" Mau gimanapun kamu istriku Jea," ucap Leandra
Seorang gadis berusia 22 tahun itu hanya bisa memberengut. Ucapan yang terdengar asal dan mengandung rasa kesal itu memang sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri.
Jeanica Anisffa Reswoyo, saat ini dirinya sudah berstatus sebagai istri. Dan suaminya adalah dosen dimana tempatnya berkuliah.
Meksipun begitu, tidak ada satu orang pun yang tahu dengan status mereka.
Jadi bagaimana Jea bisa menjadi istri rahasia dari sang dosen?
Lalu bagaimana lika-liku pernikahan rahasia yang dijalani Jea dan dosennya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Rahasia 18
Beberapa hari berlalu, setelah kejadian malam itu, Lean selalu membunyikan bel apartemen jika datang. Lean dan Jea sepakat untuk tidak berkomunikasi selama di kampus. Sehingga baik Andra maupun orang yang lain tidak curiga dengan apa yang terjadi diantara keduanya.
Tapi di sisi lain hubungan Lean dan Jea di rumah semakin baik. Lean semakin perhatian dan Jea semakin bisa menerima pernikahan mereka. Hanya saja Lean tidak bisa sering tidur di apartemen karena menghindari kecurigaan keluarga.
Hari ini adalah hari dimana Lean menginap, Jea menyiapkan makanan dengan sebaik mungkin. Ia ingin memasak bagi Lean malam ini. Dia bahkan pulang dari kampus langsung ke pasar untuk berbelanja.
" Jadi ayo mulai bergerak," ucap Jea dengan penuh semangat. Dia mulai mengeluarkan sayuran dan daging ayam dari kantong belanjaan. Satu persatu mulai dia siangi dan juga dibersihkan.
Setelah tinggal selama sebulan bersama Lean, Jea tahu Lean menyukai makanan pedas. Jadi malam ini Jea ingin memasak rica-rica ayam, tumis kangkung, dilengkapi dengan tahu dan tempe goreng. Jea begitu percaya diri dengan masakan itu karena Jea memang suka dengan rica-rica ayam dan ia yakin akan rasanya.
Tring
Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Jea menghentikan sejenak apa yang dilakukannya itu untuk melihat ke arah ponsel.Ternyata itu dari Lean, ia pun segera membuka pesan dari sang suami yang rangkap menjadi dosennya, atau malah kebalik. Terserahlah yang pasti adalah seperti itu keadaanya.
< Aku agak telat ya pulangnya. Soalnya banyak yang minta ketemu buat bimbingan>
< Iya Bang, nggak apa-apa>
Sebenarnya Jea sedikit kecewa, tapi niat awalnya memasak bagi sang suami sudah bulat jadi Jea akan tetap melakukan rencana semula. Dia juga tahu kalau suaminya adalah dosen yang sangat sibuk. Jika mendengar cerita bahwa beberapa dosen sulit dicari ketika bimbingan skripsi, maka Lean tidak sama sekali. Lean sangat mudah ditemui bahkan dia mau melakukan bimbingan di luar jam pekerjaannya. Maka dari itu Lean sering sekali pulang diatas jam 7 malam jika sedang meladeni para mahasiswanya yang minta bimbingan.
Satu setengah jam berlalu, sekarang Jea sudah menyelesaikan semua masakannya. Ia tampak puas ketika sudah menatanya ke atas meja makan. Lalu hal selanjutnya yang ia lakukan adalah mandi karena waktu magrib telah datang. Jea yang memiliki banyak tugas dikampus itu segera mengerjakannya setelah menyelesaikan kewajiban. Ia berada di ruang tamu dimana biasanya dia bersantai juga.
Apartemen Lean bukanlah yang luas, hanya ada beberapa ruangan. Dua kamar tidur, ruang makan dan ruang tamu. Ada sebuah space kecil yang dibuat Lean untuk ruang laundry.
Tidak ada ruang keluarga yang biasa digunakan untuk bersantai, Lean juga Jea menjadikan ruang tamu sebagai tempat mereka bersantai, belajar dan mengobrol. Di sana juga diletakkan sebuah televisi.
Jea yang sedang sibuk dengan tugas kuliahnya memiliki situasi yang sama dengan Lean saat ini. Jam sudah menunjukkan pukul 20.00, beberapa kali Lean melihat ke arah arloji yang melingkar di tangannya.
" Siapa yang terakhir?" Ucap Lean dengan nada dingin membuat mahasiswa yang tengah melakukan bimbingan sedikit tersentak.
" Saya Pak. Maksudnya masih ada kami berdua."
Huuuft
Lean membuang nafasnya kasar. Dia yakin dirinya tidak akan pulang sekarang juga. Minimal jam 21.00 baru dia keluar. " Kalian berdua maju bersama."
" B-baik Pak."
Jika tengah mode serius dan dingin macam itu, Lean benar-benar tampil layaknya dosen killer. Tapi dia disukai oleh para mahasiswa yang tengah menjalani skripsi karena ya itu dia mudah ditemui.
Tapi seluruh dosen di Universitas Nusantara ini semuanya mudah ditemui. Tidak ada yang kabur-kaburan atau menghilang. Tentu saja hal tersebut tidak lepas dari pengarahan rektor yang berada di universitas. Tapi Lean menjadi salah satu yang favorit karena dia sewaktu-waktu bisa dicari.
" Baik, selesaikan bab 4 dalam waktu 2 minggu. Jika nggak ada revisi lagi kalian bisa ajuin sidang."
" Waaah siap Pak baik, saya akan berusaha sebaik mungkin."
" Saya juga Pak. Kalau begitu, kami pamit Pak. sekali lagi terimakasih sudah mau menunggu kami hingga malam begini. Terimakasih Pak."
Lean mengangguk, dia kemudian ikut membereskan buku. Dan dirinya buru-buru untuk keluar dari ruangan. Jam menunjukkan pukul 22.00 atau 10 malam. Ia sedikit merasa lelah karena bimbingan hari ini sangat banyak. Ia menggerakkan kepala kekiri dan ke kanan agar rasa kakunya sedikit menghilang.
" Ah iya Jea, dia udah tidur belum ya. Ini udah jam 10 lebih sih, kayaknya udah tidur. Aku nggak usah kirim pesan lah, kasian kalau kebangun nanti."
Lean melajukan mobilnya dengan sedikit lebih cepat. Dia ingin segera sampai di apartemen agar bisa segera merebahkan tubuhnya yang begitu lelah. Dengan langkah lesu Lean berjalan dari basement. Ia tidak membunyikan bel pintu karena ia yakin Jea sudah tertidur.
Cekleeek
" Laaah Jea, kok ya kamu tidur di sini sih."
Lean terkejut mendapati istrinya yang tidur di ruang tamu. Dengan posisi tidur yang terlihat sangat tidak nyaman karena gadis itu tidur dengan duduk di lantai dan kepalanya di meja.
Rasanya Lean tidak tega membangunkannya. Sehingga ia memilih untuk mengangkat Jea dan menidurkannya di kamar. Bagi Lean tidak sulit mengangkat tubuh Jea yang kecil dan menurut Lean istrinya itu sangat ringan.
" Kamu tuh emang nggak makan apa Jea, kok tubuhmu enteng bener begini."
Jea tampaknya sangat lelah dan mengantuk, dia sama sekali tidak berasa ketika Lean memindahkan. Lean semakin terkejut ketika melihat makanan yang tersaji di meja makan. Ia tidak menyangka bahwa Jea akan menyiapkan makanan yang sangat kumplit itu.
Tap tap tap
" Makasih Jea, kamu beneran istri yang luar biasa. Pasti tadi kamu kecewa karena aku bilang bakalan pulang telat. Maaf ya padahal kamu udah capek-capek masak buat aku. Terimakasih istriku."
Lean naik ke atas tempat tidur, dia membaringkan tubuhnya tepat di sisi Jea. Entah karena saking lelahnya atau bagaimana, Lean seolah tidak sadar bahwa dia sekarang berada di kamar Jea dan bukan kamarnya. Dan mungkin rasa lelah itu juga yang membuat Lean dengan nyamannya memeluk Jea.
" Sekali lagi makasih ya Jeanica, istriku yang cantik, baik dan hebat. Makasih banget. Sekarang ayo kita tidur."
TBC