Money Is Not A Problem

Money Is Not A Problem

Bab 1. Menjadi Kaya

Pagi itu di tepi sungai besar, terdengar suara keras dari pecahan botol. Seorang pria, sekitar 25 tahun, berdiri limbung di atas kerikil dengan botol kosong di tangannya. Setelah menghabiskan dua botol minuman keras, matanya sayu dan ucapannya tidak jelas, tetapi pikirannya malah jadi tajam, seperti ada yang membara di dalam dadanya.

"Persetan dengan semua orang! Aku nggak akan tunduk sama aturan mereka! Kalau ada yang bisa bikin aku kaya, siapapun itu, aku bakal ngikutin mereka seumur hidup!" Pria itu, Demian Mahendra, berteriak ke arah sungai yang bergemuruh, mencoba berdiri tegak.

“Kau yakin?” Suara yang dingin dan misterius terdengar di dalam benaknya.

“Siapa itu?” Demian tertegun, menoleh ke kanan dan kiri, mencari sumber suara.

“Aku adalah kehidupan super canggih dari peradaban luar angkasa. Apa kau benar-benar bersedia menyerahkan hidupmu untuk siapapun yang bisa memberimu kekayaan?” Suara itu mengulang, dengan nada tak tergoyahkan.

“Kehidupan super canggih? Alien?” Demian tertawa meremehkan, lalu mengangkat botol minumannya. “Beraninya kau bilang begitu hanya karena kau alien! Coba deh, kalau beneran hebat, bisakah kau bikin aku kaya?”

“Aku bisa.”

"Kalau gitu tunjukkan uangnya.”

“Berapa yang kau inginkan?”

Demian menyeringai sambil meracau, “Seratus miliar. Bisa nggak? Kalau nggak bisa, mending enyah saja.” Ia tertawa keras, merasa bodoh berbicara pada makhluk yang mungkin hanya khayalan akibat alkohol.

Tiba-tiba, suara notifikasi SMS terdengar. Demian mengeluarkan ponselnya dengan tangan gemetar dan melihat pesan itu.

“Bank XX: Pada tanggal 29, 05:33; $100.000.000.000 telah dikirimkan ke akun Anda yang berakhir dengan 7575 (transfer antar bank). Saldo Anda saat ini adalah $100.000.001.123,323.”

Dia terpaku, matanya mendelik, napasnya tercekat. Setelah beberapa detik terdiam, ia hanya bisa berkata, “Astaga!”

“Uangnya sudah dikirim.” Suara itu muncul lagi di benaknya, dingin dan tenang.

“Jadi... kau alien?” Demian bertanya, lebih serius kali ini.

“Benar, aku makhluk dari luar angkasa yang maha kuat,” jawab suara itu datar, seakan menyatakan hal yang paling biasa.

“Biar aku sadar dulu,” kata Demian yang masih linglung, menepuk kepalanya. Semua ini terasa seperti mimpi yang terlalu nyata.

Kilatan cahaya biru tiba-tiba muncul dan mengenai perutnya, membuatnya merasa mual. Dengan cepat, ia berlari ke tepi sungai dan muntah sekuat tenaga. Setelah beberapa menit, perasaan mual itu perlahan mereda. Suara itu muncul lagi.

“Alkohol belum sepenuhnya meresap ke dalam darahmu, jadi membuatmu muntah adalah cara paling efektif untuk menyadarkanmu. Cuci muka dengan air sungai, dan kau akan benar-benar jernih.”

Setelah membasuh wajahnya dengan air yang dingin, Demian merasakan kejernihan yang hampir belum pernah ia rasakan. Ia meraih ponselnya lagi, memastikan pesan itu masih ada, dan kemudian, ia tertawa terbahak-bahak, tertawa yang penuh rasa tak percaya dan kegilaan.

Beberapa menit kemudian, Demian memanggil taksi dan memerintah, “Ke Universitas F.”

Sopir taksi melihatnya dari kaca spion, dengan ekspresi heran karena Demian terlihat kotor dan berbau alkohol. Tapi sebelum sopir sempat protes, Demian mengeluarkan tiga lembar uang merah dan melemparkannya ke dasbor.

Taksi melaju cepat menuju kota, membelah jalanan pagi yang masih sepi. Satu jam kemudian, mereka tiba di depan gerbang Universitas F. Tapi Demian, yang sudah berada di ujung kegelisahan, berubah pikiran. “Antarkan aku ke Bank Industri Kota, cabang utama.”

Sopir, yang sudah puas dengan uang tip yang diterimanya, langsung memutar arah tanpa banyak bertanya.

Sampai di bank, Demian segera masuk. Seorang manajer lobi dengan setelan rapi mendekatinya. “Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu?”

“Saya mau tarik tunai,” jawab Demian tegas sambil melempar kartu banknya.

“Berapa yang ingin Anda tarik, Tuan?” tanya petugas teller dengan sopan.

“Dua juta,” kata Demian santai.

Manajer lobi dan teller terkejut, menatap Demian yang berpakaian kusut dan berantakan. Setelah berdiskusi singkat, mereka meminta Demian untuk menunggu. Dengan sigap, manajer itu menelepon direktur cabang.

Direktur cabang bergegas datang dari lantai atas dan langsung menginstruksikan manajer lobi, “Pastikan semua kebutuhan Tuan Mahendra terpenuhi! Jangan membuat pelanggan VIP menunggu.”

Satu jam kemudian, Demian keluar dari bank dengan tas berisi uang tunai. Ia menaiki taksi yang masih menunggu dan memberikan alamat tujuan yang sama, “Universitas F.”

Saat sampai di sana, Demian menarik ponselnya dan menghubungi seseorang. Telepon itu dijawab dengan suara yang dingin, “Demian Mahendra, apa lagi? Sudah kubilang, kita sudah putus!”

“Temui aku di depan kampus. Ini terakhir kalinya aku mengganggumu.” Demian menutup telepon tanpa menunggu jawaban.

Setengah jam kemudian, seorang wanita cantik bernama Sarah muncul di depan kampus. Dia menatap Demian dengan tatapan sinis. “Apa yang ingin kau bicarakan?”

“Aku cuma punya satu pertanyaan,” ujar Demian dingin. “Kau meninggalkanku hanya karena dia lebih kaya, kan?”

Sarah tertawa mengejek. “Demian, semua itu karena kepribadian kita tidak cocok. Kau pikir aku hanya mengejar uang?”

Tanpa berkata apa-apa, Demian mengeluarkan setumpuk uang dari tasnya dan melemparkannya ke wajah Sarah. Uang kertas itu berhamburan, dan Sarah tertegun.

“Dua juta. Untuk semua malam yang kau habiskan denganku. Jangan pernah katakan aku tidak berharga,” katanya dingin.

Uang bertebaran di udara, dan para mahasiswa yang menonton di sekitar hanya bisa terpana. Sarah duduk di tanah, memandangi uang yang jatuh di sekelilingnya, dan Demian berjalan pergi tanpa menoleh lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!