Dibiarkan, tidak dihiraukan, dimakzulkan. Hal itulah yang terjadi dalam kehidupan Keira yang seharusnya Ratu di kerajaan Galespire.
Dan setelah menjalani setengah hidupnya di penjara bawah tanah. Keira akhirnya menghadapi maut di depan matanya. Tubuh dan pikirannya tak sanggup lagi menanggung kesedihan. Membuat tubuh renta dan lemahnya menyerah.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Keira berjanji. Kalau bisa menjalani kehidupannya sekali lagi, dia tidak akan pernah mengabdikan diri untuk siapapun lagi. Apalagi untuk suaminya, Raja yang sama sekali tidak pernah mempedulikan dan menyentuhnya. Yang selalu menyiksanya dengan kesepian dan pengkhianatan. Dia akan menjadi Ratu yang menikmati hidup.
Setelah meninggal, Keira membuka mata. Ternyata dia kembali ke saat malam pernikahannya. Dia mengubah air mata yang menetes menjadi senyum. Dan mulai merencanakan kehidupan bahagianya. Menjadi seorang Ratu yang disukai banyak pria. Sehingga dia tidak akan pernah kesepian lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Sungguh melelahkan" kata William. Dia mencoba untuk tidak mengeluh, tapi dia memang lelah.
Membantu menyingkirkan semua ranting dan pohon di sungai ternyata lebih melelahkan dari perang.
"Yang Mulia Raja sudah bekerja keras" puji Malone yang mengikutinya dari pagi sampai siang.
"Kau juga Malone. Sekarang kita seperti dua makhluk sungai yang baru keluar dari lumpur"
"Saya telah mengabarkan pihak istana untuk menyiapkan air panas untuk Anda, Raja"
Berendam air panas disaat tubuh lelah pasti menyenangkan. Apalagi jika Mary mau menemaninya. Mungkin saja sekarang mereka bisa melakukannya. Menebus semua yang terjadi sebelum-sebelumnya.
Sungguh menyenangkan sampai di istana disaat lelah. Dan disambut wanita yang dicintai. Sayangnya, Mary tidak bisa menyembunyikan raut wajah jijik itu. Sama seperti saat mereka bertemu pertama kali. Saat itu William dipenuhi oleh darah dan kotoran setelah berperang selama lebih dari satu bulan.
Lalu terdengar suara dari kejauhan. Wanita asing itu kembali berlari entah darimana. Pasti akan menghampirinya. Mungkin memuji apa yang dilakukan William. Sebagai Raja yang hebat, dia masih mau melakukan semua ini demi rakyat.
Tapi, wanita asing itu tidak menghampirinya. Melainkan memasang wajah khawatir pada Jenderal Malone. Bahkan menyentuh tangan Malone yang terluka. Apa yang dilakukan Ratu? Apa dia gila?
Dan sekarang keduanya menghilang dari pandangan. Meninggalkan William dalam penanganan Mary yang tidak mau mendekat karena semua lumpur di badannya. Entah kenapa, dia merasa tidak senang dengan keadaan ini.
"Yang Mulia, Anda kembali tampan" kata Mary menyambutnya yang sudah menjadi bersih kembali.
"Kau ... "
"Yang mulia jangan marah. Seharian ini saya merawat diri demi Yang Mulia. Lihat semua kuku tangan dan kaki saya, semuanya bersih. Dan semua bagian tubuh saya sudah wangi sekali. Semua ini demi Anda. Pasti Anda tidak ingin saya sia-sia melakukannya"
Mendengar suara manja nan mendayu itu meleburkan kemarahan William. Benar, pasti seorang wanita cantik, tidak akan pernah mau menjadi kotor lagi. Apalagi setelah menjalani perawatan seharian.
Tapi ...
Kenapa wanita asing itu mau?
Bahkan tidak segan mengotori bajunya yang berwarna putih bersih. Demi mengobati tangan Malone? Padahal Malone tampak lebih kotor darinya.
"Pelayan!" panggilnya lalu seorang pelayan masuk ke dalam kamar.
"Iya Raja"
"Panggil dokter istana untuk Jenderal Malone. Tangannya terluka. Pastikan dokter mengobatinya!!"
"Tapi ... "
"Apa kau tidak mengerti perintahku?!"
"Mengerti Raja. Hanya saja, dokter istana sudah pergi ke kamar Jenderal Malone"
"Apa? Siapa yang ... "
Tidak mungkin Malone memanggil dokter istana ke kamarnya. Tangan kanannya itu bahkan tidak berani menggunakan kamar yang dia sediakan dan memilih untuk tinggal di bagian belakang istana. Tempat para pelayan istana tinggal.
"Ratu yang memanggil dokter istana, Raja" lapor pelayan mengejutkan William.
Ratu? Ratu memanggil dokter istana untuk Malone?
"Apa? Ratu? Berani sekali dia memanggil dokter yang hanya boleh mengobati keluarga kerajaan untuk Jenderal Malone" kata Mary.
Benar. Berani sekali wanita itu menggunakan dokter istana untuk mengobati Malone, tanpa ijinnya?
"Panggil Ratu kemari!" teriak William kesal.
Tak lama wanita asing itu masuk ke dalam ruangan William. Gaunnya yang tadi putih bersih, berubah menjadi kotor. Bahkan ada beberapa bercak darah di salah satu sisi gaunnya. Wanita itu, dari tadi berada di ruangan Malone? Kenapa?
"Selamat siang Raja, Nona Mary. Anda memanggil saya?" tanya Ratu dengan menunduk.
"Kau memanggil dokter istana untuk Malone?" tanya William.
"Benar, Raja"
"Ratu, seharusnya Anda tidak berbuat seperti itu! Dokter istana hanya boleh mengobati anggota kerajaan. Tidak boleh sembarangan dipanggil untuk mengobati orang lain. Apalagi hanya seorang Jenderal rendahan" sela Mary.
Meski apa yang dikatakan Mary benar, William tidak setuju dengan anggapan Malone adalah orang rendahan.
"Maaf, Raja" teriak wanita asing itu lalu berlutut. Membuat William dan Mary terkejut.
"Maafkan saya. Saya tidak tahu kalau dokter istana hanya boleh mengobati anggota kerajaan. Mohon Anda berdua ampuni saya. Saya tidak akan mengulanginya lagi. Ini pasti karena saya kurang paham atas peraturan istana. Mohon ampuni saya" lanjut wanita itu membuat William tidak bisa bicara lagi.
Awalnya, Willian ingin menghukum wanita itu karena perbuatannya. Tapi karena sudah seperti ini. Dia hanya bisa diam dan memaklumi semuanya.
"Bangunlah!!" perintahnya membuat wanita asing itu bangun.
"Terima kasih atas kebaikan Raja dan Nona Mary"
" ... . Pergilah!!"
Setelah tidak bisa memikirkan kata apa yang sesuai dia ucapkan pada wanita itu. William hanya bisa mengusirnya pergi.
"Raja, kenapa Ratu seperti itu" tanya Mary yang pasti merasakan keanehan pada wanita asing itu.
"Entahlah"
"Apa mungkin Ratu memiliki rencana untuk membuat Anda kesal?" tanya Mary setelah wanita itu pergi.
"Apa maksudmu?"
"Mungkin Ratu sengaja memanggil dokter istana untuk Jenderal Malone, agar bisa bertemu dengan Anda. Dia pasti sudah tahu kalau dokter istana hanya boleh mengobati keluarga kerajaan"
Tidak. William tidak melihat hal yang sama dengan yang dipikirkan Mary. Dia bisa melihat wanita itu benar-benar tidak tahu tentang peraturan itu. Dan dari gelagat yang dilihatnya. Wanita itu bahkan tidak mau bertemu dengannya. Hanya menunduk sepanjang waktu mereka bertemu.
"Dia harus belajar peraturan istana!" kata William menimbulkan senyuman cerah di wajah Mary.
"Bolehkan saya memberikan peraturan istana kepada Ratu? Agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi?"
"Lakukan apa yang kau mau!"
"Baik, Raja"
Di lorong dekat ruangan Raja, Jane mengejar Ratu yang berjalan dengan cepat.
"Ratu. Sebaiknya Anda berganti pakaian sekarang" ujar Jane sedih melihat Nona yang didampinginya sejak kecil tampak berantakan.
"Sebentar lagi Jane, aku harus memastikan Jenderal Malone ... "
"Ratu!! Jenderal Malone adalah tangan kanan Raja. Pria terkuat setelah Raja. Dia tidak butuh bantuan Anda"
"Tapi tangannya sobek begitu panjang. Itu pasti sakit sekali"
Jane kesal sekali sekarang. Sebagai pelayan, dia sangat tahu kalau Ratu adalah orang baik. Tapi salah sasaran. Seharusnya Ratu lebih memperhatikan suami yang dinikahinya beberapa hari lalu. Bukan Jenderal Malone.
Dan lagi, kenapa Ratu sama sekali tidak kesal dan marah. Setiap kali melihat wanita licik itu ada di sisi Raja? Bahkan tidak segan memohon ampun dengan berlutut di depan Raja dan wanita licik itu. Untuk sesuatu yang bahkan tidak salah?
"Ratu!! Tolong dengarkan saya. Kita harus pergi ke kamar Anda. Berganti pakaian"
Jane tidak tahan lagi dan menarik tangan Ratu ke dalam kamar untuk mengganti pakaian yang penuh lumpur dan bercak darah Jenderal Malone.
Setelah itu, beberapa pelayan datang menerobos dan meletakkan banyak buku di atas meja. Jane tahu pelayan itu adalah pelayan yang melayani Nona Mary, selir Raja.
"Apa ini?" tanyanya kesal.
"Karena tidak mengerti peraturan kerajaan. Nona Mary memerintahkan Ratu untuk mempelajari peraturan kerajaan. Tidak boleh keluar istana sebelum membaca semuanya!" jelas pelayan itu dengan angkuh.
"Berani sekali seorang selir memerintah Ratu!!"
"Apa? Nona Mary bukan selir. Dia adalah Ratu yang sebenarnya. Wanita yang dicintai Raja. Bukan wanita asing yang sama sekali tidak dipedulikan Raja"
"Apa kau bilang? Berani sekali kau bicara seperti itu!!"
Jane siap untuk menerkam pelayan itu tapi sebuah tangan menghentikannya.
"Apa yang akan kau lakukan Jane?" tanya Ratu dengan wajah datar. Seperti tidak terganggu sama sekali dengan semua ucapan pelayan wanita licik itu. Membuat Jane semakin kesal saja.