Mentari dijodohkan oleh ayahnya dengan pria lumpuh. ia terpaksa menerimanya karena ekonomi keluarga dan bakti dia kepada orangtuanya.
apa yang terjadi setelah mentari menikah?
apa akan tumbuh benih-benih cinta di antara keduanya?
apakah mentari bahagia? atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ristha Aristha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta untuk Gadaikan SK
"Jaga ucapanmu, tentang Ines. Kamu itu hanya orang asing yang dinikahi oleh, Mas Dirga!" Bella naik pitam saat Mentari menyindirnya.
"Ngaca Mentari, kamu mau menikah hanya demi keluar dari kemiskinan, bukan?" ucap Bella lagi.
"Bella!" bentak Heny.
"Justru kamu, yang telah merebut Mas Dirga dari calon istrinya. Ines yang tersakiti disini!"
PLAKKKKK....!
Heny menampar Putrinya.
"Cukup! Mama malu dengan perkataan mu, Bel!" Heny berujar dengan bibir bergetar karena menahan tangis
Kedua mata Bella membulat. Ia memegangi pipinya yang masih terasa perih. Karena tamparan Mamanya yang cukup keras.
"Ma? Demi membela dia, Mama tega menampar aku?" Bella tak percaya.
"Sudah, kita tenangkan diri. Lebih baik istirahat ", ucap Revan.
Suasana semakin memanas. Dan berakhir dengan Heny yang tak bisa menahan amarahnya saat mulut Bella semakin lancang.
"Aku, akan pergi!" ucap Bella .
"Pergilah! Kamu tidak boleh membawa mobil. Mama akan memblokir kartu kredit mu! pergi!"
perkataan Heny membuat langkah Bella terhenti. Ia mengurungkan niatnya untuk pergi. Bella bukanlah apa-apa tanpa fasilitas yang diberikan oleh orangtuanya.
Gegas Bella menuju kamar yang akan ia tempati tidur malam ini.
"Maaf semua, jika perkataanku tadi keterlaluan", ucap Mentari.
"Kamu tidak bersalah, Tari. maafkan anak Tante. Dia sudah keterlaluan, membuat masalah, membuatmu tidak nyaman", Heny semakin merasa bersalah.
Kelakuan Bella diluar dugaan Heny. Sangat memalukan. Heny jadi tidak enak pada keluarga kakaknya. Putrinya mendatangkan ulat bulu Untuk merubah rumah tangga sepupunya sendiri.
****************
Rumah Mentari
Sejak kejadian itu, Laras jarang keluar rumah. Jika, dia butuh sesuatu , maka ia meminta Bara untuk belanja di warung.
Siang itu Mira pergi rumah Sasa temannya. hanya Sasa teman dekat Mira yang rumahnya berdekatan.
"Aduh...!" Mira terkejut ada yang melempari batu padanya.
Ketika ia perhatikan ternyata Narti.
"Bulek? kenapa melempari ku?" Mira gak habis pikir, ternyata pelakunya adalah buleknya sendiri.
Dia tak mempunyai salah, tiba-tiba di lempar batu. Bagian pipi Mira terkena. ia memegangi pipinya, untung saja tidak terluka.
Narti justru melanjutkan aksinya. Dia mengambil batu lagi. Dan melemparnya pada Mira.
"Heh, Bulek!" Mira memekik dan menghindar dari perbuatan Narti.
"Kamu, adiknya Mentari yang genit! Mana kakakmu yang berani menggoda menantuku, hah!" Narti berteriak keras.
Mira mengeluarkan ponselnya, ia tidak akan membiarkan perbuatan dan ucapan Narti yang memfitnah kakaknya.
"Bulek jangan fitnah!" Mira merekam Narti yang semakin mendekat padanya.
"Bilang sama Mentari, jangan menggoda menantuku. Gendis, sedang hamil, beraninya dia menggoda Reza. Mengirim pesan pada Reza, sampai ketemu nanti sama Bulek, akan aku habisi Mentari!" Narti mengamuk.
Kembali dia mengambil batu dan melempari Mira.
Mira berlari menuju rumahnya. Ia menjauh dari Narti yang semakin brutal.
****************
Rumah Narti
Gendis masih merengek pada Reza. Agar suaminya mengajak dirinya bersama ibunya untuk umroh.
"Mas, aku gak mau kalah dengan Tari!" ucapnya dengan bibir yang maju.
"Kamu jangan banding-bandingkan terus dengan Mentari , tahu sendiri kalau suaminya pemilik pabrik. Bahkan berasal dari keluarga konglomerat, sedangkan aku?"
"Jangan merendahkan diri Mas, kamu itu polisi!"
"iya, aku polisi. Bukan jenderal yang bisa kamu mintai apapun!"
"Aku sudah bilang tadi, gadaikan rumah ibu kalau mau umroh. Nanti uangnya bisa di gunakan untuk keperluan mendaftar dan biaya untuk kesana!"
"Gak bisa, Mas. ibu gak mau. Apalagi rumah dengan tanah yang tidak seberapa ini, berapa sih jika di gadaikan? Mendaftar Untu berdua saja tidak cukup. Belum lagi biaya disana, aku punya ide, Mas!"
"Apa?" Reza menatap istrinya.
Gendis mengajak Reza untuk duduk di bibir ranjang. Reza semakin penasaran. semoga Gendis tidak memberikan saran yang aneh
"Kamu, gadaikan saja SK polisimu untuk meminjam uang, ini adalah cara yang paling tepat!"
Reza sudah menduga. Jika, semua saran Gendis itu sesat, dan akan menjebak dirinya.
"Jangan deh, sayang. Aku nggak biasa berhutang. Otomatis gajiku akan di potong setiap bulannya. Kamu akan mengeluh kekurangan uang!" Reza menolak rencana Gendis.
"Ish, kamu usaha dong, Mas. Bagaimana caranya mendapatkan uang banyak. kenapa harus mengeluh kepada ku? Kamu ini hanya berjanji saja, tapi tidak ada satu pun yang kamu tepati. Ingin membelikan aku rumah, beli mobil, tapi kamu bohong! Atau jangan-jangan tentang Mentari yang menggoda kamu itu, juga bohong?"
Raut wajah Reza berubah seperti panik mendengar apa yang dikatakan istrinya. Perkataan Gendis yang terakhir membuat Reza langsung kepikiran.
"Oke aku akan melakukan apa yang kamu mau, untuk menggadaikan SK. Agar kamu bisa umroh bersama ibu!"
Akhirnya Reza menuruti permintaan Gendis. Senyum Gendis mengembang ketika Reza tidak menolak sarannya kali ini.
"Terimakasih ya, Mas. Kamu memang suami terbaik! Gitu dong, kamu jangan kebanyakan mikir. Apa yang aku sarankan itu kamu lakukan saja, itu juga demi kebaikan kita. Demi nama baik kita di lingkungan sini!".
Reza mengangguk pasrah. Ia berpikir akan memberikan sebagian uang itu nanti untuk Mamanya. Digunakan Mega membayar DP mobil baru.
****************
Rumah Mentari
"Viralin saja, Mbak! Biar kena itu Bulek Narti. Biar di hujat!" ucap Bara yang geram saat melihat video yang di perlihatkan oleh Mira.
"Jangan gegabah, kita tanyakan dulu sana Ayah kalian. Nanti malah jadi masalah untuk kita", ujar Laras mencegah kedua anaknya agar tidak tergesa-gesa dalam mengambil tindakan.
Bagas sedang berkunjung ke rumah saudaranya yang ada di kecamatan lain. Hingga saat ini belum pulang.
Mira dan Bara menuruti perintah ibunya. Mereka juga tidak mau melakukan sebuah kesalahan. Ada hukum di negri ini. Yang nantinya malah akan menjadi Boomerang untuk mereka jika salah mengambil langkah.
"Mungkin Bulek Narti sudah edan, makanya dia menyerang keluarga kita!" ucap Mira.
"Iya, dia sekarang dia sudah kepanasan melihat keluarga kita sekarang. merasa tersaingi. Hingga fitnah terus, muak aku Mbak, padanya!" ujar Bara.
"Istighfar Nduk, Le!" tegur Laras.
"Astaghfirullah..." ucap Mira dan Bara serentak.
"Sebentar lagi Mbak Tari akan pulang, dia datang bersama Mama mertuanya. Ibu mau menyiapkan makan malam untuk mereka", Laras bangkit dari duduknya.
Laras sudah masak enak, tinggal menatapnya di meja.
"Aku bantu, Bu", Mira mengikuti langkah ibunya.
****************
Mentari dan Dirga malam itu tiba di kediaman mereka. Dirga sudah tidak nyaman berada serumah dengan Bella. Setelah keributan kemarin malam, suasana menjadi canggung.
Kali ini Dita ikut bersama menantunya. Ada hal yang harus diurus oleh Dita di sana.
Dita akan menemui Surti untuk melakukan kerjasama. Dia ingin menjalin kerjasama dengan catering milik Surti. Saudara dari besannya Laras.
Mega beberapa kali menghubungi Beni. Mengemis untuk di gunakan kembali, tapi selalu ditolak mentah-mentah. Sesuatu yang mudah bagi Dita untuk menemukan catering baru, yang pasti memiliki attitude yang bagus. Tidak seperti Mega yang sombong.
aku mampir yah, kayanya ceritanya menarik.
sukses selalu