Rania Anastasya, adalah anak yatim piatu yang diangkat menjadi anak perempuan keluarga konglomerat sejak remaja.
Farhan Ananta Putra, adalah anak laki-laki satu-satunya keluarga angkat Rania. Hubungan mereka cukup dekat semenjak Rania bergabung menjadi keluarga Ananta Putra.
Namun siapa sangka, ternyata saat dewasa, Rania malah dijodohkan dengan Farhan, kakak angkatnya sendiri.
Sejak saat itu, Farhan berubah menjadi laki-laki kejam yang tak lagi dikenal oleh Rania. Bahkan di malam pertama mereka, Rania harus menerima rasa sakit akibat kekejaman Farhan.
Mampukah Rania melepaskan diri dari Farhan?
Baca kisah lengkap nya yuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Tidak Usah Ikut Campur
Setelah Rania merasa tenang, Randi mengantarkan wanita itu sampai ke rumah. Ia juga hendak melanjutkan hal yang tadi sempat tertunda, yaitu menyerahkan beberapa dokumen untuk perceraian Rania dan juga Farhan.
Setibanya di rumah, mereka dikejutkan dengan sosok Farhan yang sedang duduk di kursi teras rumahnya. Tatapan Farhan kepada Rania masih sama, tatapan penuh kemarahan dan kebencian.
Rania seketika menghentikan langkahnya, digenggamnya erat-erat bungkusan yang berisi alat tes kehamilan itu. Randi yang sadar akan perubahan sikap Rania, segera memasang badan di depan Rania.
Ia merentangkan tangan kanannya untuk menutupi tubuh Rania yang berada di belakangnya.
Farhan bangkit dari duduknya, lalu menghampiri keduanya.
"Darimana kalian?" tanya Farhan dingin.
"Kami dari jalan-jalan sebentar," jawab Randi tenang.
Farhan melihat ke arah Rania, yang sedikit tertutupi tubuh Randi.
"Bukankah kau sedang sakit?" tanya nya dingin dengan menatap Rania.
"Bukan urusanmu," jawab Rania singkat lalu bergegas pergi meninggalkan kedua laki-laki itu.
Rania tahu bahwa Randi akan melindunginya jika Farhan mencoba menahan dirinya. Dan terbukti, bahkan Farhan tak mencoba menahannya pergi.
"Kenapa kau pergi bersama istriku?" tanya Farhan.
"Apakah kau menganggapnya istrimu?" sahut Randi dengan pertanyaan lagi.
Farhan menarik sudut bibirnya sedikit. "Kau tidak usah ikut campur Randi."
"Aku hanya ingin yang terbaik untuk sahabatku," ucap Randi menatap Farhan.
"Sahabat?" tanya Farhan menaikkan sebelah alisnya.
"Ya, kau dan Rania. Kalian adalah sahabatku dan aku ingin yang terbaik untuk kalian, walaupun yang terbaik itu adalah perceraian," jawab Randi.
"Jadi kau sekarang telah menjadi sahabatnya juga? Sahabat istriku?"
"Aku hanya ingin melindunginya Farhan," jawab Randi.
"Aku tak perlu bantuan mu untuk melindungi Rania, Randi. Dia tak perlu bodyguard. Kalaupun dia memerlukannya, aku akan memberikan itu untuknya," sanggah Farhan.
"Aku bukan ingin menjadi bodyguard nya, tapi aku ingin melindunginya darimu," sahut Randi.
Farhan menatap Randi tak suka. "Untuk apa kau melindungi istri dari suaminya sendiri?"
"Farhan, jika kau tidak menyukainya, lepaskanlah dia. Bukankah kau akan menikahi wanita lain? Biarkan dia bebas Farhan," pinta Randi.
"Itu adalah urusanku Randi," jawab Farhan tegas.
Ia melihat amplop besar yang berada di tangan Randi. "Apa yang kau bawa?" tanya Farhan.
"Berkas untuk mendukung perceraian mu dengan Rania," jawab Randi.
"Oh, sudah sejauh itu rupanya kau ikut campur dalam urusan rumah tanggaku," ucap Farhan dengan gaya smirknya.
"Aku membantumu, bukankah kau yang bilang ingin menceraikan Rania? Aku sedang membantumu untuk mengurusnya, jika kau tidak ada waktu," sahut Randi.
"Oh.. Baiklah jika kau memang ingin membantuku, silahkan saja," jawab Farhan lalu berlalu pergi meninggalkan Randi.
Ia berjalan ke mobilnya lalu segera meninggalkan rumah itu. Randi hanya memperhatikan sahabatnya itu dengan heran.
"Sebenarnya apa yang dipikirkan olehnya? Pantas saja Rania sangat menderita, aku saja bingung apa yang dia inginkan," gumam Randi dengan menggelengkan kepalanya.
Sementara Rania yang sejak tadi sudah berada di dalam rumah bergegas mengunci dirinya di dalam kamar. Ia tidak ingin ada kebetulan manapun yang membuatnya harus bertemu dengan Farhan.
Randi masuk ke dalam rumah dengan membawa berkas yang sedari tadi dipegangnya.
"Siang Tante, ini aku bawakan berkas yang akan dibutuhkan untuk perceraian Rania dan juga Farhan," sapa Randi sambil menunjukkan amplop besar ditangannya.
"Oh baiklah, terima kasih ya nak Randi. Kamu sudah repot-repot menyiapkan ini dan membawakannya kepada kami," ucap mama Laura sambil menerima amplop itu.
"Tidak repot kok Tante, aku senang bisa membantu. Mungkin Farhan terlalu sibuk sehingga tidak bisa menyiapkan sendiri. Nanti jika keduanya setuju, bisa tanda tangan saja di sini ya," jelas Randi menunjukkan kolom tanda tangan pada kertas yang dipegang mama Laura.
"Baiklah, nanti akan Tante sampaikan pada Farhan dan juga Rania," jawab Mama Laura tersenyum.
Randi pun membalasnya dengan senyuman.
"Apakah kau ingin berbicara pada Rania?" tanya mama Laura.
"Tidak Tante, biarkan saja Rania istirahat. Dia tadi juga terlihat lelah," sahut Randi ramah.
"Oke kalau begitu, kau mau minum atau mungkin makan? Tadi tante sudah menyiapkan makan siang," undang mama Laura.
"Tidak perlu Tante, ini Randi harus kembali ke kantor karena ada beberapa kasus yang harus Randi tangani," tolak Randi sopan.
"Baik kalau begitu, hati-hati di jalan dan terima kasih," ucap mama Laura.
Randi menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Kemudian ia meninggalkan rumah itu.
kirain ..
malam harinya Rania menemani Farhan tidur..
😀😀😀❤❤❤
jagn sampai mimpimu jadi nyata..
maafkan farhan..
dia juga terluka dan menderita...
ayo bantu satukan ortu kalian..❤❤❤❤❤❤
akankah Rania mau kembali pada farhan?