NYAI GANDARI
Teriakan panjang memecah kesunyian malam. Suara benturan benda keras terdengar beberapa kali didalam bu marinah. Ryuka terbangun dan segera mencari asal suara yang ia yakini berasal dari kamar ibunya.
Bergegas ia menuju ke kamar ibunya. Seketika langkahnya terhenti saat tak sengaja kakinya menginjak benda cair hingga ia hampir terjatuh.
Hampir saja ia berteriak sebelum akhirnya sebuah tangan membungkam mulutnya dari belakang.
"Jangan berisik" bisik seseorang yang membungkam mulutnya.
Ryuka gemetar. Detak jantungnya kian memacu. Gadis berusia 20 tahun itu merasa sangat ketakutan. Bahkan ia tahu bahwa yang dia injak adalah bercak darah. Dan ia melihat bercak darah yang membentuk jejak kaki menuju arah kamar ibunya.
Ryuka berusaha melepaskan diri dari dekapan lelaki di belakangnya. Ia memukul perut lelaki itu dengan siku. Lelaki itu sedikit merenggangkan tanganya. Ryuka berbalik arah.
"Mas egi" Sedikit lega ketika ia dadah bahwa lelaki itu adalah saudara sepupunya.
"Cepat pergi dari sini, " Egi meraih tangan ryuka dan segera berlari menuruni tangga
"Apa yang terjadi? Bagaimana ibu? " Tanya ryuka dengan panik.
"Bibi sudah mati. Kita harus pergi dari sini! " Jawab Egi dengan bibir gemetar.
Ryuka menangis sambil terus berlari bersama Egi. Banyak pertanyaan yang ia pendam, juga rasa takut yang mendalam.
Sampai ditepi jalan, Egi melambaikan tangan pada sebuah bus yang melintas.
Ryuka hanya mengikuti Egi tanpa sepatah kata, meski ia tak tahu kemana tujuan mereka pergi.
Di dalam bus nampak beberapa penumpang. sunyi, tiada satu orang pun yang berbicara
Egi dan ryuka duduk di kursi paling belakang.
"Apa yang sebenarnya terjadi mas?" Tanya ryuka sambil masih terisak dalam tangisnya.
"Mereka datang untuk membunuh kita semua. Bibi marinah, paman Seto,kamu dan juga aku". Egi tertunduk dan menahan air mata yang hampir tumpah.
" Mereka siapa? Dan kenapa? "Ryuka sedikit meninggikan nada bicaranya sehingga membuat para penumpang lain menoleh kebelakang.
" Ssstttt..... Jangan keras keras" Bisik Egi
"Ini semua karena paman Seto, dia berurusan dengan para penjahat itu sehingga mereka marah marah, sekarang ibumu menjadi korban pembunuhan mereka dan kita jadi buronan mereka. Aku tidak tahu dengan pasti, tapi yang jelas kita tidak aman jika berada disini dan berdiam diri, yang ada kita juga ikut dibunuh nanti kalau ketahuan" Jelasnya.
"Lebih baik aku mati mas, daripada kehilangan ibu dan menjadi buronan oleh mereka."
Apa kamu yakin jika mereka Akan langsung membunuhmu? Kamu wanita muda. Sudah pasti mereka akan mempermainkanmu atau menyiksamu, bapakmu menyuruhku membawamu pergi. Dia menitipkan selembar kertas yang berisi tulisan alamat yang aku tak tahu pasti."
Egi mengeluarkan secarik kertas yang berisi tulisan.
"Mbah sutijah desa kembangan?"
"Iya ryuka. Paman hanya bilang agar aku menaiki bus saat malam yang akan mengantar kita ke desa kembangan. Dan kita harus menemui mbah sutijah."
Sesaat kemudian bus berhenti.
Mereka berjalan menuju pintu ke depan. Menoleh kanan-kiri sudah tidak ada penumpang, mereka terheran. Kapan para penumpang bus itu turun, sementara bus itu hanya berhenti satu kali saja.
Meraka turun dari bus itu dan bus kembali melaju kencang. Perlahan terlihat cahaya kekuningan dari arah timur, menandakan malah telah berganti dengan pagi.
Pepohonan rindang diiringi rumput-rumput liar dan ilalang tumbuh ditepian jalan. Mereka berjalan menuju satu-satunya jalan setapak yang ada di kanan jalan raya. Hanya ada jalan kecil berbatu diantara rerumputan.
"Apakah ini jalan yang menuju ke desa kembangan itu?"Ryuka sedikit ragu. Karena disana hanya nampak seperti hutan tanpamu adanya pemukiman.
" Kita iikuti jalan ini saja dulu. Menurut paman Seto, kita hanya perlu mengikuti jalan yang ada ketika bus berhenti." Meski sedikit ragu, Egi mencoba untuk yakin.
Mereka terus berjalan menyusuri jalan setapak di tengah-tengah rimbunan pohon jati. Hampir satu jam berjalan tetapi suasana masih saja sama. Belum nampak adanya tanda-tanda adanya perkampungan disana. Ketika hampir putus asa, akhirnya dari kejauhan mereka melihat rangkaian rangkaian bambu berbentuk pintu besar dengan tulisan diatasnya "SUGENG RAWUH DATHENG DESA KEMBANGAN".
Ryuka tak sabar ingin cepat sampai dan segera beristirahat disana. Ia sangat lelah berjalan dan memikirkan bagaimana nasibnya nanti. Egi pun bersemangat mempercepat langkahnya. Namun ssecepat dan sebanyak apapun langkah mereka rasanya gapura itu tidak juga semakin dekat, seperti sama saja dengan pertama kali mereka lihat. Seakan mereka hanya berjalan ditempat saja, tidak bergerak maju.
"Mas kenapa rasanya kita tidak sampai- sampai, padahal tadi sudah terlihat dekat gapura desa itu?." Ryuka yang semakin sngat kelelahan itu merasakan kejanggalan dengan tempat itu.
"Sebentar lagi ryuka, kita hanya perlu berjalan sedikit lagi," Egi mencoba untuk menenangkannya.
Tak lama kemudian, tercengang suara gamelan diiringi alunan lagu tembang jawa yang membuat bulu kuduk merinding. Wangi kembang melati semerbak mengganggu indra penciuman, membuat mereka semakin merasa ngeri.
Lantunan tembang Jawa terdengar semakin mendekat ketika langkah kaki mereka terhenti tepat didepan gapura desa yang terbuat dari rangkaian bambu kuning tertata rapi membentuk sebuah pintu besar.
"Kenapa gapura desa ada pintunya? Bagaimana warga desa keluar-masuk desa. Apa harus membuka dan metup pintu? ," Tanya ryuka penasaran.
"Coba kita ketuk saja" Ucap Egi seraya mengetuk pintu bambu itu.
Tiga ketukan dan pintu berhasil terbuka dengan sendirinya. Aroma kembang melati kian menyengat, tidak ada suara gamelan dan nyanyian lagi.
"apa aku tadi salah dengar. " Batin ryuka
"Sugeng rawuh datheng desa kembangan, sinten mlebet mboten saget medhal," Seorang wanita cantik dengan kebaya putih serta rambut disanggul menyambut mereka dengan senyum ramah.
(Selamat datang didesa kembangan, siapa masuk tidak dapat keluar).
BRAKKK! Pintu tertutup dengan sendirinya. Mereka kaget dan menoleh kebelakang.
"Mari ikut saya mbak ayu serta den mas bagus. " Ajak wanita cantik bersanggul itu dengan senyum dan suara lembut.
"Kami datang mencari rumah mbah sutijah, " Ucap Egi dengan menegaskan maksud kedatangan mereka.
Wanita cantik itu tersenyum manis. Ryuka yang memperhatikan wanita itu sempat keheranan. Darimana datangnya wanita itu, kenapa tiba-tiba dia ada disana dan menyambut kedatangan mereka.
Dari penampilannya yang tidak biasa. Memakai kebaya dan berjarik, rambut bersanggul dan dihiasi beberapa melati dibagian atas dan ada satu bunga mawar dibagian atas telinga kanan. Paras ayu, kulit putih, tubuh ideal.
"Tugas saya adalah menjemput tamu dan mengantarkan ke balai tamu, den mas, setelah kalian bertemu Nyai, baru Nyai yang akan memutuskan, " Tegasnya.
"Tapi mbak, kami ingin segera bertemu dengan mbah sutijah, " Ryuka sedikit kesal. Memang dia sudah sangat lelah.
"Iya mbak ayu, sabarlah sebentar. Kalian bisa beristirahat dulu nanti sebelum melanjutkan perjalanan. Perjalanan masih panjang.Tentunya kalian lelah, biarkan kami yang sebagai warga desa menjamu dan menyambut kedatangan kalian terlebih dahulu."
"Maafkan adik saya mbak, kami tidak bermaksud tidak sopan. Dia hanya kelelahan karena perjalanan panjang, " Ucap Egi
Mereka berjalan mengikuti wanita itu. Hingga sampai tiba di rumah besar dan memiliki halaman yang sangat luas. Bunga-bunga tertata rapi, dengan hiasan baru kerikil mengitari taman. Ada air mancur ditengahnya. Dibawah air mancur terdapat genangan air yang jernih serta tumpukan batu kecil disekelilingnya.
Ryuka tampak takjub dengan pemandangan indah dihalaman rumah itu. Rumah itu terubat sari kayu, seperti rumah zaman dulu, dengan banyak ukiran di tiang dan pintu rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Siti Yatmi
penasaran...awal yg bagus...
2024-11-24
1