Kecewa, mungkin itulah yang saat ini di rasakan Donny Adriano Oliver. Bagaimana tidak harapan untuk segera membangun rumah tangga dengan kekasih yang sudah di cintainya selama enam tahun pupus sudah. Bukan karena penghianatan atau hilangnya cinta, tapi karena kekasihnya masih ingin melanjutkan mimpinya.
Mia Anggriani Bachtiar, dia calon istri yang di pilihkan papanya untuknya. Seorang gadis dengan luka masa lalu.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan mereka. Akankah Donny yang masih memberi kesempatan kepada kekasihnya bisa jatuh cinta pada istrinya yang awalnya dia perlakukan seperti adik perempuan yang dia sayangi. atau Mia yang sudah lama menutup hati bisa luluh dan jatuh pada perhatian dan kasih sayang yang Donny berikan padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Epis 4 Hari pernikahan
Seteleah berdebat hebat dengan ayahnya tanpa memberitahu bahwa ini adalah ide dari calon menantu kesayangannya, akhirnya acara pernikahan akan di langsungkan sesuai dengan keinginan Mia walaupun harus membuat Donny berjanji untuk memperkenalkannya di depan umum pada acara ulang tahun perusahaan beberapa bulan lagi.
Hari pernikahan pun tiba. Mempeleai wanita nampak sangat cantik. Wajahnya terlihat sangat bercahaya. Dia memilih gaun pengantin sederhana. Gaun putih berlengan pendek yang hanya sebatas lututnya dengan hiasan manik mutiara di bagian bawahnya.
Tidak banyak yang hadir dalam pesta itu, hanya keluarga terdekat dan beberapa petinggi perusahaan. Namun semua yang hadir begitu terpesona dengan mempelai wanita yang terlihat sangat cantik. Mereka terlihat serasi.
Johan tidak henti-hentinya memamerkan senyum sumringahnya, Laurapun juga ikut tersenyum walaupun dia belum menerima Mia sebagai memantu di keluarganya.
Tidak ada yang berani bergosip alasan apa di balik pernikahan yang terbilang mendadak ini. Bahkan untuk sekedar bertanya pun tidak ada yang berani membuka mulutnya. Donny tidak pernah meninggalkan Mia seorang diri di pesta itu. Dia menggenggam tangan Mia dengan erat. Donny melindunginya dengan sangat baik membuat Mia merasa aman.
Setelah selesai acara, Mia dan Donny meninggalkan ruangan tempat berlangsungnya pesta sederhana itu. Para wartawan sudah menunggu untuk mengabadikan momen-momen yang bisa mereka dapatkan untuk di jadikan berita utama, namun hasilnya nihil karena petugas keamanan hotel dan bodyguard pribadi Donny menghalau para pemburu berita itu.
Sedangkan Donny tidak pernah melepaskan rangkulannya dari Mia. Laki-laki itu begitu menjaga privasi Mia. Dia sudah mengingatkan kepada Alfandy untuk mengurus keamanan yang super ketat. Jangan ada satupun foto istrinya yang tersebar. Mia tersentuh melihat bagaimana Donny melindungiya.
Sesampainya di kamar hotel president suit yang disiapkan khusus untuk pemilik hotel tersebut, Mia melepaskan tangan Donny dari bahunya lalu melempar tubuhnya ke tempat tidur sambil merentangkan kedua tangannya.
“Capek banget.”ujarnya.
“Kamu tidur di tempat tidur saja, biar saya yang di sofa.” Donny kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
“Of course, masak aku yang tidur di sofa, enak saja.” Gumamnya yang tidak bisa lagi di dengar Donny. Matanya berkeliling melihat isi dari kamar hotel yang sedang dia tempati “apa ini istana?”. Dan malam pertama mereka berlalu begitu saja, Mia tertidur pulas di tempat tidur besar dan mewah setelah selesai membersihkan dirinya sementara Donny sedang sibuk membalas pesan dari kekasinya. Natasya merasa terpukul dengan pernikahan kekasihnya yang tiba-tiba tanpa membicarakannya terlebih dulu dengannya.
Walaupun Donny sudah memberi tahu kalau itu hanya sementara, tapi tetap saja ada rasa kecewa yang begitu mendalam di hatinya. Dirinya tahu bahwa ini semua memang salahnya yang selalu menghindar dari pernikahan. Tapi dia tidak pernah menyangka bahwa kekasihnya itu akan benar-benar menikah. Saat ini jika saja dia berada di Indonesia, dia pasti akan langsung datang menemui kekasihnya itu dan meminta penjelasan secara langsung.
Saat ini Natasya sedang berada di Milan, menjadi model untuk salah satu merk ternama dunia. Sedikit lagi mimpi terbesarnya akan benar-benar terwujud. Dan saat itu terwujud, kemungkinannya untuk menjadi pendamping Donny mungkin akan semakin sulit baginya. Bagaimana dia akan memberi tahu Donny.
Mia memeluk Nenek Ida dengan begitu erat seolah enggan untukk melepasnya. Ya, nenek Ida akan menetap di Malasyia bersama dengan paman dan bibinya yang sudah lebih dulu menjadi warga negara Negeri Jiran itu. Di sana hidup neneknya akan jauh lebih baik.
“Jangan biarkan masa lalu menghalangi masa depanmu, kamu berhak bahagia nak.” Pesan nenek Ida. Mia megangguk pelan diiringi senyum manisnya lalu mengurai pelukan mereka.
“Nenek titip Mia, nak Donny.” Laki-laki yang sudah menjadi suami cucunya itu mengangguk dengan sedikit senyuman. “jangan Khawatir Nek, saya akan jaga Mia dengan baik.” Jawabnya kemudian.
Mia melambaikan tangannya sambil terus tersenyum menatap punggung Neneknya, Nenek yang sudah merawatnya sejak ayahnya meninggal tujuh tahun lalu. Sebenarnya wanita yang sudah cukup renta itu tidak ingin meninggalkannya sendiri walaupun ada Fiona yang selalu bersamanya. Dia melihat bagaimana hancurnya cucunya itu bertahun-tahun lalu. Tapi Mia berjanji akan hidup dengan baik bersama suaminya, membuat neneknya bersedia meninggalkannya.
Tanpa ingin menahannya, Mia berlari kecil untuk sekedar memeluk Neneknya sekali lagi mencoba sebisa mungkin menahan air mata yang sedari tadi tersembunyi lewat senyuman. Keputusannya untuk menikah juga demi Neneknya agar beliau bersedia mengikuti paman dan bibinya kerena tidak tega melihatnya hidup dengannya di rumah yang sempit dan hidup dengan pas-pasan.
Kebisuan menjadi teman perjalan Donny dan Mia. Hari ini mereka akan pulang kerumah Donny, tempat Mia akan tinggal selama masa berlakunya perjanjian pernikahan mereka. Mia berusaha sebisa mungkin menyembunyikan kegelisahannya, untuk pertama kalinya dia akan hidup di bawah atap yang sama dengan seseorang yang baru di kenalnya seminggu ini, apalagi seseorang itu sekarang adalah suaminya.
Tapi beberapa hari bersamanya, Mia bisa melihat bahwa suaminya itu sangat baik memperlakukannya. Semoga saja semuanya berjlan dengan baik. Harapnya.
Mata Mia terbelalak saat gerbang terbuka, halaman yang asri dan sangat luas, bahkan bisa membangun perumahan. Pohon-pohon berjejer rapi menambah kesejukan sepanjang perjalanan menuju rumah utama.
Bangunan mewah sudah terlihat, sekali lagi Mia berdecak kagum, malam itu saat undangan makan malam kegelisahan membuatnya tidak memperhatikan apapun, kali ini kekagumannya mengalahkan kegelisahannya.
Beberapa orang berpakaian rapi terlihat menyambut mereka di depan pintu utama rumah itu. Seorang pria yang penah Mia temui beberapa kali saat menjemput dan mengantarnya berjalan mendekat membukakan pintu mobil saat Donny sudah memarkirkan mobilnya dengan sempurna. Orang-orang itu menundukkan kepalanya sopan lalu mengikuti Donny dan istrinya masuk kedalam rumah.
“Kumpulkan semua orang yang ada di rumah ini!” perintahnya sambil memandang seorang wanita paruh baya yang pakaiannya terlihat berbeda dengan beberapa wanita yang lain. Tidak berapa lama semua orang yang ada di rumah itu terlihat sudah berbaris dengan rapi.
“Kalian pasti sudah tahu kalau saya baru saja menikah,” terlihat semua orang menundukkan kepalanya mendengar dengan seksama apa yang akan di sampaikan Tuannya. Mia menghitung-hitung berapa banyak pelayan yang ada di rumah ini. Dia menunduk melihat lantai granit yang bahkan bisa di pakai bercermin. Mendongak melihat lampu hias kristal yang menggantung dengan sangat indah tepat di atas kepalanya, lalu kepalanya sedikit berputar melihat sekelilingnya.
Untung saja semua orang sedang menunduk, jadi tidak ada yang melihat apa yang sedang di lakukannya.
“Dia istri saya.” Donny memperkenalkan Mia pada seluruh pelayan di rumah ini sebagai Nyonya muda yang harus mereka hormati dan hargai seperti menghargai dirinya. Mia sedikit menundukkan kepalanya dan memberi senyum ramah menyapa semua orang yang ada di hadapannya.
“Baik Tuan.” Jawab mereka bersamaan.
Bu Mira membubarkan mereka setelah Donny memberi perintah lewat matanya.