NovelToon NovelToon
Mencintai Kamu

Mencintai Kamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Pengantin Pengganti / Beda Usia / Suami ideal
Popularitas:79.1k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Hanung Rahayu, seorang gadis periang dengan paras menawan. Sejak kematian sang ayah, Hanung tinggal bersama Ibu tiri dan ketiga adiknya.

Ibu Jamilah, Ibu tiri Hanung dulunya adalah abdi dalem di sebuah pondok pesantren yang ada di kotanya. Ketika Bu Nyai datang melamar Hanung untuk putranya, Ibu Jamilah menyerahkan keputusan sepenuhnya di tangan Hanung.

Dengan rela Hanung menerima lamaran tersebut, tanpa tahu calonnya seperti apa. Akankah Hanung mundur dari pernikahan? Bagaimana Hanung menjalani kehidupannya kedepan?

Note: Jika ada kesamaan nama, dan setting, semuanya murni kebetulan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Menyusul

Revisi

.

.

.

.

.

"Umi, bagaimana ini?" tanya Ning Anis kepada sang ibu, Umi Kalsum.

"Umi tidak tahu!"

"Umi yang mendukungku membatalkan pernikahan, jadi Umi juga harus membantuku sekarang."

"Umi mendukung karena Umi tidak ingin kamu menderita. Tapi lihat sekarang? Gus Zam terlihat lebih berkharisma setelah mengikuti beberapa kajian dan ikut mengurus pesantren. Walaupun wajahnya masih terkesan dingin dan masih belum bisa berbaur, dia tetaplah kandidat terbaik!"

"Umi tahu dari mana?"

"Dari Gus Miftah. Kemarin tidak sengaja bertemu saat Umi berkunjung ke pesantren Bu Nyai Rosidah."

"Benarkah?"

"Makanya, sekarang pikirkan solusinya sebelum Abi murka!"

"Tapi Gus Zam sudah menikah."

"Menikah hanya untuk menyelematkan wajah mereka, sama saja istrinya hanyalah pengganti!"

"Walaupun pengganti, tetap saja mereka menikah secara resmi!"

"Terserah kamu saja!"

Mereka saat ini sedang menunggu di luar ruang UGD. Dokter masih melakukan tindakan kepada Kyai Jabar. Beliau dilarikan ke rumah sakit karena serangan jantung, penyakit yang sudah lama diderita oleh Kyai Jabar. Karena itulah, baik Umi Kalsum maupun Ning Anis menyembunyikan kebenaran pernikahan Gus Zam. Mereka tidak menyangka jika Kyai Jabar bertemu dengan Pak Kyai hari ini.

Pak Kyai pun sudah dalam perjalanan untuk menjenguk bersama sopirnya. Sementara Bu Nyai mengurung diri dikamar karena berbeda pendapat dengan Pak Kyai perihal menjenguk Kyai Jabar.

"Sebenarnya ada apa? Bukannya Adib sudah ketemu?” tanya Ning Alifah kepada Ning Zelfa yang sendirian menyambut kedatangannya.

Ning Alifah dan Gus Miftah yang baru saja kembali dari pesantren Kyai Mumtaz bingung dengan suasana kediaman yang tidak seperti biasanya.

"Aku juga tidak tahu pasti, Kak. Yang pasti, pernikahan Kak Zam dan Hanung tidak diberitahukan kepada Kyai Jabar, begitu juga dengan pembatalan pernikahan. Sekarang Kyai Jabar ada dirumah sakit, makanya Abi kesana untuk menjenguk." jelas Ning Zelfa.

“Aku merasakan firasat buruk!” Keluh Ning Alifah.

“Berkhusnudzon saja.” Kata Gus Miftah sambil mengusap punggung Ning Alifah.

Di sisi lain.

“Sudah sadar?” Tanya Puji yang melihat Gus Zam membuka mata perlahan.

“Dimana?” Tanya Gus Zam dengan suara parau.

“Di Puskesmas.” Jawab Puji seraya menyerahkan air.

Perlahan Gus Zam duduk tetapi ia merasakan kepalanya berdenyut. Setelah meminum air, Gus Zam merasa lebih baik dan menegakkan duduknya.

“Jika kamu mengatakan nama istrimu Hanung, aku bisa membawamu kepadanya! Kenapa kamu bilang Hanum?”

“Hanum siapa?”

“Hah? Apa aku yang salah dengar?” Puji mengingat kembali gumaman Gus Zam.

“Apa benar Hanung?” Gus Zam mengangguk.

“Berarti aku yang salah dengar!”

“Kamu kenal?”

“Tentu saja! Perempuan populer sejak kedatangannya di catering!”

“Benarkah?” Tanya Gus Zam penasaran.

Puji pun mulai menceritakan awal pertemuannya dengan Hanung dan bagaimana dirinya bisa akrab, bahkan dengan sengaja menceritakan perihal laki-laki yang mengincar Hanung. Wajah Gus Zam pun menjadi berkerut tak suka mendengar Puji menceritakan berapa banyak laki-laki yang mencoba mendekati Hanung.

“Bukankah hanya satu minggu?”

“Satu minggu dikalikan 10 jam sudah berapa orang melihatnya?”

“70 jam.” jawab Gus Zam lemah.

“Itu sudah cukup untuk melihat dan turun ke hati! Tapi tenang saja, aku tidak akan membiarkannya!Hanung sudah aku anggap seperti adikku sendiri.”

“Anda sudah menikah?”

“Tentu saja sudah! Aku sudah memiliki anak berumur 4 tahun, namanya Dimas.” Gus Zam tersenyum tipis.

Dalam hati ia merasa lega karena Puji sudah menikah dan melindungi istrinya dari godaan laki-laki. Tanpa sadar, Gus Zam sudah membuka diri dengan Puji dan mereka pun membicarakan seputar serangan panik yang Gus Zam alami. Puji juga menjelaskan jika dokter sempat menyuntikkan obat penenang untuknya. Hal itu dilakukan karena Gus Zam tidak nyenyak dalam tidurnya dan menggigil seperti orang ketakutan.

“Hubungi istrimu. Ini sudah aku isi penuh baterainya!” Puji menyerahkan ponsel kepada Gus Zam.

“Terima kasih.”

“Aku cari makan dulu. Kamu mau apa?”

“Samakan saja.” Kata Gus Zam yang kemudian melihat pesan dan panggilan masuk.

Puji keluar mencari makan di sekitaran Puskesmas. Beruntung banyak penjual makanan saat malam hari. Jika tidak, mereka akan kelaparan sampai besok pagi.

Hanung yang tidur dengan memeluk ponsel pun terkejut dengan getaran ponselnya. Setelah mengucek mata dan memfokuskan penglihatannya, Hanung melihat nama yang tertera adalah “Mas Zam”. Segera Hanunh menggeser ikon jawab.

“Assalamu’alaikum Mas!” Seru Hanung.

“Wa’alaikumsalam.. Maaf..”

“Tidak apa, Mas. Hanung sudah tahu ceritanya dari Mas Puji. Terima kasih. Terima kasih Mas mau menjemput Hanung.” Dari Hanung yang semangat, kini menjadi Hanung yang menangis.

“Jangan menangis, sayang..” kata Gus Zam sambil mengusap layar ponselnya seolah menghapus airmata Hanung.

“Tidak ingin nangis, tapi air matanya keluar sendiri.” Gus Zam tersenyum melihat dan mendengar ucapan Hanung.

“Kamu lucu!” Hanung ingin tertawa tetapi ia masih menangis.

Dengan sabar Gus Zam menunggu Hanung sampai tenang. Setelah tenang, Hanung pun menceritakan perihal pasar yang ia kunjungi pagi ini dengan suara yang diiringi isakan kecil.

Gus Zam mendengarkan dengan seksama. Sesekali akan ikut tersenyum mendengar cerita dan ekspresi istrinya. Sungguh pemandangan yang sangat ia dambakan. Wajah Hanung yang penuh senyuman dan suara Hanung yang lembut sedikit serak karena menangis. Karena kedatangan Puji, mereka pun mengakhiri panggilan mereka. Gus Zam meminta Hanung kembali tidur sementara dirinya makan bersama Puji.

Keesokan paginya, Gus Zam sudah diperbolehkan pulang. Puji pun membawa Gus Zam ke penginapan seadanya karena mereka belum bisa melewati luapan air.

“Maafkan Zam, Abi.” Kata Gus Zam yang menghubungi Pak Kyai.

“Tak apa, yang penting kamu baik-baik saja, Nak. Tapi alangkah baiknya untuk berpamitan sebelum kamu pergi.”

“Yang ada dalam pikiran Zam saat itu hanyalah segera bertemu Hanung. Zam bahkan tidak pernah membayangkan bagaimana menghadapi kerumunan.”

“Sudah bagus, Nak. Kamu sudah dewasa.” Gus Zam pun menceritakan perjalanannya dan mengenalkan Puji sebagai penolongnya.

Bu Nyai yang sedari tadi hanya mendengarkan percakapan Pak Kyai dan Gus Zam, hanya bisa menangis.

Anaknya sudah besar. Selain sudah berkeluarga, anaknya juga sudah bisa memprioritaskan istrinya sampai-sampai nekad menyusul dengan kondisinya yang tidak stabil. Saat Pak Kyai bertanya apakah Bu Nyai ingin bicara, beliau hanya menggeleng. Bu Nyai takut membebani Gus Zam, jadi Pak Kyai menyudahi panggilan mereka.

“Kenapa tidak mengatakan sejak awal kalau kamu anak Kyai?” Tanya Puji.

“Untuk apa?”

“Paling tidak aku akan sungkan kepadamu.”

“Jadilah dirimu sendiri. Tidak ada yang membedakan status seseorang kecuali kadar keimanannya.” Kata Hus Zam.

“Baiklah.. Sekarang ceritakan padaku, mengapa kamu nekad menyusul Hanung tanpa tahu situasi dan dengan kondisimu seperti itu!”

“Harus?”

“Tentu saja! Paking tidak aku harus tahu agar bisa membantu dan mencegah kamu serangan panik lagi!”

“Terima kasih..”

Gus Zam mulai menceritakan bagaimana ia bisa sampai dititik dimana tidak menghiraukan traumanya hanya untuk menyusul istrinya.

1
indy
makasih kakak...
Meymei: Sama-sama kakak 😊
total 1 replies
indy
jadi pengen rendang sama gulai singkongnya
Meymei: Itu masakan andalan author kalo LG malas ke warung masakan padang kak 😅
total 1 replies
sahabat pena
Luar biasa
Meymei: Tambah semangat kak 😊
sahabat pena: Sama-sama Kak. terus semangat berkarya 💪💪💪
total 3 replies
Nur'laela Lamato
ceritanya bagus 👍🏻👍🏻
Meymei: Terima kasih dukungannya kak😊
total 1 replies
indy
wag gus zam ngilang
indy
Sweet di mana-mana
Meymei: Awas ada semut ya kak 😁
total 1 replies
indy
lanjut kakak
Meymei: Ditunggu ya kak 😁
total 1 replies
indy
kasihan hanung, baru dua kali ketemu neneknya
Meymei: Iya kak, 🥹
total 1 replies
indy
asyiknya sudah sampai sarangan
indy: dulu sekali
Meymei: Sudah pernah kesana kak?
total 2 replies
indy
lanjut kak
Meymei: Siap 😊
total 1 replies
indy
lanjut kakak...
Meymei: Siap😊
total 1 replies
𝐈𝐬𝐭𝐲
es kemangi rasanya kayak apa🤔 aku malah baru denger Thor... 😁😁
Meymei: Bisa dicoba kak, dijamin endul. Author jg tahunya waktu berkunjung ke tempat saudara di Bojonegoro 😁
total 1 replies
indy
makin sweet...
indy
kalau para nyai sudah akur kayaknya hawanya jadi adem. hapus cemburumu anis, hanung gak pernah berprasangka buruk kepada semua orang
Meymei: Bener bgd si Kaka😁
total 1 replies
𝐈𝐬𝐭𝐲
sebaiknya hanung & azam memiliki rumah sendiri agar punya privasi..
Meymei: Masih diusahakan, kak (Gus Zam)
total 1 replies
indy
judulnya menangjs, jadi ikutan menangis
𝐈𝐬𝐭𝐲
yg sabar ya Azam & Hanung mungkin ini ujian untuk kalian agar lebih iklhas dalam menghadapi kehidupan pasti nantinya akan di ganti dgn lebih banyak lagi...
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
indy
ujian buat hanung dan gus zam. semoga kuat
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
indy
jadi ikutan pengin rujak cingur
Meymei: Gaskeun kak 🤭
total 1 replies
𝐈𝐬𝐭𝐲
untung kelakuan anis sudah berubah gak seperti uminya yg gak insaf²...
Meymei: Aku aslinya tidak seperti itu kak (Ning Anis)
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!