Money Is Not A Problem

“Apakah cukup dengan memenjarakannya?” Demian bertanya dengan tergesa-gesa, agak bersemangat.

“Cukup.”

“Tunggu, kamu bilang pencariannya sudah selesai tujuh jam yang lalu?” Demian tiba-tiba teringat sesuatu dan langsung bertanya.

“Ya.”

“Kenapa kau tidak memberitahuku?!” Demian hampir mati karena marah. Dia tidak lupa bahwa layanan pengawasan yang disediakan oleh Zero telah membuang-buang poinnya.

“Saya tidak berkewajiban untuk mengingatkan Anda.”

“Berhenti sekarang dan kirimkan informasinya kepadaku,” kata Demian, sedikit tertekan. Meskipun dua poin per jam tidaklah banyak, itu tampak seperti pinjaman dengan bunga.

Dan tugas yang diberikan Zero hanya bernilai 100 poin atau 200 poin. Berapa lama waktu yang dibutuhkan Demian untuk membayarnya?

“Data telah ditransfer ke ponsel Anda. Anda telah meminjam total 1.085 poin, dengan tingkat bunga bulanan sebesar 56 poin,” jawab Zero segera.

“Bagaimana bisa begitu banyak?” Demian berhenti sejenak, lalu bertanya dengan marah, “Bukankah memantau Robert Thomp hanya dua poin per jam? Bahkan belum 48 jam sejak awal, bukan? Bahkan jika kita menghitung berdasarkan 48 jam, itu hanya 96 poin, dan menambahkan 600 poin yang baru saja dipinjam, itu hanya 700, dari mana tiga ratus tambahan itu berasal?”

“Energi yang dihabiskan untuk menyerang sinyal jaringan dan mencari catatan kriminalnya di internet, saya dapat memberikan Anda daftar pengeluaran secara terperinci,” kata Zero, suaranya tidak bergetar sedikit pun.

“Kau bahkan lebih korup dari Flame Nation Mobile.” Demian terlalu lemah untuk membalas.

Zero tidak menanggapi kali ini. Demian merasa sedikit tertekan, menyalakan kembali mobilnya, dan melaju maju seratus meter. Banyak pikiran bermunculan di benaknya. Meskipun dia baru saja kesal, depresinya telah hilang. Tanpa Zero, dia bukan apa-apa. Namun, sikap Zero membuat Demian banyak berpikir.

Zero bisa melakukan banyak hal, tetapi Demian-lah yang harus membuat semua keputusan. Jika dia tidak hati-hati, dia bisa dengan mudah ditipu oleh Zero. Setelah memikirkan ini, Demian teringat tugas kedua. Uraian tugas mengatakan bahwa Anda memerlukan mobil, tetapi tidak menyebutkan bahwa Anda hanya dapat membeli satu mobil. Ada juga sesuatu tentang perkembangan tugas.

Subtugas pertama dari tugas ini sangat jelas. Demian diminta untuk menghabiskan 20 juta dollar Flame Nation dalam waktu 2 jam. Namun, subtugas kedua tidak menyebutkan jumlahnya. Saat berbelanja tadi, ia menghabiskan uangnya sendiri. Namun, setelah Demian menggesek kartunya untuk membeli mobil seharga 6,2 juta, Zero langsung mentransfer 6,2 juta ke rekeningnya.

Dengan pemikiran ini, sebuah ide muncul di kepala Demian. Ia segera mengeluarkan ponselnya untuk mencari di peta. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menemukan targetnya. Tempat itu tidak jauh dari tempatnya berada. Ia segera melaju ke arah sana. Beberapa menit kemudian, sebuah dealer mobil milik Flying Horse muncul di hadapannya. Ia memarkir mobilnya di tempat parkir di depan, keluar dari mobil, dan langsung masuk ke dalam toko.

Sambutan yang diterimanya di sini jauh lebih antusias daripada di dealer Ice Horse. Begitu Demian masuk, dua atau tiga pramuniaga menghampirinya, semuanya cantik dan membungkuk serta tersenyum.

“Tuan, ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang wanita berpakaian profesional hitam dan stoking hitam.

“Apakah Anda punya G63?” tanya Demian langsung. Kendaraan off-road seri G Flying Horse adalah kendaraan segala medan yang dapat melintasi padang pasir, padang rumput, dan gurun Gobi, jauh melampaui kendaraan sejenis Land Rover dalam hal performa.

Sayangnya, harganya tentu lebih mahal, itulah sebabnya Demian tidak tertarik pada mobil sport seperti Lamborghini. Baginya, desainnya tampak agak terlalu mencolok.

Itu bukan seleranya. Di sisi lain, kendaraan off-road G63 yang lebih mendominasi sejalan dengan estetikanya. Beberapa orang mungkin menganggapnya jelek, tetapi Demian menganggapnya cukup baik. Dia pikir pria seharusnya mengendarai mobil seperti itu.

“Maaf, Pak. Saat ini G63 sedang kehabisan stok. Namun, Anda bisa memesannya namun pending,” kata pramuniaga itu dengan jantung berdebar-debar, tetapi ia segera menjawab.

“Saya butuh satu sekarang,” kata Demian tegas.

Mendengar perkataan Demian, pramuniaga itu tahu bahwa pembeli seperti ini tidak akan mengindahkan sarannya, tetapi dia tetap bertanya, “Apakah Anda hanya menyukai G63, atau kendaraan off-road seri G lainnya?”

“Oh? Apakah Anda punya mobil seri G lainnya di sini?” tanya Demian dengan sedikit terkejut.

“Kami punya dua G65S di sini, satu berwarna putih dan satu lagi berwarna hitam dengan konfigurasi yang sama. Pramuniaga yang melihat situasi membaik segera menjawab.

“Oh? Kalau begitu G65,” Demian langsung berkata dengan gembira. Ia tidak menyangka akan menemukan G65S di sini. G65 lebih mahal satu juta dolar daripada G63, dan G65S sudah tidak diproduksi lagi dengan jumlah yang terbatas. Selain itu, tampaknya ada batasan kuota untuk jumlah yang dapat dibeli di negara ini, sehingga banyak orang yang menginginkan model ini tidak dapat membelinya meskipun mereka menginginkannya.

“Anda yakin?” Pramuniaga itu segera bertanya dengan hati-hati.

“Ya, G65 hitam. Saya akan membayar cash. Bisakah Anda mengantarkannya kepada saya? Karena saya yang menyetir ke sini,” jawab Demian.

“Tentu saja, tentu saja,” Si pramuniaga hampir tertawa terbahak-bahak. Sungguh menyegarkan! Ini adalah pelanggan kaya sejati! Dia mengenakan pakaian yang sederhana, yang mungkin dibuat oleh penjahit busana. Selera orang kaya tentu saja berbeda.

Pakaiannya sangat sederhana sehingga terkesan mewah. Pramuniaga itu segera mengantar Demian ke sofa sementara pikirannya berkecamuk. Jika Demian tahu bahwa pakaiannya yang biasa-biasa saja tanpa merek apa pun telah disangka sebagai pakaian yang dibuat khusus di benak pramuniaga itu, aku ingin tahu apa yang akan dipikirkannya.

Itulah bedanya! Ketika dia pergi ke dealer Ice Horse, dia naik taksi dan mereka mengira pakaiannya biasa saja. Namun ketika dia datang ke sini dengan mengendarai Ice Horse, dia diperlakukan sama sekali berbeda.

Dengan pelanggan yang tegas seperti Demian, manajer itu pun segera waspada. Manajer itu, seorang pria berusia tiga puluhan, segera menghampiri dan berjabat tangan dengan Demian, sambil berkata, “Tuan, selamat datang di Flying Horse. Jika Anda memerlukan sesuatu di masa mendatang, jangan ragu untuk menghubungi saya. Kami dapat membantu Anda dengan pelat nomor kendaraan.” “Oh? Apakah saya harus membayar ekstra untuk itu?” Demian terkejut.

“Tidak, sama sekali tidak. Bahkan, Anda tinggal memberikan identitas Anda. Kami sudah memesan pelat nomor untuk kedua mobil ini di kantor pengelola kendaraan. Tentu saja, jika Anda menginginkan pelat nomor khusus, kami juga dapat membantu,” kata manajer itu sambil tersenyum.

“Terima kasih untuk itu. Saya tidak punya preferensi untuk pelat nomor,” Demian tidak punya persyaratan khusus untuk pelat nomor.

“Kami bisa mengantarkan mobil ke mana pun Anda inginkan dalam waktu dekat,” jawab manajer itu sambil tersenyum.