
Xannia bangun dari tidurnya dan menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.
Tubuhnya masih terasa remuk karna percintaan mereka.
"Aku malas untuk berjalan, rasanya kakiku seperti jelly," ucap Xannia dengan malas.
Tanpa membuang banyak waktu, Davendra pun menggendong Xannia dan membawanya ke kamar mandi yang memang ada di dalam pesawat besar miliknya.
"Thank you," ucap Xannia dan mengecup bibir Suaminya itu.
Saat mereka sudah ada di dalam kamar mandi.
"Sekarang keluarlah. Aku akan mandi sendiri," kata Xannia mengusir suaminya.
Cup...
Sebelum keluar Davendra pun kembali mengecup bibir itu.
Xannia mengunci pintunya dari dalam setelah Davendr keluar.
Wanita dengan mata biru terang itu sedang mematut dirinya di cermin kamar mandi.
Hari ini Xannia merasakan sedikit perubahan pada suaminya setelah percintaan panas mereka, Davendra tidak lagi berbicara ketus dan datar padanya, pria itu bahkan berbicara dengan lembut padanya.
"Ini aneh," gumam Xannia sambil memegang dagunya, seolah perubahan Davendra adalah sebuah masalah besar bagi dirinya.
Tapi, beberapa detik kemudian wanita itu mengedikkan bahunya seolah tak perduli.
Hingga lima belas menit kemudian Xannia baru keluar dari kamar mandi.
Dan Xannia tak mendapati suaminya itu ada di kamar, yang dia temukan hanya sebuah paper bag dengan merek terkenal berada di atas ranjang.
"Dia benar-benar sudah mempersiapkan segalanya," gumam Xannia.
Xannia segera memakai pakaiannya dengan cepat dan menyusul suaminya.
Davendra berdiri dari duduknya saat melihat istrinya sudah siap.
"Ayo, perjalanan kita masih panjang dan memerlukan waktu empat jam untuk sampai di resort,", kata Dave
"Apa sejauh itu tempat honeymoon kita?" tanya Xannia.
"Hmm, tempatnya di area perbukitan dan cukup jauh. Kau akan suka setelah kita sampai di sana," kata Davendra.
Kedua pasangan itu keluar dari pesawat yang sudah landing setengah jam yang lalu.
Davendra menggandeng tangan Xannia hingga mereka sampai di mobil yang sudah di siapkan oleh orang suruhan Davendra sementara itu barang-barang mereka akan di bawa oleh anak buah Davendra dengan mobil lain.
"Kau akan menyetir sendiri?" tanya Xannia saat Davendra duduk di kursi kemudi.
"Hmm," sahut Davendra yang mulai menjalankan mobilnya.
Bersambung.......