Hari hari SMA, adalah hari yang menyenangkan, Namun tidak dengan seorang Adelia Fitriani, masa SMA nya harus terenggut, karena hutang hutang orang tuanya, dia harus putus sekolah, dan itu menjadi awal penderitaan untuknya, akankah dia mendapatkan titik kebahagiannya lagi.
Disamping kesedihannya, ada Mahatur, yang selalu memberinya dukungan, begitupun dengan Meidina, yang sudah ia angap sebagai kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon latifahsv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencoba ikhlas.
Keesokan harinya..
Lea berangkat kesekolah, seperti biasanya, tapi dia mulai kepikiran, omongan tantenya, kemarin sore, dia lebih banyak melamun di sekolah, Meidina sampai terus selalu bertanya "kamu kenapa sebenarnya Lea", namun dia belum mau berbicara, apapun dia hanya menjawab "tak apa" hingga akhirnya diapun pulang sekolah...
Saat pulang sekolah, dia berjalan, ada tetangga tetangga nya di pinggir jalan, yang tampak menunggunya, mereka semua bertanya pada Lea.
"Lea, mamah kamu kemana?" ucap mereka
"Ada di rumah, kan," ucap Lea, berpura pura.
"Tapi, tadi kita gedor gedor ko ga ada," ucap mereka.
"Mungkin keluar kali, yaudah Lea ke rumah dulu ya, tante semua," ucap Lea.
Lea pun berjalan menuju rumahnya, dan sebelum dia memasuki rumah, dia sudah di hadang tantenya.
" Lea" ucap bu Lilis, sambil berteriak.
"Iya tante" ucap Lea, sedikit bergetar karena kaget.
"Sebenrnya, mama kamu kemana, ga keliatan beberapa hari ini, kemaren pas tante kerumah, juga ga ada, tadi siang tante gedor gedor, ga ada, jawab yang jujur Lea, jangan bohong dan beralasan, kaya kemarin," ucap bu Lilis, dengan berteriak.
"Mama sebenarnya, mama ga ada ke kota," ucap Lea, sambil bergetar, dan memegangi kedua tanganya.
"Hah ke kota, kabur mamah kamu, kabur dari hutang," ucap bu Lilis, membentak.
"Mama ke kota, nyusul bapak," ucap Lea masih bergetar.
"Sejak kapan Lea, kemaren, ko kamu bilang nya ga tau, kenapa kamu bohong," ucap bu Lilis.
"Bukan tante," ucap Lea.
"Terus, pas kapan," ucap bu Lilis, menekuk dahinya.
"Pas 4 hari, lalu," ucap Lea.
"Hah, pantes aja ga keliatan, mama kamu batang hidung nya, teryata dia kabur, hebat juga dia, kabur ninggalin hutang yang banyak, kalau hutang di bank kabur kaya gitu, pasti di anggap lunas la, terus hutang hutangnya sama tante,dan yang lain gimana," ucap bu Lilis, menantang.
"Maaf tante, tante tanya aja sama mama Lea, jangan sama Lea, Lea ga tau apa apa permisi," ucap Lea.
Lalu Lea pun berlalari, dengan kencang, sambil menangis dalam diam. Dia segera membuka pintu rumah nya, lalu dia pun menutup kembali, dan menangis sejadi jadinya.
"Mama, mama tega, Lea dimarah marahin tante Lilis, mama Lea salah apa, mama tolongin Lea, Lea harus berlindung ke siapa, mama," ucap Lea, dalam tangisnya. Dengan masih mengunakan seragamnya, airmatanya terus berderai, dia meringkuk, duduk memeluk lututnya, dibawah lantai, hingga diapun ketiduran dalam tangis nya.
Sore harinya.
Lea terbangun dari tidurnya, dengan keadaan kepala pusing.
"Astagfirullah, aku ketiduran, duh pusing, mana masih pakai seragam lagi," ucap Lea, sambil memegangi kepalanya.
Dia bergegas membuka seragamnya, dan menganti bajunya, lalu diapun ke kamar mandi, mengambil air whudu, dan diapun solat, selesai solat dia menangis bersujud, dan mengadu kepada alloh.
"Ya Alloh, sebenarnya apa rencana mu ini, mengapa begitu terasa menyakitkan, yang aku rasakan ini, kemana tempat ku mengadu, selain pada mu ya Alloh, seperti apa kedepannya, yang aku jalani, kuatkan aku ya Alloh, berikan kesabaran seluas luasnya," ucap Lea, dengan berlinang air mata.
Dia lalu menghapus air matanya, dia pun membereskan mukena nya, mengambil hpnya, dan mulai membuka pesan chat, dia membalas chat dari artur.
^Lea, kamu udah sampai rumah?, Maaf ya, aku ga bisa nganter tadi.
^Iya ka, ga papa.
^Kamu baru aktif, dari mana aja.
^Tadi, aku ketiduran ka.
^Oh gitu.
^Ya ka, ka boleh cerita ga.
^Cerita apa, boleh dong.
^Takdir ko kadang ga adil ya, sama Kita, ka.
^Ga adil, gimana?.
^Ya ga adil, padahal kita ga suka, sama sesuatu yang terjadi di hidup kita, tapi kita dipaksa, harus menerima takdir itu.
^Itu bukan ga adil, itu karena kita, ngerasa ga iklas, dengan apa yang kita terima, dalam hidup,mungkin aja, apa yang kita jalani, adalah yang terbaik, untuk kita, dan mungkin, hanya kita yang mampu.
^Oh gitu ya, ka, berarti karena aku merasa ga iklas ya, jadi keliatan nya, kaya takdir ku ga adil.
^Nah bisa seperti itu, memangnya kenapa?.
^Ga papa ka, cuman aku lagi sedih aja.
^Sedih karena takdir, kenapa emangnya sama takdir yang kamu jalani, saat ini.
^Sebenarnya, mama ku ga ada.
^Maksud ga ada nya, gimana, aku takut salah paham.
^Mamahku, ke kota.
^Terus, kamu sekarang sendiri gitu.
^Iya ka.
^Jadi, ini yang membuat kamu sedih.
^Iya ka.
^Lea, mama kamu juga punya alasan, ningalin kamu, dan pasti itu yang terbaik, dan mungkin mamah mu juga, udah mikirin ini, dengan sangat matang.
^Iya ka, cuman aku ngerasa sendiri aja.
^Ada aku, temen temen kamu, sodara kamu, kenapa kamu harus merasa sendiri.
^Iya yaa, masih ada kalian, aku ga sendirian.
^Aku tau, hidup tanpa adanya ibu itu hampa, tapi, kita harus yakin mungkin semua itu, untuk kebaikan kita.
^Iya juga ya, ka, makasih banyak ya, mau dengerin aku, makasih udah nasihatin aku.
^Iya sama sama Lea, santai aja, setiap kamu merasa sepi, kamu telpon aku aja.
^Iya kalau gitu, makasih ya, udah dulu.
^Iya sama sama.
Lea merasa lega, dengan hal itu, lalu diapun tidak membalas pesan Artur, dan diapun memilih menelpon Meidina, karena dia bisa mencurahkan semuanya, pada Meidina, dia tidak cukup berani, menceritakan semua pada Artur, tapi pada Meidina, sepertinya dia harus menumpahkan segalanya, agar dia makin terasa lega, dan jauh lebih kuat, Meidina ibarat kakak yang selalu ada untuknya.
Dia lalu menekan tombol dan menelpon Meidina, masih berdering, lalu tak lama terdengar suara Meidina.
^Halo assalamualaikum, kenapa Lea.
^Waalaikumsalam.
^Ada apa Lea.
^Mei, mengapa semuanya terasa berat ya.
^kamu kenapa, apa yang terjadi sama kamu, cerita yang bener, aku dengerin ko.
^kamu ingat, beberapa hari lalu, mataku sembab, seperti orang menangis.
^Ya, tapi kau bilang itu bukan menangis.
^Sebenarnya, itu aku benar benar menangis Mei, aku menangis semalaman.
^Apa, yang menyebabkan kamu menangis Lea.
^Mei, malam itu, ibuku pergi ke kota, aku ditinggalkan sendirian.
^Kenapa kau baru cerita, sekarang kau sendirian, lebih baik kau kesini, kerumahku, biar kau tak sendirian, biar tidak merasa berat.
^Tidak, bukan karena itu.
^Lalu apa.
^Mati matian, aku memendam ini pada hari itu, Mei aku sedih, dan berat, bukan hanya ditinggalkan ibuku, kau mau tau.
^Apa, kenapa memangnya.
^Ibuku meningalkan hutang, makannya ibuku pergi.
^Hutang, hutang apa.
^Hutang pada seluruh sodaranya, hutang pada bank bank keliling, semua itu karena demi, menyekolahkan bibiku.
^Kau tau ini, sejak lama.
^Tidak, ibuku memberi tahu, saat ia akan pergi malam itu, kau tau Mei, aku sedih mendengarnya, awalnya aku tak masalah, ibu ku pergi, karena untuk melunasi hutangnya, tapi hari ini.
^Kenapa dengan hari ini.
^Aku sedih Mei, aku sedih, begitu menyakitkan, tanteku memarahiku, habis habisan.
^Karena apa, dia memarahi mu.
^Karena aku tidak berbicara padanya, bahwa ibuku pergi, dia marah, karna ibuku lari dari hutang bank keliling tersebut, lalu Mei, apa salahku, kenapa aku yang disalahkan, kenapa aku yang dimarahi, bukan kah sebagai seorang tante, dia harusnya memberi ku dukungan, karena kasian, aku ditinggalkan ibuku, demi melunasi hutang, tapi dia, kenapa dia malah memakiku Mei, ini benar benar menyakitkan, sakit sekali rasanya.
^Lea, jujur aku sedih,kenapa kau tidak cerita, dari awal, kau bisa tinggal di rumahku, kemari lah, besok bawalah baju mu, kau tinggal saja di rumahku, beberapa hari, ibuku tak akan marah, kau menginap.
^Mei terimakasih, kau begitu baik, tapi kalaupun aku pergi dari sini, aku akan kerumah neneku.
^Apa kau sudah menelpon, ibumu.
^Belom, aku sedih, aku takut, ibuku semakin sedih, dengan apa yang menimpa ku.
^Lea, kau harus ceritakan ini pada ibumu, karena apa, ibumu yang akan lebih memberikan solusi, tentang inim
^Baiklah Mei, nanti malam, aku akan menelpon ibuku.
^Apa kau sudah makan Lea?.
^Belum.
^makan lah Lea, jagalah kesehatan mu, kau harus ingat pada dirimu sendiri, sayangi dirimu, agar nanti kau bisa membantu ibumu.
^Baiklah Mei, terimakasih mau mendengarkan ceritaku ya.
^Tentu, ceritalah padaku segalanya.
^Yaudah Mei, kalau begitu, terimakasih mau mendengarkan aku.
^Sama sama Lea, jangan lupa makan.
^Assalamu'alaikum.
^Wa'alaikumsalam
Lalu Lea, mematikan telpon nya.
Lea duduk, dan meratapi yang terjadi, serta memikirkan,semua yang dikatakan oleh artur dan Meidina.
"Ya alloh, aku ikhlas dengan semua ini, aku akan menerima, apapun yang akan terjadi nanti, benar kata Artur, engkau yang lebih tau, segala yang terjadi pada diri hamba, hamba ikhlas, terlepas dari apapun yang akan terjadi nanti, akan hamba terima dengan lapang dada," ucap Lea.
Dia pun mulai membereskan kamarnya, dan dia juga hendak mencuci pakaian yang tadi ia pakai karena ketiduran. Untungnya besok adalah hari baru jadi dia memakai seragam batik.