Firman selama ini berhasil membuat Kalila, istrinya seperti orang bodoh yang mau saja dijadikan babu dan tunduk akan apapun yang diperintahkan olehnya.
Hingga suatu hari, pengkhianatan Firman terungkap dan membuat Kalila menjadi sosok yang benar-benar tak bisa Firman kenali.
Perempuan itu tak hanya mengejutkan Firman. Kalila juga membuat Firman beserta selingkuhan dan keluarganya benar-benar hancur tak bersisa.
Saat istri tak lagi menjadi bodoh, akankah Firman akhirnya sadar akan kesalahannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amarah Kalandra
"Aku rindu kamar ini!" ucap Kalila sembari mendaratkan tubuh lelahnya diatas tempat tidur yang terasa sangat nyaman.
"Abang berusaha menjaga supaya kamar ini selalu terlihat sama. Supaya, jika kamu pulang nanti, kamu tidak akan merasa asing,"celetuk Kalandra.
"Terimakasih, Abang!" Kalila kembali merasakan haru yang menyeruak didalam dadanya.
"Ganti pakaianmu sebelum tidur! Kalau Abang boleh jujur, Abang benar-benar sakit mata melihat penampilanmu yang seperti ini!"
Bola mata Kalila tampak membulat sempurna. Dia mencebik mendengar ucapan terus terang dari mulut sang kakak yang sedari dulu memang tak suka basa-basi.
"Iya,iya."
"Abang akan kembali ke kamar sekarang. Selamat tidur! Besok pagi, kita jumpa di meja makan!"
"Iya, Bang!" angguk Kalila antusias. "Selamat tidur!"
Entah sudah berapa lama, Kalila tak melihat baju-baju bagus seperti yang saat ini ia jumpai didalam lemari pakaiannya. Semua itu adalah model terbaru dengan harga yang hampir semuanya benar-benar fantastis.
"Abang ternyata masih ingat sama seleraku. Semua bajunya cantik-cantik." Kalila tersenyum. Ia benar-benar bingung untuk memilih piyama mana yang harus ia kenakan karena semuanya sungguh sangat bagus.
Setelah mandi dan berganti pakaian, Kalila kemudian duduk didepan meja rias. Diperhatikannya wajah yang kini benar-benar sangat kusam.
Tanpa sadar, Kalila memegang pipinya sendiri. Tersenyum miris, kala membandingkan penampilannya yang dulu dengan penampilannya yang sekarang.
"Kenapa aku baru sadar kalau selama ini aku benar-benar terlihat seperti seorang pembantu?" lirih Kalila. "Bukan. Bahkan, pembantu saja, mungkin jauh lebih terawat dibanding aku."
"Aku benar-benar ditipu oleh Mas Firman. Selama ini, aku percaya bahwa dia benar-benar mencintaiku apa adanya. Tapi, ternyata tidak. Dia memintaku untuk tidak membeli skincare dan pakaian bagus bukan karena ikhlas menerimaku apa adanya. Tapi, karena dia memang tidak sudi mengeluarkan uangnya untuk aku."
Sudut hati Kalila bergetar. Ia tiba-tiba teringat akan penampilan selingkuhan suaminya.
Lia sangat seksi. Meski kulitnya tidak terlalu putih, namun wajahnya benar-benar mulus dan terawat. Belum lagi, ia pandai berpenampilan menggoda dengan make-up dan lingerie yang membuat Firman sampai mabuk kepayang.
"Kenapa aku terlalu dibutakan cinta, Tuhan!? Andai dulu aku menolak Mas Firman, tidak mungkin nasibku akan semenyedihkan ini!"
Tangan Kalila kemudian terkepal dengan sangat erat. Bencinya terhadap Firman semakin menggunung saat dia mengingat-ingat seperti apa perlakuan Firman selama ini terhadap dirinya.
"Kita benar-benar harus membuat perhitungan, Mas! Aku yang mengantarkan kamu menuju ke puncak kesuksesan. Maka, aku pula yang harus mengantarkan kamu untuk turun ke dasar kebangkrutan . Kita lihat, apakah gundikmu masih akan memujamu jika kamu sudah kembali ke asalmu?"
*
"Masih belum ada kabar dari Kalila, Man?"
"Belum, Bu," geleng Firman lemas.
"Kalau begitu, lebih baik kamu tidur saja, Man! Ini sudah malam. Kasihan, kalau kamu harus begadang hanya demi menunggu perempuan seperti dia."
"Iya, Mas! Kita bobo, yuk! Lia udah ngantuk," rengek sang istri muda.
"Kamu tidur duluan saja, Sayang! Mas masih ingin menunggu Kalila."
"Tapi, Lia nggak mau bobo sendiri. Pengennya dikeloni sama Mas Firman!"
Tingkah manja Lia benar-benar seperti anak kecil. Hal itu yang membuat Firman jadi jatuh cinta.
Dan, akhirnya Firman tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan wanita itu.
"Ya sudah, ayo kita tidur!"
"Ayo, Mas!"
Bu Midah tersenyum puas melihat putranya bersedia menuruti permintaan Lia. Wanita paruh baya itu pun gegas kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
"Mas, kok kita malah ke kamar ini, sih?" tanya Lia saat Firman membawanya menuju ke kamar yang bersebelahan dengan kamar Kalila.
"Terus, maunya dimana?"
"Aku mau kamar yang itu," tunjuk Lia ke arah kamar milik Kalila.
"Itu kamarnya Kalila, Sayang. Mana mungkin kita tidur di kamarnya."
"Aku maunya kamar yang itu." Lia mengerucutkan bibirnya dengan manja. "Boleh, ya?"
"Tapi..."
"Katanya, Mas mau jadiin aku ratu di rumah ini. Tapi, kenapa mengabulkan satu permintaan kecil kayak gini aja, Mas Firman nggak mau?"
"Bukannya nggak mau, Lia Sayang! Tapi..."
"Pokoknya, Lia mau kamar yang itu. Kalau Mas Firman nggak mau kabulin, lebih baik Lia pergi aja," ancam Lia.
"Oke. Kamu boleh tidur di kamar Kalila. Bagaimana? Sudah puas?"
"Yey!!!" Lia memekik senang. "Terimakasih, Mas!" dipeluknya Firman dengan erat.
"Maafkan Mas, Kalila! Mas harap, kamu bisa mengerti dengan posisi Mas saat kamu pulang nanti," bisik Firman dalam hati.
*
Pagi akhirnya tiba. Kalila sudah bergabung bersama Kalandra di meja makan untuk sarapan bersama.
"Kalila, makan pelan-pelan! Tidak ada yang berniat merebut makanan dari piringmu!" tegur Kalandra saat melihat cara makan sang adik yang benar-benar rakus.
Ia seperti tak mengenali adiknya lagi. Keanggunan yang dulu selalu diperlihatkan Kalila, kini seolah hilang dan tak pernah ada.
"Maaf, Bang! Tapi, Kalila benar-benar sangat lapar. Dan, baru kali ini setelah sekian lama, Kalila bisa memakan makanan yang layak."
"Makanan yang layak? Apa maksud kamu, La?"
Kalila menarik napas panjang. Sepersekian detik berikutnya, ia menggeleng pelan.
"Bukan apa-apa. Abang nggak perlu pikirin itu."
"Jujur, Kalila!" pinta Kalandra dengan penuh penekanan. "Makanan seperti apa yang diberikan oleh Firman semenjak kamu menjadi istrinya?"
Glek!
Kalila mendadak kesulitan untuk menelan makanannya. Ia pun segera meraih air minum yang ada didekat lengannya lalu meminumnya hingga tersisa setengah.
"Jawab, Kalila!" desak Kalandra tak sabaran.
"Kadang nasi sama tempe. Kadang juga, dikasih nasi sama ikan asin. Dan..." Kalila ragu untuk melanjutkan. Ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya karena ragu.
"Apa lagi?" tanya Kalandra.
"Kalila juga sering dipaksa makan nasi dan lauk basi."
Degh!
Dada Kalandra mendadak terasa sangat sesak. Sepasang matanya memerah dengan air mata yang mulai berlinang.
Tak ia sangka, adik yang ia jaga dengan sepenuh hati bak putri raja, justru diperlakukan seperti sampah oleh orang lain.
"Anj ing! Abang nggak bisa tinggal diam! Abang akan bikin perhitungan dengan laki-laki bajingan itu!"
Kalandra berdiri. Ia akan membuat perhitungan dengan Firman sekarang juga!
"Abang!! Jangan!"
Syukurlah yang akan membeli Kalila sendiri. pethiasan yang untuk modal usaha Firman ditagih sekalian,
Dia penjaja tubuh, dan modal rayuan harus bisa Firman, kamu ngerasa kan tak ada campur tangan Kalila kamu tidak bisa apa- apa, dan buka siapa- siapa. Nikmati saja toh itu pilihanmu, dulu miskin kembali miskin, pas kan. Itu tepat bagimu yg tak bisa bersyukur dan lupa kau jadi kaya darimana