Pagi itu memiliki embun yang menetes tanpa harus diminta. Kebahagiaan itu memiliki arti ketulusan tanpa di rencanakan. Sama halnya hati yang memiliki cinta tanpa harus diminta meskipun terkadang menyakitkan.
Menerima perjodohan dari keluarganya untuk menikah dengan gus Hilal, yang memang laki-laki pertama dalam hidupnya, membuat Khalifa merasa bahagia.
Walaupun gus Hilal seorang duda, akan tetapi bagi Khalifa yang memang mencintai karena Allah, ia bersedia dan yakin akan sanggup menerima semua konsekuensi nya.
Namun pada malam pernikahan mereka, suaminya mengatakan dia hanya menganggapnya sebagai adik perempuan...
Khalifa mengerti bahwa Hilal masih belum melupakan mantan istrinya yang telah meninggal, mencoba untuk paham, akan tetapi masalah selalu datang silih berganti.
Bagaimana Khalifa melewati pernikahannya dengan ditemani seorang suami yang masih belum bisa melepaskan masa lalunya?
Sanggupkah Khalifa dengan tekat awalnya untuk tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
...~Happy Reading~...
Jam sudah menunjuk angka dua dini hari, Hilal baru saja sampai di rumah. Laki laki itu segera masuk tanpa membangunkan orang rumah karena ia selalu membawa kunci cadangan.
Sebelum masuk ke dalam kamar, Hilal selalu menyempatkan diri untuk membuka kamar putri nya terlebih dulu. Memastikan bahwa putri kecil nya sudah terlelap dan nyaman, barulah ia akan pergi ke kamar nya yang berada tepat di depan kamar Aca.
Cklek!
“Assalamualaikum!” ucap Hilal saat memasuki kamar nya dan melihat Khalifa yang masih terjaga menunggu nya.
“Walaikumsalam,” jawab Khalifa, “Langsung mandi aja ya Gus, Khalifa udah siapin air hangat.”
Hilal menganggukkan kepala nya, dan tanpa banyak bertanya laki laki itu segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Tak ingin berlama lama, Hilal pun segera menyudahi aktifitas nya, dan segera mengenakan pakaian yang juga sudah di siapkan oleh Khalifa.
“Kamu sakit?” tanya Hilal mengerutkan dahi nya, sambil mengancingkan kemeja tidur nya, Hilal mendekati Khalifa yang sejak tadi masih dengan posisi tiduran dan menutup diri dengan selimut.
Khalifa hampir saja kehabisan napas, ketika ia merasakan sentuhan dingin dari tangan Hilal pada kening nya, “Kamu demam?”
Khalifa dengan cepat menggelengkan kepala nya. Mungkin, Hilal merasakan tubuh Khalifa terasa hangat karena dirinya yang habis mandi, atau di karenakan memang Khalifa sedang merasakan panas dingin lantaran gugup.
Tentu saja dirinya gugup, biasanya ketika Hilal pulang ia akan langsung menghampiri laki laki itu dan mengambil tas serta jaket yang di kenakan Hilal. Tapi hari ini, malam ini dirinya sama sekali tidak bergeming dari tempat tidur, karena ia begitu malu untuk membuka selimut tebal nya.
“K—kenapa pulang nya larut banget, Gus?” tanya Khalifa mencoba untuk menghilangkan kegugupan nya.
Hilal mendudukkan dirinya di samping Khalifa sambil bersandar di sisi tempat tidur. Selama ini, keduanya memang sudah tidur dalam satu ranjang, akan tetapi tidak terjadi apapun, karena keduanya tidur selalu dalam posisi yang sangat tenang.
Sejak kecil, Khalifa memang lah sangat lembut, bukan hanya dari tutur kata dan perilaku nya, akan tetapi juga dengan posisi tidurnya. Sangat berbeda dengan kakak nya, Maira. Yang mana setiap tidur tidak pernah bisa anteng.
Dulu, waktu kecil, Khalifa sering meminta untuk tidur bersama kakak nya. Tapi, hanya satu kali, setelah itu dirinya tidak mau lagi. Bagaimana tidak trauma, jika saat tidur keduanya nampak berpelukan, akan tetapi saat tengah malam selalu saja Khalifa mendapatkan tendangan bebas, yang mana membuatnya sellau terjatuh dari tempat tidur.
Maka dai itu, meskipun Khalifa dan Hilal berada di dalam satu kamar dan satu tempat tidur, namun keduanya seperti selalu bisa menjaga diri masing masing, meskipun sedang di hadapkan oleh ujian yang cukup berat bagi orang dewasa.
“Iya, aku sengaja menyelesaikan semua pekerjaan aku, agar besok kita bisa pergi.”
Khalifa mengerutkan dahi nya, menatap suaminya dengan begitu intens, “Pergi kemana?”
“Rencana nya, aku ingin mengajak kamu dan Nasha untuk berlibur. Sudah lama kita tidak pergi bersama, aku terlalu sibuk di pabrik.” Hilal menghela napas nya sedikit berat, “Bukankah skripsi kamu juga sudah selesai? Maka dari itu, aku berencana untuk mengajak kalian berlibur.”
“Kemana?” tanya Khalifa seketika mengembangkan senyuman manis nya.
Untuk sesaat, Hilal terdiam saat melihat raut ceria di wajah Khalifa. Sudah cukup lama, ia tidak melihat raut seperti itu lagi pada sosok gadis di depan nya. Dulu, sebelum ia menikah dengan Kirana, gadis itu selalu ceria lembut dan selalu bisa menjadi penyemangat untuk nya.
Peran Khalifa memang cukup penting dalam hidup Hilal sejak saat dirinya putus ta'aruf dengan Maira, yang tak lain adalah kakak kandung Khalifa. Hingga saat tiba tiba a harus menikah dengan wanita lain yang membuat hati gadis itu patah.
‘Astagfirullah!’ Hilal langsung mengusap wajah nya kala mengingat kesalahan yang sudah ia lakukan. Rasa bersalah d hatinya bukan hanya karena Kirana. Akan tetapi juga karena sudah menyakiti gadis baik seperti Khalifa.
“Gus, kita mau kemana?” Tanpa sadar, Khalifa bangkit dan duduk sambil tangan nya mengguncang kecil tangan suaminya. Hingga seketika membuat mata Hilal langsung membola dengan sempurna.
“K—Khalifa .... “
...~To be continue .......