Mohon untuk tidak membaca novel ini saat bulan puasa, terutama disiang hari. Malam hari, silahkan mampir jika berkenan.
Season1
Nadira Safitri Kasim. Siswi Kelas XII yang terjebak pernikahan dini. Pertemuan yang tak disengaja dan faktor ekonomi sehingga ia harus menikah di usia yang terbilang muda. Namun pernikahan itu hanyalah sebatas kontrak, yang di mana ia akan menyandang status janda apabila kekasih suaminya telah kembali. Saat kekasih suaminya telah kembali, Nadira sudah terlanjur jatuh cinta pada suaminya.
Apakah Nadira akan menjadi janda di usia mudahnya?
Apakah mereka akan hidup bersama?
Season 2
Tidak semua orang memiliki kepintaran atau pemahaman yang cepat, dan hal itu terjadi pada Marsya. Marsya selalu dikatai bodoh oleh teman dan guru-gurunya.
Deva, saudara kembar Marsya meminta ayah dan ibunya untuk membawa Marsya ke Jerman. Seminggu sebelum kepergian Marsya, Marsya mendapat masalah hingga membuatnya terjebak dalam pernikahan dini.
Mari simak ceritnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asni J Kasim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Tanpa Cinta. Episode 24
Jerman
Jerman adalah Negara yang memiliki banyak tempat wisata yang unik dan menarik. Wisata yang patut dikunjungi bagi mereka yang berniat ke Jerman seperti Moselle Valley, Bradenburg Gate, Rugen Cliffs, Neuschwanstein, Heidelberg Old City, Rein River dan masih banyak tempat wisata lainnya.
Rhine River, wisata yang memiliki keindahan yang sangat unik. Terdapat sungai yang mengalir mulai dari Swis hingga Belanda, memiliki panjang beribu ribu kilometer. Pada malam hari, lampu-lampu kota di pinggiran sungai menjadi pemandangan yang sangat romantis. Rhine River, di tempat inilah Rian dan Nadira berada. Menikmati pemandangan malam dalam kapal pesiar.
"Honey, apa kamu suka?" tanya Rian sembari menatap istrinya.
"Aku suka" balas Nadira dengan bulir air mata bahagia.
"Aku janji akan menjagamu kini dan selamanya" ujar Rian sambil mengecup telapak tangan istrinya.
"Berjanjilah padaku, kamu tidak akan pernah meninggalkanku walaupun aku memintamu pergi" kata Rian.
"Aku janji, aku tidak akan meninggalkanmu dalam kondisi apapun. Kita akan hidup bersama selamanya" balas Nadira lalu memeluk suaminya. Kebahagiaan yang tidak disangkah sangkah menghampirinya, membawanya pergi dari kejahatan sang ayah. Luka yang pernah hadir berganti menjadi kebahagiaan yang tiada tara.
"Ayo kita pulang" ajak Rian. Rian dan Nadira kembali ke Villa. Dalam perjalanan, Nadira tertidur di mobil.
"Akulah Pria beruntung yang memperistrikan kamu. Kamu prioritasku sekarang, kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku juga" batin Rian.
--------
Villa
Mobil terparkir di garasi yang ada di Villa. Rian keluar dari mobil menuju pintu tepat istrinya duduk. Dengan hati-hati Rian menggendong istrinya membawanya masuk ke dalam kamar mereka.
"Ibu, aku kangen Ibu" ujar Nadira dalam tidurnya. "Ibu..." Nadira kembali memanggil ibunya.
"Nadira pasti merindukan Ibu mertua. Sudah lama aku tidak membawanya bertemu Ibu mertua" gumam Rian lalu merebahkan istrinya. Lalu ia pun mengambil tempat disamping istrinya. Mengelus kepala istrinya hingga berulang kali ia menguap dan ikut terlelap.
Pukul 00:21 AM
Malam yang begitu dingin dan angin bertiup riuh. Suara kilat terdengar bergemuruh. Beberapa menit setelahnya, terdengar hujan menggujur Kota Jerman.
"Ayah... jangan pukuli aku, Ayah... maafkan aku Ayah. Ayah... ampun Ayah..." teriak Nadira dalam tidurnya.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Rian panik saat mendengar istrinya berteriak memohon.
"Ayah......" teriak Nadira lalu terbangun dari tidurnya.
"Kak Rian" panggil Nadira. Itulah nama yang kini ia sebut. "Aku takut kilat. Aa-aku takut" ujar Nadira lalu menangis dengan tubuh yang gemetar.
Rian memeluk istrinya dan menenangkan sang istri. "Sepertinya Nadira masih trauma dengan masa lalunya" batin Rian.
Flashback On
Nadira pulang kerja tepat di pukul 20:01 PM. Di saat yang bersamaan, langit memunculkan kilatan cahaya yang menyilaukan, yang diikuti suara yang menggelegar terdengar diseluruh penjuru Kota London. Kemudian hujan lebat mengguyur kota itu.
"Kenapa kamu baru pulang...!" teriak Vano. Di tangan kanannya ada ban pinggang. Perlahan ban pinggang itu ia arahkan ke putrinya.
Pang... Pang... Pang...
Dengan tubuh gemetar dan kaki yang kini dirapatkan. Nadira berdiri di depan rumah menahan sabuk yang berulang kali mengenai tubuhnya.
"Ayah... Ibu mohon jangan pukuli Nadira lagi!" pintah Lestari menangis histeris.
Brukkk. Nadira jatuh tersungkur di halaman rumah. Namun lagi-lagi Vano tetap mencambuk putrinya.
Pang... Sabuk masih terus mengenai tubuhnya. Pandangannya buram dan darah mulai bercucuran, bercambur dengan air hujan.
"Aku di mana?" gumam Nadira saat membuka matanya. Ia melihat ruangan yang begitu asing baginya.
"Kamu jangan banyak bergerak" ujar Lestari dengan mata yang terlihat bengkak. "Di mana yang sakit, Na?" tanya Lestari.
"Aku baik-baik saja, Bu" balas Nadira tersenyum. Menahan rasa sakit disekujur tubuhnya.
Cek--lek... (Pintu terbuka lebar)
"Baguslah kalau kamu masih hidup" ujar Vano lalu menghampiri anak dan istrinya.
Flashback Off
----------
Villa.
"Jangan takut. Aku di sini bersamamu" kata Rian memeluk erat istrinya.
Kilat masih saja nampak ada, suara gemuruh masih terdengar menggelegar. Nadira masuk ke dalam selimut sambil memeluk erat suaminya. Berulang kali Rian mencoba untuk menutup matanya namun selalu gagal, ia takut istrinya kembali menyigau.
---------
"Sayang, matamu kenapa?" tanya Nadira bingung.
"Apa tidurmu nyenyak?" Rian balik bertanya.
"Iya" balas Nadira. Seketika mulutnya terbuka. "Apa kamu tidak tidur?" tanya Nadira.
"Baguslah jika tidurmu nyenyak. Buatkan aku susu jangan sampai aku pingsan" pintah Rian. Matanya terlihat seperti mata panda.
Nadira tertawa melihat mata suaminya. Kemudian bergegas ke dapur membuatkan susu untuk suaminya. Beberapa menit kemudian, Nadira kembali masuk ke kamar.
"Ini susunya" kat Nadira sambil menyodorkan segelas susu.
"Aku mengantuk" ucap Rian berulang kali menguap. Saat pagi, semua orang kembali pada aktivitasnya namun tidak dengan Rian. Rian terlelap di pagi hari setelah ia minum susu buatan istrinya.
Nadira memilih jalan-jalan mengelilingi Villa, tumbuhan hijau yang berdiri kokoh membuat lingkungan yang ada di Villa terasa sejuk. Embun pagi terlihat jelas mampir pada setiap daun. Indah, unik dan adem. Tiga kata untuk Villa dan lingkungannya.
Pukul 13:00 PM. Nadira membangunkan suaminya untuk sarapan. Namun, Rian tak bergeming. Pria itu masih hanyut dalam mimpi indahnya. Hingga pukul 14:21 PM, barulah Pria itu mengerjap. Seulas senyum nampak terbentuk saat mendapati istrinya berkacak pinggang disamping tempat tidur.
"Cepat bangun, mandi lalu ke meja makan!" titah Nadira.
"Apa kamu sudah mandi?" tanya Rian.
"Sudah!" jawab Nadira dengan ketus.
"Ayo, aku ingin sarapan di sini" ujar Rian menggoda istrinya.
"Jangan macam-macam!" ancam Nadira.
"Hahahaha. Kamu mulai jahat" kekeh Rian.
Rian bangun lalu mendudukan istrinya di paha empuknya. Napas keduanya dapat terdengar, denyut jantung Nadira maupun Rian berdetak kencang. Perlahan Rian menyentuh pipih sang istri, Nadira menutup matanya menikmati setiap sentuhan sang suami. Geli, mungkin seperti itu rasanya. Tapi bagi mereka yang sedang mabuk cinta sentuhan itulah yang akan membawanya dalam kegiatan yang panjang.
"Apa boleh?" izin Rian pada sang istri.
Nadira mengangguk, menandakan bahwa ia sudi disentuh sang suami. Rian yang mendapatkan lampu hijau membuatnya semakin bergaira. Tanpa menunggu lama, Rian kembali meluncurkan pakaian istrinya.
"Aku ingin kamu menikmati setiap apa yang kita lakukan" ujar Rian.
Nadira menatap lekat suaminya, ada rasa cinta yang mendalam. Kisah cinta kembali menyatu di sore hari, membuat keduanya hanyut. Suara aneh dari keduanya menggelegar di dalam kamar. Tanpa mereka sadari waktu sudah menunjukan pukul 15:44 PM.
"Sayang, aku lelah." keluh Nadira lemas di atas tempat tidur.
"Cepat mandi karena sebentar lagi kita akan ke Bandara" jelas Rian.
"Kita pulang malam ini?" tanya Nadira membulatkan matanya.
"Apa kamu tidak mau bertemu Ibu dan ayahmu?" tanya Rian.
"Aku mau..." balas Nadira bersorak girang lalu bergegas ke kamar mandi.
"Jangan di sini..." teriak Nadira kesal. Lagi-lagi Rian menggodanya.
Modus Lu Yan