Berawal dari penghianatan sang sahabat yang ternyata adalah selingkuhan kekasihnya mengantarkan Andini pada malam kelam yang berujung penyesalan.
Andini harus merelakan dirinya bermalam dengan seorang pria yang ternyata adalah sahabat dari kakaknya yang merupakan seorang duda tampan.
"Loe harus nikahin adek gue Ray!"
"Gue akan tanggungjawab, tapi kalo adek loe bersedia!"
"Aku nggak mau!"
Ig: weni 0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 02
Hati Andin begitu hancur, bahkan rasa percaya itu sirna begitu saja. Penghianatan yang di lakukan kekasih tercinta dan juga sahabatnya membuatnya tak tentu arah. Bukan pulang malah singgah ke tempat penuh dengan gemerlap lampu disko beserta musiknya yang memekakkan telinga.
"Adik cantik ngapain di sini? nanti di cariin mamah loh, pulang aja sana!" ucap bartender yang melihat Andini dengan polos duduk di hadapannya.
"Aku udah jauh-jauh kesini terus om nyuruh aku pulang gitu aja? apa-apaan om ini! aku mau pesen minum!"
"Minuman di sini beralkohol semua, nggak cocok buat kamu yang masih kecil. Besok sekolah kan?" wajah yang cantik dan tergolong baby face membuat Andin terlihat masih seperti anak sekolah. Padahal dia sudah kuliah semester lima.
"Bukan urusan Om, cepet aku haus!" Andini benar-benar kehausan. Sepanjang perjalanan menangis membuat tenggorokannya kering.
Satu botol minuman bening itu kini sudah ada di hadapannya, membuatnya yang mengira itu air bening biasa segera menenggaknya dengan habis tetapi setelah itu wajahnya memerah merasakan tenggorokannya seperti terbakar.
"Ikh ini apa om? aku tuh mau minum bukan mau bakar lidah aku, panas banget sich om!"
"Semua minuman di sini ya begini. Aku kan udah bilang pulang aja, kamu malah menyulitkan dirimu sendiri kalo begini!"
Andin mendengus kesal merasa diremehkan, tetapi seketika palanya begitu berat dan terasa keliyengan. Tubuhnya pun semakin nyaman, menyambar tas dan keluar lagi dari club' malam dengan sempoyongan.
...****************...
"Andika!"
Andika yang sedang duduk bersama dengan temannya di halaman rumah pun merasa terganggu dengan teriakan sang mamah yang begitu mengusik telinga.
"Ikh di panggillin dari tadi juga, bukannya jawab." sewot mamah yang sudah menyusul Andika anak pertamanya di teras rumah sedang ngopi dan merokok bersama sahabatnya.
"Eh ada Raihan, maaf ya ini si Andika kebiasaan kalo di panggil diem aja. Maaf suara Tante ganggu ya," ucap mamah tak enak.
"Udah tau ganggu, kalah toa masjid sama suara mamah. Kenapa sich emangnya mah?"
"Kamu nich kalo sama orang tua nggak ada sopannya, itu si Andin kok belum pulang juga ya dari sore. Coba kamu cari, mamah khawatir anak perawan jam segini belum sampe rumah. Mana bentar lagi papah pulang, bisa ngoceh nanti Dika!"
"Udah wa aku tadi mah. Pulang telat katanya, udah nggak perlu khawatir gitu mah. Yang penting Andin udah ngabarin."
"Kalo ada apa-apa sama adek kamu, pokonya kamu yang tanggung jawab ya!" mamah segera kembali masuk ke dalam.
"Emang si Andin kemana?"
"Tau, paling ke rumah si Tara, loe kayak nggak tau aja dia pacaran mulu kerjaannya."
"Kayak loe juga kali, udah malem gue balik ya. Besok bakal sibuk banget di kantor, berangkat pagi juga kan!" Raihan ingin segera pulang tetapi di tahan oleh Andika.
"Loe mendingan tidur sini, biasanya juga nginep. Udah malem juga, nggak baik duda malem-malem berkeliaran di jalan. Di culik Tante kesepian loe ntar!"
"Ck, loe kata gue gampangan!" sahut Raihan. Dia menghabiskan kopinya kemudian masuk ke rumah dan melangkah menuju kamar tamu.
"Eh, loe mau kemana?" tanya Dika yang kemudian menyusulnya masuk.
"Loe bilang gue suruh nginep sini. Ya udah gue mau tidur ngantuk!" Raihan segera masuk ke kamar tamu yang biasa dia pakai kemudian menutupnya.
"Berasa gue yang jadi tamu, woy Rai satu malam 300ribu!" seru Andika kemudian naik tangga untuk masuk ke kamarnya.
Sepanjang jalan Andini tak hentinya memijat pelipisnya, pusing semakin membuatnya sulit mengendarai motor. Beruntung malam sudah larut sehingga membuat jalanan sepi.
Kebodohan yang hakiki di kala hati hancur dan otak ngawur. Bukan di rumah tidur malah pergi ke club' yang hanya membuat dirinya tambah hancur.
Mendarat di halaman dan menjatuhkan begitu saja motornya, badannya benar-benar sudah tak kuat tapi muka Tara terus saja melintas di pikiran. Dengan terus meracu tak jelas Andini masuk kerumah dengan membuang tasnya begitu saja dan masuk ke kamar tamu tanpa aba-aba.
Raihan yang baru terpejam begitu terkejut dengan kedatangan Andin yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya dengan melepas baju dan membuangnya ke lantai. Hanya menyisakan dua kaca mata di bagian atas dan rok selutut yang ia pakai tadi.
Raihan melongo di buatnya, apa lagi saat Andin dengan santainya merebahkan tubuhnya di atas tubuh Raihan.
"Andin, kamu kenapa?" tanya Raihan yang benar-benar bingung antara mimpi dan nyata di datangi oleh gadis cantik yang ia kenal adalah adik dari sahabatnya sendiri.
"Diam Tara, aku juga bisa seperti Cika. Mau gaya apa? hhmm..."
Raihan menggelengkan kepala, dia mengumpat dalam hati. Dan beranjak dari sana tetapi Andini sudah menyambar bibirnya dan mengecup begitu dalam. Raihan yang sempat terkejut akhirnya tak berkutik saat Andin dengan liarnya memainkan lidah hingga Raihan membalas tanpa ingin melepas.
"Maafin gue Dika, adek loe yang mulai."
Raihan yang bernama lengkap Muhammad Raihan Putra Baratajaya anak dari Vino dan Sifa yang begitu terkenal kalem. Malam ini begitu tergoda dengan adik dari sahabatnya sendiri. Hingga berujung malam panjang bagi keduanya, Andini yang tak sepenuhnya sadar malah menikmati setiap sentuhan yang Raihan berikan.
Otak dan tubuhnya justru bekerja sama mengkhianati hati yang masih waras. Dalam satu hentakkan mampu membuka jalan untuk Raihan bergerak lebih dalam.
"Sakit ....eugh...."
"Maaf setelahnya akan lebih membaik..." Raihan mengecup kedua mata Andin dalam sadar Raihan merenggut semua yang Andini jaga selama ini. Padahal sudah berulang kali Tara meminta tak pernah di tanggapi oleh gadis itu. Tapi malam ini dia harus berakhir di ranjang bersama orang yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri.
Raihan berpacu meraih semua yang tersedia di depan mata, mereguk kenikmatan yang Andini berikan. Hingga suara lenguhan keduanya memenuhi kamar tanpa berpikir hari esok akan bagaimana.
Andini pun mengikuti naluri hasratnya, membalas setiap gerakan Raihan membuat pria itu seakan tak mengingat rasa sakit yang pernah ia rasakan akibat keegoisan mantan istrinya.
Raihan membuat Andin beberapa kali bergetar dan menjerit saat sudah mencapai puncak kenikmatan. Raihan yang selama menduda tak pernah lagi merasakan sentuhan wanita kini benar-benar di buat menggila.
Kini pria itu tumbang setelah mendapatkan pelepasan, dan ambruk di samping tubuh Andini yang sudah terlelap. Raihan menarik selimut hingga menutupi tubuh keduanya dan mengecup kening Andin dengan sayang. Sebenarnya Raihan pun sudah menganggap Andin seperti adiknya sendiri. Apa lagi beberapa kali dia di titipkan oleh Andika untuk menjemput Andin sekolah saat adiknya tak membawa kendaraan.
"Maafin aku Andin, tapi aku akan bertanggung jawab atas semua yang kita lakukan."
mkasih bnyak thorr🫰