Mencintainya adalah sebuah keputusan..
Sifat perhatian padaku menutupi pengalihannya...
Yang dia kira...dia yang paling disayang, menjadi prioritas utama, dan menjadi wanita paling beruntung didunia.
Ternyata semua hanya kebohongan. Bukan, bukan kebohongan tapi hanya sebuah tanggung jawab
.
.
.
Semua tak akan terjadi andai saja Arthur tetap pada pendiriannya, cukup hanya dengan satu wanita, istrinya.
langkah yang dia ambil membawanya dalam penyesalan seumur hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lupy_Art, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23
Ceklek....
Arthur masuk kedalam kamar, menghampiri istrinya yang sudah tertidur sambil duduk. Matanya melirik mangkuk yang tadi terisi puding sudah habis
Membenarkan posisi tidur istrinya agar lebih nyaman, setelah itu Arthur ikut tidur disamping istrinya.
"eengh..." Arthur menoleh oada istrinya yang menggeliat seperti merasakan tidak nyaman
Menarik Livia dalam dekapannya, mengusap punggungnya... Sekarang Livia sudah terlihat lebih nyaman, mungkin ini karena pengaruh hamil mudanya.
"Bagaimana aku bisa meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini, hm?" Arthur mengecup pucuk kepala istrinya
Apakah istrinya bisa nyaman tidur jika tidak ada yang mengusapnya? Arthur begitu khawatir
"engh..." Livia menggeliat menelusupkan wajahnya didada bidang Arthur, sepertinya Livia tidak nyaman dengan perutnya... Arthur dengan penuh kasih sayang terus mengusap punggung istrinya supaya Livia merasa nyaman
.
.
.
Pagi sekali Arthur sudah bersiap² dengan setelan kantornya.. Sekarang ia berdiri didepan cermin sambil memasang kancing kemejanya
Tiba² sepasang tangan melingkar dipinggangnya, "kenapa bangun, hm?" Arthur bertanya
"kamu kenapa pagi² sekali mau kekantor?, ini kan masih jam 6 pagi" tanya Livia dengan suara seraknya, menyandarkan kepala dipunggung suaminya. Livia terbangun karena tidak merasakan Arthur berbaring disampingnya
"aku ada penerbangan pagi, jadi harus siap² sekarang" Livia melepaskan tangannya
Arthur membalikan badan menatap dahi istrinya mengkerut, "kenapa tidak bilang dari semalam?"
"aku ingin bilang, tapi kamu sudah tertidur" Arthur menarik Livia dalam dekapannya
"kamu bisa bilang sebelum aku tidur" ucap Livia dengan nada cemberut
"Aku lupa sayang, maaf"
Livia melepaskan diri dari Arthur dan langsung berlari ke kamar mandi
"hueek....hueeek.." Arthur yang panik langsung menyusul istrinya
"hueek..huekk.." lagi² hanya cairan bening keluar. mengangkat tubuh istrinya yang sudah lemas duduk di wastafel
Dengan telaten Arthur membasuh wajah dan mulut istrinya tanpa rasa jijik, Livia menjatuhkan kepalanya pada dada bidang Arthur
"Apa perginya akan lama?" Arthur mengusap punggung istrinya
"Aku tidak jadi pergi" ucapnya
"pergilah Ar... Pasti urusanmu sangat penting sampai harus pagi² sekali berangkatnya" ucap Livia dengan nada lemas
"pergilah Ar aku akan baik² saja disini" Arthur mengangkat istrinya keluar, membaringkannya perlahan
Arthur ikut berbaring menyamping menyangga tubuhnya dengan sebelah tangan.. "pergilah Ar" titahnya
"maaf" ucap Arthur dengan nada sesal
"tidak apa², pergilah" Livia mengusap rahang tegas suaminya
Arthur menunduk melumat bibir istrinya...
Cup...
Dengan langkah ragu Arthur meninggalkan rumahnya, mobil itu membawanya ke bandara. Sekarang pikiran Arthur tak tenang memikirkan istrinya,
Ini situasi yang sulit, akan lebih baik Arthur bicara sejujurnya sekarang tapi situasi nya tidak tepat... Livia tidak boleh stress, sedikit saja itu akan mempengaruhi kandungannya
Penerbangan dari london ke new york memakan waktu 8 jam 9 menit, Arthur tiba di new york pukul 10 pagi karena perbedaan waktu London dengan New york 5 jam lebih lambat
Drrt...Drrt..
"Daddy..." baru saja sampai dan Arthur baru membuka ponselnya, Erland sudah meneleponnya.
"Ya sayang.. "
"Daddy menepati janji kan?" ucap pria kecil dengan suara menggemaskan
"iya sayang... Daddy sekarang sedang berada dilondon, Daddy akan segera menemuimu" Arthur melembutkan suaranya
"yeay...Aku menunggu Daddy" pekik anak itu kesenangan
"bersiaplah nak...Daddy akan segera membawamu kepantai"
"iya Daddy"
tutt..
Sekarang Arthur menaiki taxi menuju apartment Kendall
.
.
.
Selama Arthur berjalan menuju pintu apartment, ia terus memantau istrinya dari kamera CCTV yang ia pasang diam² dan sudah terhubung secara otomatis ke ponselnya
Istrinya terlihat sangat cantik dengan dress yang dikenakannya dan juga sedikit berdandan sehingga terlihat lebih fresh, memakan kue labu dipangkuannya sambil menonton TV. Semenjak hamil istrinya sering meminta makanan atau cemilan manis seperti kue atau puding
Apa ada tanda² anak keduanya adalah perempuan? Entahlah, apapun itu jenis kelaminnya Arthur akan tetap menyayanginya
Arthur memasukkan ponselnya kedalam saku
Tok...tok...tok
ceklek....
Dihadapannya seorang wanita telah membuka pintu yang ia ketuk sebelumnya, "masuklah... Erland sudah menunggumu" kata Kendall
Arthur melangkah masuk dan langsung diserbu oleh anaknya "Daddy...gendong..gendong" Erland merentangkan tangannya
Arthur mengangkat Erland digendongannya.." kamu sudah siap boy?" tanya Arthur
"Sudah...aku sudah siap, aku sudah menyiapkan kaca mata lenang..nih liat baguskan?" Erland memamerkan kacamata renang yang melingkar dikepalanya pada Arthur
"bagus... Kamu sudah makan?" Erland mengangguk
"baiklah kalau begitu ayo kita pergi sekarang"
"yeeeeaay... Ayo" seru Erland
Kendall menyerahkan tas berisi pakaian anaknya pada Arthur, "kenapa tasnya kecil? Dimana bajumu?" tanya Arthur
"aku tidak ikut, kalian berdua saja yang pergi aku akan tetap disini" kalimat itu membuat Erland lesu
"Mommy halus ikut, Elland ingin belmain dengan mommy dan Daddy" ucapnya memelas
"tidak nak.. Pergilah bersenang² dengan Daddy" Kendall masih menolak
"ini hanya permintaan kecil putramu, apa kamu tidak kasihan dengannya?" Kendall menatap mata bulat putranya berkaca²
"baiklah Mommy ikut, tunggu sebentar mommy ambil baju dulu" Kendall bergegas menyiapkan bajunya
" ayo"
Mereka pergi menggunakan mobil milik Kendall ke pantai..
Sementara itu disisi lain, Livia sedang melakukan panggilan dengan orang tuanya. "Daddy akan mengunjungimu nak, kamu ingin dibawakan apa? Makanan, kue, baju, tas..?"
mendengar Damian menyebutkan kue Livia menelan ludahnya.."Aku ingin kue selai nanas Dad.."
Damian terkekeh, "Daddy akan membawakannya untukmu. Sayang, Daddy harus menghadiri rapat bulanan dulu.. sampai bertemu"
"iya Dad"
Tut...
"kamu sengaja ya mau bikin mommy gendut, hm?" tanya Livia mengajak bicara janinnya. Mengusap lembut perutnya yang masih rata
"tapi tidak apa², jika kue itu yang kamu mau mommy akan memakannya untukmu oke" dan sekarang Livia ingin melakukan sesuatu tapi bingung, dokter bilang ia tidak boleh kelelahan
Ia memutuskan keluar kamar, "Kei.."
"ada apa liv?"..
"Aku ingin berkebun..."
"kamu tidak boleh kelelahan liv.. Arthur menitipkanmu padaku, entah apa yang dia lakukan padaku jika tau istrinya melakukan pekerjaan berat" Kei menolak permintaan Livia secara halus
"tapi aku ingin..." jika tidak dituruti Livia akan sedih, mungkin dia bosan
"okeee.... Tapi kamu nya boleh menanam bibitnya saja tidak boleh yang lain" Livia sudah berbinar saat Kei meng'oke'kan keinginannya tapi Kei justru melunturkan senyumnya
"iya..." jawabnya
Kei tertawa dalam hati melihat ekspresi Livia
.
.
Dan sekarang disinilah mereka berdua, ditaman belakang. Kei mencangkul tanahnya sementara Livia memperhatikannya sambil duduk dibangku kecil untuk berkebun
tanahnya sudah gembur.. Sekarang livia menimbun biji tanaman ditanah itu
"apa yang kamu tanam?"
"aku menanam labu kuning, sepertinya bayiku suka dengan labu ini, maka aku akan belajar cara membuatnya" jelasnya dengan senyum diwajahnya
"apa ada tanaman lain yang ingin ditanam?" Kei mensejajarkan tubuhnya dengan Livia
"untuk saat ini belum, mungkin nanti" setelah selesai mereka beranjak dari sana
.
.
.
.
.
.
...----------------...
.
.
.
.
.
Hai readers....
Ayo dukung karya ini dengan tinggalkan jejak komentar, like, subs, beri vote dan gift
Sampai bertemu dichaptwr berikutnya😘