Bratt Wilson, pria berdarah Inggris-Indonesia yang sudah menginjak usia 35 th. Diusianya yang sudah matang, Bratt memilih untuk tidak menikah. Karena trauma melihat kehancuran rumah tangga orangtuanya, membuat Bratt menganggap pernikahan hanya lah tempat untuk menambah masalah hidup.
Meski tidak menikah, Bratt masih bisa menyalurkan hasratnya dengan memakai jasa wanita bayaran.
Hingga akhirnya Bratt bertemu dengan Alea Andara. Rasa ingin memiliki Alea sangat lah besar meski Bratt tahu kalau Alea sudah memiliki suami.
Apakah rasa ingin memiliki itu hanyalah sekedar obsesi Bratt atau karena memang Bratt telah jatuh cinta pada Alea?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Nath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Mengantar Alea
Bel tanda jam pulang kerja pun berbunyi.
Disaat teman-teman satu devisi-nya sedang sibuk membenahi meja kerja mereka, Alea masih saja berkutat dengan tabletnya.
"Alea, kau tidak pulang?" Tanya Zhinta.
"Iya Bu, sebentar lagi." Jawab Alea.
"Baiklah. Duluan yah." Balas Zhinta.
Zhinta pun keluar dari ruangan devisi-nya.
"Ayo, Alea." Ajak teman satu devisi-nya.
"Iya duluan." Balas Alea.
Sengaja memang Alea menunggu sampai teman-temannya pulang karena takut saat di lift nanti dirinya bertemu dengan Bratt. Kejadian diruang kerja Bratt tadi masih mengganggu pikiran Alea.
Setelah semua teman-temannya pulang dan Alea juga yakin kalau saat ini pasti Bratt juga sudah pulang, barulah Alea membenahi meja kerjanya.
Tak lupa ia mengambil paket yang tadi ia simpan di dalam laci lalu memasukkan paket itu ke dalam tas-nya.
Dengan tali tas yang ia gantungkan di pundaknya, Alea pun beranjak dari meja kerjanya dan keluar dari ruangan devisi-nya menuju lift.
Ting. Pintu lift terbuka.
Mata Alea membulat sempurna saat melihat Bratt dan asistennya, Hesron ternyata ada dalam lift itu.
"Kenapa melamun? Ayo masuk." Ucap Bratt.
"I-iya Tuan." Jawab Alea gugup.
Mau tak mau Alea pun masuk ke dalam lift dan berdiri didepan Bratt.
Setelah Alea masuk, Hesron pun menutup pintu lift.
Begitu pintu lift tertutup jantung Alea semakin tidak karuan, berdiri di depan Bratt ditambah kejadian tadi siang yang masih berputar-putar di kepalanya dengan sangat jelas membuat jantung Alea berdetak tidak karuan.
Sedangkan di belakang Alea, Bratt memejamkan matanya rapat-rapat menahan gai*rah-nya yang tiba-tiba saja memuncak begitu Alea berdiri di depannya. Mencium aroma Alea membuat dirinya kembali berfantasi liar dengan Alea di dalam lift.
Tahan Bratt, tahan!!. Gumam Bratt dalam hatinya.
Sedangkan Hesron yang sejak tadi melirik ke arah Bratt hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat sahabat sekaligus atasannya itu memejamkan mata. Ia tahu persis kalau saat ini pasti Bratt sedang menahan ga*irahnya yang sedang bergejolak.
Ting. Pintu lift terbuka.
"Saya duluan Tuan Bratt, Tuan Hesron." Pamit Alea sopan pada Bratt dan Hesron lalu cepat-cepat keluar dari dalam lift.
Hesron merespon dengan anggukan. Tapi tidak dengan Bratt.
Cepat-cepat Bratt keluar dari dalam lift untuk menyusul Alea.
"Mau apa kau?!" Tanya Hesron sambil menarik tangan Bratt.
"Mau apalagi kalau bukan mengejar target!" Balas Bratt lalu menyentak tangan Hesron dari tangannya.
Setelah tangannya berhasil lepas dari tangan Hesron, Bratt pun mengejar Alea yang sudah hampir sampai di depan pintu lobi.
Melihat itu Hesron hanya membuang nafasnya kasar lalu berjalan perlahan menjauh dari lift.
*
*
*
Kini langkah Bratt sudah sejajar dengan Alea.
"Alea, ada yang kita harus bicarakan." Ucap Bratt.
"Kalau ingin membicarakan masalah yang terjadi di ruang kerja Anda, saya rasa itu tidak perlu lagi di bicarakan. Anggap saja itu tidak pernah terjadi." Balas Alea.
"Tapi tetap saja saya merasa tidak enak dengan mu. Saya belum puas kalau belum meminta maaf dengan benar pada mu." Balas Bratt.
"Tidak perlu Tuan, saya sudah memaafkan Anda."
"Kalau memang kau sudah memaafkan ku, izinkan aku mengantar mu pulang."
"Tidak perlu Tuan. Apa kata karyawan yang lain kalau mereka melihat Anda mengantar saya pulang."
"Tidak perlu mendengar kata orang. Lagipula kantor sudah sepi, jadi tidak akan ada yang melihat kecuali.."
Bratt menoleh ke belakang dan spontan Alea juga menoleh ke belakang.
"Asisten ku itu." Lanjut Bratt.
Sedangkan yang sedang menjadi pusat perhatian Bratt dan Alea mengeluarkan ekspresi bingung karena dua orang di depannya melihat kearahnya.
"Ayo lah. Kalau kau tidak mau aku antar pulang, aku anggap kau masih marah padaku." Ucap Bratt.
"Mm... Baik lah kalau begitu." Balas Alea pasrah karena merasa tidak enak dengan Bratt.
Mereka pun berjalan menuju supercar hitam milik Bratt yang sudah terparkir sejak tadi di depan lobi.
Bratt membukakan pintu mobil untuk Alea.
Setelah Alea masuk kedalam mobil, barulah Bratt masuk kedalam mobil lalu melajukan mobilnya keluar dari area perusahaan Bratt Creative Digital.
*
*
*
Bersambung...