Novel ini lanjutan dari Antara Takdir dan Harga Diri. Bagi pembaca baru, silahkan mulai dari judul diatas agar tau runtun cerita nya.
kehilangan orang yang paling berharga di dalam hidup nya, membuat Dunia Ridho seakan runtuh seketika. Kesedihan yang mendalam, membuat nya nyaris depresi berat hingga memporak porandakan semua nya.
Dalam kesedihan nya, keluarga besar Nur Alam sedang bertikai memperebutkan harta warisan, sepeninggal Atu Nur Alam wafat.
Mampu kah Ridho bangkit dari keterpurukan nya?.
silahkan simak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan Terakhir Atu Nur Alam.
Beberapa kali Ridho meneliti kotak kecil itu, namun tidak melihat ada celah sedikit pun juga.
Anastasya menatap kearah pria paro baya itu, "kenapa atu melarang kami datang menjenguk nya uncle?" tanya nya.
"Mungkin tuan Nur Alam tidak ingin kalian terlibat masalah keluarga Alam di Brunandi" jawab uncle Zanu singkat.
Ridho mengangkat wajah nya menatap kearah uncle Zanu.
"Masalah keluarga Alam?, ada masalah apa sebenar nya di Brunandi?" tanya Ridho penasaran.
"Ya nak, beberapa bulan sebelum tuan Nur Alam sakit, muncul konflik didalam keluarga Alam, yang menghendaki seluruh harta tuan Nur Alam dibagi rata, tetapi ada pula yang tidak ingin dibagi rata, dengan berbagai alasan, mereka ingin menguasai seluruh harta tuan Nur Alam, lalu timbullah sengketa yang semerawut dalam keluarga Alam, masing masing mengklaim diri mereka lebih berhak atas semua harta warisan dari tuan Nur Alam, mungkin karena pertikaian itu, kesehatan tuan Nur Alam mendadak drop, nah sebelum keadaan semakin parah, tuan Nur Alam sempat bicara panjang lebar dengan saya, dia menyuruh saya pergi ketempat ini untuk menyampaikan kotak kecil itu!" ujar uncle Zanu.
Ridho termenung beberapa saat lama nya, mencoba mencerna apa yang telah terjadi dengan keluarga ayah nya.
"Kenapa Ido tidak boleh ke sana uncle?" tanya Ridho heran.
"Kau tahu?, sekarang ni, keluarga kau tuh dah pecah tiga kubu, kubu pertama yang menghendaki seluruh harta tuan Nur Alam seluruh nya, kubu kedua yang menginginkan harta tuan Nur Alam dibagi sama rata, dan kubu ketiga yang tidak ikut campur, mau dibagi atau tidak, terserah, dan kubu ketiga nih, cuma kakek engkau sahaja, yang parah sekali adalah kubu pertama nih, mereka kuasa sewa gangster dunia" ujar uncle Zanu menjelaskan.
Mereka ngobrol hingga larut malam, uncle Zanu bercerita masalah konflik didalam keluarga Alam, dan apa alasan tuan Nur Alam melarang Ridho menjenguk nya.
pukul sebelas malam, barulah Ridho dan Anastasya masuk kedalam kamar tidur mereka.
Namun kedua nya tidak tidur, hanya bicara Sabil mengutak atik kotak kecil kiriman dari atu Nur Alam.
"Bagai mana cara membuka kotak kecil ini ya?" gumam Ridho bingung sambil menyerahkan pada Anastasya.
Sejenak Anastasya memperhatikan sekeliling kotak kecil itu dengan sangat teliti sekali, masih saja tidak dia temukan apa apa.
Barulah setelah kotak kecil itu dibalik, dia melihat sebuah tonjolan setebal karton yang nyaris tidak terlihat.
Dengan hati hati, ditekan nya tonjolan itu.
"Klik!" ....
Kotak kecil terbuat dari Kuningan itu terbuka, di dalam nya hanya ada lipatan kertas kosong yang sudah lusuh.
Anastasya membuka lipatan kertas itu berlapis lapis, tampak nya hanya ganjel agar isi nya tidak rusak.
Setelah membuka lapisan demi lapisan, di lapisan paling inti, terlihat sebuah memory card berwarna hitam.
Anastasya menyerahkan benda itu pada Ridho tanpa tahu maksud nya.
Ridho segera memasukan kedalam card reader, dan memasukan nya di colokan laptop nya.
Setelah laptop di hidup kan, ternyata memory card itu berisi file Atu Nur Alam.
Terlihat orang tua itu duduk diatas kursi di ruangan kerja nya.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, uyut atu yang paling atu sayang, saat kau mendengarkan ini, mungkin atu dah tiada lagi di dunia fana ini, jangan bersedih, ada saat pertemuan, pasti ada saat perpisahan, ingat jasad atu boleh terkubur di tanah, tetapi atu masih hidup di dalam diri uyut atu nih, darah yang mengalir di tubuh mu adalah darah atu, jangan pernah tampakan diri engkau di Brunandi, bahaya bagi engkau sekeluarga, biarlah hanya Allah yang tahu, kau uyut atu, keluarga kita dah seperti musuh saling menjatuhkan, jauhi mereka sejauh jauh nya, ingat pesan atu masa tuh ya, empat black card itu kau simpan baik baik, jangan bagi tahu siapa pun juga, rahasia ke empat black card itu ada pada gelang besi putih ditangan engkau tuh, kelak kau akan tahu semua nya, jaga diri engkau dan keluarga, jangan pedulikan Brunandi lagi, atau kau dan keluarga dalam bahaya, gangster internasional dah terlibat masaalah perebutan harta atu, tetaplah sebagai Ridho si anak desa yatim-piatu tidak punya sanak famili, kau mengerti maksud atu kan?, cukup kau kirimi atu doa sahaja, atu dah senang, maaf kalau dah dengar cakap atu nih, bakar memory card ini ya, jangan bagi tahu ini, meski sama ajudan atu tuh sekalipun, daaah sayang atu, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" ...
Untuk beberapa saat, Ridho terdiam membisu, tak tahu lagi apa yang harus dia lakukan. Serasa baru saja dia memiliki keluarga, sekarang harus dia putuskan demi keselamatan anak istri nya.
"Atu melarang kita datang ke Brunandi sayang, disana sedang terjadi pergolakan sesama keluarga Alam, saling serang saling tikam, hanya demi harta warisan dari atu, apa pendapat mu sayang?" tanya Anastasya memegang tangan sang suami, menguatkan hati nya agar tetap tegar.
"Atu manusia yang paling berjasa pada Ido sayang, atu adalah ibu kedua yang melahirkan Ido kembali hidup di dunia ini, pedih rasa hati Ido mendengar atu sakit parah, ingin Ido jenguk, tetapi atu melarang, biarlah orang lain tidak mengenal Ido, Ido tetap cucu tersayang atu Nur Alam" bisik Ridho serak menahan rasa sedih.
Anastasya segera meraih tubuh pemuda yang paling dicintai nya itu kedalam pelukan nya.
kehangatan tubuh Anastasya dan aroma harum khas tubuh wanita cantik itu mampu membuat tenang hati Ridho.
"Sayang, dunia fana ini hanyalah panggung sandiwara, ada pertemuan, pasti ada perpisahan, masing masing kita punya peran nya masing masing, terserah mau menjalani peran itu sebaik baik nya, atau melakoni peran itu sekehendak hati kita, tetapi semua nya akan ada penilaian dari sang maha kuasa, sebaik apa peran kita, atau justru seburuk apa kita berperan di panggung sandiwara ini!" bisik Anastasya memeluk Ridho erat sekali.
"Kau benar Sya!, tetapi semua nya terasa begitu cepat berlalu, baru kemarin aku punya atu, sekarang sudah di renggut dari sisi ku!" ucap Ridho sendu.
"Itulah salah satu peran kita, padahal mereka tidaklah mati, hanya lakon mereka habis, mereka masih hidup Disamping sang maha kuasa, menonton kita menjalani peran kita masing masing, belajarlah menerima keadaan sayang, siapa tahu besok atau lusa, giliran mamah yang pergi, maka papah harus bisa meneruskan peran papah di dunia fana ini tanpa mamah lagi, oke?, lelaki tersayang ku yang paling tampan, ayo bangkit, jalan masih panjang, masih banyak kisah yang harus kita lakoni!" ucap Anastasya membesarkan dan menguatkan hati Ridho, memeluk dan mencium pipi pria muda itu.
Ridho menatap kearah Anastasya seraya tersenyum.
"Terimakasih bidadari ku, belahan jiwa ku, kau adalah energi kekuatan ku, karena mu aku tegar menatap dunia ini, menjalani peran sesulit apapun itu, terimakasih bidadari surgaku, tetaplah Disamping ku, hingga tarikan nafas terakhir ku" ucap Ridho balas mencium kedua pipi Anastasya.
Lalu bibir mereka saling bertaut, saling mengecap dan mengecup mesra, diselingi permainan tangan Ridho yang mulai nakal, Anastasya pun merintih manja perlahan, membuat semangat Ridho bak banteng matador yang baru terlepas dari kandang nya.
Setelah tiga puluh menit bergulat dan bergelut, peluh membasahi tubuh kedua nya, rintihan halus beberapa kali mengiringi tubuh Anastasya yang mengejang, akhirnya kedua nya pun sama sama terhempas di pelepasan akhir yang sangat melelahkan, namun raut wajah berjuta kepuasan tergambar di wajah kedua nya.
Anastasya masih memeluk tubuh sang suami dengan erat, enggan penyatuan mereka terlepas.
"Aku bahagia hidup bersama mu, pilihan tuhan tidak pernah salah, ingat saat pertemuan pertama kita dulu sayang?" tanya Anastasya seraya mempererat pelukan nya pada tubuh Ridho.
"Ya!, di toko buku itu kau menabrak ku, eh bukan nya minta maaf, kau malah menempeleng pipi ku!" sahut Ridho mengenang masa pertemuan mereka dulu.
Anastasya membelai pipi sang suami dimana dulu pernah dia tempeleng itu, "maafin mamah ya sayang, saat itu mama baru selesai operasi, jadi kecapean,mana mamah tidak pernah kenal sama laki laki lagi, jadi nya kaku, tapi kan waktu itu papa mencium kedua pipi mamah kan, mamah memang marah sekali sama papah, tetapi sial nya, rasa di pipi mamah tidak pernah hilang, bahkan hingga sekarang, rasa ciuman pertama papah masih berasa, Tasya tidak pernah di cium laki laki, mendadak papah manusia pertama yang menyosor pipi mamah, sebenar nya malam nya mamah tidak bisa tidur semalaman rasa ciuman pertama itu tidak mau hilang, bahkan wajah papah tiba tiba terbayang jelas di kelopak mata mamah, saat itu sebenar nya Tasya sudah jatuh cinta, tetapi ego Tasya masih lebih besar dari rasa Tasya, kalau Tasya berani jujur, Tasya sangat ingin di sosor lagi saat itu" ucap Anastasya tetap memeluk tubuh sang suami dengan erat sekali.
"Sekarang gimana?" tanya Ridho.
Anastasya mencium kedua pipi sang suami, " kalau sekarang sih, tidak usah nunggu nunggu, Tasya yang nyosor papah terlebih dahulu, Tasya suka kangen nyosor papah sayang" ujar Anastasya mempererat pelukan nya.
Di tatap nya wajah Ridho dalam dalam, " kau bahagia bersama ku sayang?" tanya nya.
"Kau adalah kebahagiaan ku sayang, tanpa kau,mungkin kebahagiaan ku pun akan sirna selama nya" sahut Ridho mencium kedua pipi sang istri.
Sejenak Anastasya termenung, entah mengapa, ada bulir air mata jatuh bergulir di sudut pipi nya, "Tasya juga sangat bahagia hidup bersama papah, terimakasih ya sayang, telah menciptakan kebahagiaan dalam hidup Tasya yang singkat ini!" ucap wanita cantik itu hanyut dalam Isak tangis nya.
...****************...