"sugeng rawuh dhateng desa kembangan, sinten mlebet mboten saget medhal".
kalimat pertama yang ryuka dengar ketika memasuki desa kembangan yang penuh misteri.
Dapatkah ia memecahkan misteri asal usul desa kembangan yang penuh kutukan dan menggagalkan ritual kehidupan abadi nyai gandari?
Yuk baca bab-bab selanjutnya yang penuh teka-teki dan misteri ini dicerita kisah nyai gandari✨
_happy reading_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RoroAyu_Kimberly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
UNDANGAN PERNIKAHAN
Langit gelap gemuruh guntur menggelegar di atas langit. mentari pagi enggan menampakkan sinarnya. Ryuka baru saja selesai mencuci di sungai. ia menghampiri simbahnya yang sedang menyiapkan sarapan.
"tidak usah di jejer bajunya ya, mbah. nampakknya akan turun hujan" ucap Ryuka.
"iya, nduk! kita sarapan dulu saja. simbah sudah selesai masak. panggil Egi sekalian nduk!"
"njih, mbah!"
Ryuka menuju ruang tamu, mencari keberadaan Egi. ternyata Egi sedang duduk di teras.
"mas Egi, di suruh simbah buat sarapan bareng"
"oh, iya!"
"Ryukaaaaa... " Lasmini menghampiri mereka.
"eh, Lasmini... mau kemana sepagi ini?"
"mau ke rumahmu" jawab Lasmini sambil menepuk pundak Ryuka.
"mari masuk dulu" ajak Ryuka.
Egi diam-diam memerhatikan gadis cantik itu.
"aku tidak lama, Ryuka. cuma ngantar ini. " Lasmini menyerahkan rantang susun dua pada Ryuka.
"apa ini las?"
"entah isinya apa. mbak Nining sendiri yang masak. katanya spesial buat kamu!" jawab Lasmini sambil tersenyum manis.
"buat aku apa buat mas egi?" Ryuka melirik pada Egi di sebelahnya.
"eh, kurang tahu itu. tapi kata mbak Nining sih buat kamu"
"tidak usah mengada-ada Ryuka! jelas dia bilang buat kamu kok!" Egi menimpali.
" kalau begitu mari kita makan sama-sama, Lasmini. di luar sudah hujan tidak mungkin kamu mau menerobos hujan kan?"
benar saja, hujan turun dengan derasnya. seketika membanjiri halaman rumah.
"ayolah Lasmini, jangan sukan. kita kan teman, " Ryuka menarik paksa tangan Lasmini.
"mbah! ini ada kiriman makanan dari mbak Nining " ucap Ryuka.
"eh, iya nduk. pagi-pagi ada yang ngasih rejeki! Terima kasih nduk, sudah menyempatkan datang ke sini" ucap Mbah Sutijah .
"iya, mbah"
"mari makan sama-sama"
"ah, jadi merepotkan, mbah!" Lasmini terlihat malu-malu.
"tdiak ada yang di repotkan. ayo makan!"
Mereka pun makan bersama dengan duduk beralaa tikar. pagi itu Mbah Sutijah masak daun singkong dan sambal terasi. sementara rantang yang di bawa Lasmini berisi ayam goreng dan tempe, makanan yang biasa di masak Nining untuk Egi sewaktu ia masih bekerja di kebun pak Haryono.
" mas Egi kenapa tidak makan ayamnya? enak sekali lho masakan mbak Nining" ucap Ryuka
"mbak Nining memang pandai memasak" tukas Lasmini.
"iya nanti aku makan" jawab Egi.
Ryuka memperhatikan sikap Egi yang berbeda
Biasanya dia paling semangat makan, apa lagi ada ayam goreng.
Selesai makan, Lasmini dan Ryuka susuk di ruang tamu sembari menunggu hujan reda.
"pagi-pagi sudah hujan saja, untung aku sudah pulang dari sungai" ucap Ryuka.
"aku malah belum sempat menyuci baju" ucap Lasmini dengn memandang hujan yang masih deras.
"Ryuka, kemana mas Egi ya? ada yang ingin aku sampaikan"
"sebentar aku panggilkan" Ryuka bangkit dan memanggil Egi.
Ryuka membiarkan Egi menemui Lasmini. sedangkan di inta pergi ke dapur.
"mas Egi, mohon maaf sebelumnya kalau aku mengganggu waktumu!"
"tidak mengganggu sama sekali. Apakah ada hal yang penting, Lasmini? Egi menatap wanita cantik di hadapannya.
Lasmini nampak sedikit malu berhadapan langsung dengan laki-laki yang baru saja ia kenal itu.
" mbak Nining menitipkan ini" Lasmini menyerahkan secarik kertas pada Egi.
"apa ini?"
"aku tidak tahu. nanti baca saja, siapa tahu penting"
Egi mengangguk.
Setelah hujan reda, Lasmini pamit untuk pulang. sementara Egi masuk ke kamar dan membaca surat dari Nining.
_teruntuk, mas Egi _
sepuluh hari lagi aku akan menikah. aku harap mas Egi baik-baik saja. aku terpaksa menuruti kemauan orang tuaku. maafkan aku mas yang tidak bisa menepati janjiku, mas. Aku harap mas Egi tidak membenciku. aku tidak pernah melupakan kenangan kita. sampai kapan pun mas Egi tetap di hatiku.
_salam cinta_Nining_
egi meremas kertas itu aku membuangnya ke sembarang arah.
____________________________________________
di rumah purnomo.....
Purnomo berjalan mondar-mandir. sambil mengisap rokok dalam pipa yang mengepul. sesekali duduk, tak lama bangkit kembali.
"ada apa mas?" astuti menghampiri suaminya.
Purnomo tidak menjawab dan masih saja terlihat gelisah.
"Apa yang mengganggu pikiranmu, mas? apa ada masalah untuk mengurus pesta pernikahan anak kita?"
"tidak Astuti! aku sedang memikirkan bagaimana caranya bisa menyusup ke rumah Nyai Gandari"
jawaban Purnomo membuat Astuti kaget.
"untuk apa menyusup kw rumah Nyai Gandari?"
" dewi mayang memintaku mengambil pusaka Nyai Gandari untuk memulihkan energinya"
"itu bahaya mas! Nyai Gandari bukan orang sembarangan. berat akibatnya nanti kalau ber urusan dengan nya!"
"aku tahu! makanya aku sedang berpikir keras!"
Astuti hanya menggelengkan kepala. tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk mencegah niat suaminya.
"karso" Purnomo memanggil karso yang sedang berjaga di luar rumah.
"ada apa pak lurah?"
kamu pergilah ke rumah Nyai Gandari! sampaikan undangan pernikahan danang padanya!" perintah Purnomo.
"baik, pak lurah. dengan siapa saya harus pergi"
"ajak dia orang!sembari menyampaikan undangan. kau cari tahu tentang keberadaan pecut jogo geni" Kata Purnomo.
"pecut jogo geni? apa itu, pak lurah? saya kurng tahu!"
"sebuah cmbuk besar berwarna putih. di gagangnya ada hiasan ronce-ronce dan lonceng. cari tahu keberadaan nya!"
"baik, pak lurah"
Karso segera mencari dua orang untuk menemaninya pergi ke rumah Nyai Gandari.
" bagas! bero! kalian ikut ya?" ucap karso.
"kemana kang?" tanya bagas.
"aku di suruh menyampaikan undangan kepada Nyai Gandari, kalian temani aku!"
"siap kang!"
Mereka bertiga pun segera pergi
"apa kita jalan kaki ke sana?"
"memangnya kamu bisa terbang? kalau tidak bisa y tidak usah bertanya!"
"jauh perjalanan ini kang, pasti sampai di sana malam hari" gerutu bero.
"kebetulan kalau sampai sana malam, kita bisa ijin menginap semalam" ucap karso.
"weleh apa untungnya menginap di sana?"
"karena aku juga punya tugas lain, gas!"
"tugas apa kang?"
"aku harus mencari keberadaan pecut nogo geni!"
"pecut apa itu?"
"ndak tahu! wis pokoke pak lurah bilang pecut gede warna putih!"
"waduh! apa tidak bahya kang?"
"ya memang bahaya! tapi iini perintah yang harus di kerjakan!"
Benar saja, mereka sampai di perbatasan hutan saat hari sudah gelap. mereka mempercepat langkahnya menuju rumah Nyai Gandari.
Sesampainya di halaman rumah yang luas itu, mereka bertemu dengan seorang penjaga.
"siapa kalian?"
"Kami urusan dari lurah purnomo, ingin bertemu dengan Nyai Gandari"
"ikut aku!"
penjaga mengantar mereka masuk ke balai tamu.
Kemudian seorang wanita memakai kebaya berwarna hijau muda menghampiri mereka.
"sugeng rawuh datheng panggonan Nyai Gandari. wonten perlu nopo Panjenengan samo rawuh dateng mriki?" sapa pelyan
(selamat datang di tempat Nyai Gandari. ada keperluan apa kalian datang ke sini?)
"kami utusan dari lurah purnomo ingin menyampaikan pesan kepada Nyai Gandari!" ucap karso.
"mohon maaf, Nyai Gandari sedang sakit. dia tidak bisa di temui saat ini. kalian bisa sampaikan pesan itu kepada saya"
Mereka bertiga saling berpandangan.
"bagaimana kang?" bisik bagas.
"ya, daripada kita balik lagi ke sini, mungkin lebih baik kita sampaikan kepada pelayan itu saja!" jawab karso.
Bero dan bagas mengangguk.
"begini mbak, kita di suruh oleh lurah purnomo untuk menyampaikan undangan pernikahan putra pak lurah. kami berharap Nyai Gandari bisa datang ke pesta pernikahan mas danang, putra pak lurah" jelas karso.
"njih, nanti saya sampaikan kepada Nyai Gandari. kapan kiranya hari pernikahan itu?" tanya wanita itu.
"minggu legi, mbak!" jawab karso
"baiklah.sampaikan kepada pak lurah, Terima kasih atas undangannya!"
"mbak, kalau boleh kami ijin menginap semalam. karena hari sudah gelap dan perjalanannya kami cukup jauh" ucap bero.
"sebentar, kakang sekalian. saya minta ijin sama Nyai Gandari dulu"
"njih, mbak!"
wanita itu masuk ke dalam untuk menemui Nyai Gandari.
tok…tok…tok…
Wanita itu mengetuk pintu kamar Nyai Gandari.
"sopo?"
(siapa?)
"kula purwati, nyai!"
(aku purwati, nyai!)
"ono opo?"
(ada apa?)
"ada utusan dari pak lurah. mereka menyampaikan perihal undangan pernikahan putra pak lurah, dan meminta ijin menginap semalam di sini" jelasnya.
"kapan undangan pernikahan itu, purwati?"
"minggu legi, nyai!"
"minggu legi selepas purnama?"
"njih nyai"
Nyai Gandari membuka pintu kamar. wajahnya yang keriput nampak mengerikan
"mereka mau menginap?" yang wanita bungkuk itu.
"njih, nyai!"
"siapkan jamuan makan malam. dan bersihkan kamar tamu untuk mereka!" perintah Nyai Gandari.
"baik, nyai!"
"jangan lupa makan malamku! di bawa ke kamar seperti biasa! siapkan juga kembang mawar dan darah segar"
"baik, nyai. akan saya siapkan semua"
Nyai Gandari kembali masuk ke dalam kamar . purwati menemui mereka lagi da menyuruhnya menunggu sebentar.
tak lama kemudian, seorang pelayan memanggil mereka untuk makan malam di ruang perjamuan
di atas meja yang panjang itu, tersedia banyak makanan. mereka menikmati hidangan yang tersedia dengan lahap.
Setelah selesai makan, mereka di antar ke kamar tamu. rasa kantuk langsung membebani mata mereka.
"habis makan rasany ngantuk sekali!" ucap bero.
Bagas juga nampak mulai memejamkan mata.
"tapi kita harus cari keberadaan pecut itu malam ini!" ucap karso.
"nanti saja kang. mata ku sudah tidak tahan melek lagi. habis jalan jauh dan makan rasanya pingin istirahat sebentar!"
"ya sudah, kita tidur sebentar. nanti tengah malam saat sudah sepi, kita mulai beraksi"
mereka pun tertidur dengan lelap.
beberapa jam kemudian, karso terbangun
Ia melihat jam besar yang menempel pada dinding di depan tempat tidur.
"bagas! bero! bangun sudah jam satu malam!
karao membangunkan kedua temannya.
bagas dan bero perlahan membuka matanya yang masih terasa berat.
"kita harus bergerak cepat!"
mereka mengendap-endap keluar kmar. menyusuri rumah besar itu dengan hati-hati.
mengintip dari satu ruangan ke ruangan yang lain.
"ada apa di dalam?" tanya karso.
bagas yang mengintip sebuah ruangan dari celah lubang pintu. di dalam ruangan nampak cahaya remang-remang dari lampu minyak kecil.
"sh, hanya beberapa orang wanita yang sedang tertidur!" jawab bagas
"mungkin kamar para pelayan!" ucap bero.
"lanjut kesana!" kata karso.
kl
Krieeeett
mereka mendengar suara pintu di buka. mereka segera bersembunyi do balik lemari besar berisi barang-barang antik di suruh ruang.
Aditama baru saja keluar dari kamar Nyai Gandari. begitu kamar di buka, bau wangi mawar sangat menyengat begitu terasa
pintu kembali di tutup dan aditama berlalu pergi.
"wangi sekali ruangan itu!" ucap karso.
"coba kita lihat!"
mereka mencoba mencari lubang di sela-sela pintu. namun nampakknya tidak ada celah sedikit pun.
"tdak ada lubang sedikit pun!" kata bagas.
Krieet......
pintu di buka.
serentak mereka bertiga melompat kaget.
Wanita tua berbadan bungkuk keluar dari ruangan itu. ia memandang tajam ke arah mereka.
Rambutnya yang memutih itu terurai panjang hingga menyapu tanah. sesekali ia mengambil kelopak kelopak bunga mawar di tangannya dan
memasukkan kw mulutnya.
Aroma wangi dari dalam kamar kian menyengat. nampak taburan kelopak bunga yang berserakan di lantai. aura mistis kian terasa dari dalam kamar itu.
Nyai Gandari masih terus mengunyah bunga mawar merah yang masih nampak segar itu. membuat mereka bergidik ngeri.
"arep maring endi kowe podo?"
(mau kemana kalian semua)
tanya Nyai Gandari dengan tatapan tajam.
mereka gugup. saling melempar pandang dan mencari alasan untuk menjawab.
"m-maaf, kami hanya ingin.... "
"ora sopan! srudak sruduk mlebu omah tanpo ijin!"
(tidak sopan! asal masuk rumah tanpa ijin!)
"maaf, kami hanya sesang mencari toilet tapi belum ketemu, " ucap karso.
"lurus saja kesana!" Nyai Gandari menunjuk satu arah dan segera kembali masuk ke dalam kamar.
mwrwka langsung menjauh dari kamar itu.
"bagaiamana kang? apa kita lanjutkan pencairan atau ke kamar saja?" tanya bero
"kita coba telusuri ruangan lain" jawab karso.
"jantungku sudah mau copot gara-gara keergok simbah bungkuk itu, kang wahnya menyeramkan, hampir mirip sama nini gandrung!" bagas bergidik ngeri mengingat rupa Nyai Gandari.
"iya, kang apa lagi bau kamarnya membuatku hampir mutah karena terlalu wangi" sahut bero
"mungkin dia demit penunggu kamar itu, artiny pecut yang di cari pak lurah ada di sana!"
"heh! mau ke mana kalian? lancang sekali malam-malam keluyuran di rumah Nyai Gandari !" seorang penjaga menghampiri mereka.
"kami bukan lancang, kami tidak sengaja tersesat karena rumah ini terlalu luas" jawab bero ketakutan
"tangkap saja mereka! pasti mereka ini penyusup"
Teriak penjaga satunya.
"ampun, kami bukan penyusup!"
tanpa mendengar celotehan mereka, kedua penjaga itu segera memanggil temannya dan menangkap tiga orang tersebut lalu menyeretnya ke dalam ruangan gelap dan pengap.
terpaksa deh...nikah sm org jahat