Novel ini mengisahkan perjalanan cinta yang penuh dinamika, yang diselimuti perselisihan dan kompromi, hingga akhirnya menemukan makna sesungguhnya tentang saling melengkapi.
Diantara lika-liku pekerjaan, mimpi, dan ego masing-masing, mereka harus belajar mengesampingkan perbedaan demi cinta yang semakin kuat. Namun, mampukah mereka bertahan ketika kenyataan menuntut mereka memilih antara ambisi atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arin Ariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Besar
Masa depan yang mereka rencanakan bersama mulai mendekat, dan setiap hari semakin jelas bahwa keputusan besar akan segera datang. Ariana dan Alfatra telah melewati banyak tantangan—jarak, pekerjaan, tekanan keluarga, dan pertanyaan tentang masa depan mereka. Namun, sekarang mereka merasa lebih matang dan siap untuk melangkah ke fase berikutnya dari hubungan mereka.
Di tengah-tengah perjalanan ini, mereka berdua merasa ada momen yang tepat untuk membuat keputusan besar—apakah mereka siap untuk menikah, atau apakah mereka harus memberi lebih banyak waktu untuk saling memahami. Mereka tidak ingin terburu-buru, tetapi juga tidak ingin terus terjebak dalam keraguan.
Pada suatu malam yang tenang, setelah makan malam bersama, Alfatra dan Ariana duduk di sofa apartemen mereka. Ada sesuatu yang berbeda malam itu, seolah-olah atmosfer di sekitar mereka mengundang percakapan yang telah lama tertunda. Alfatra menatap Ariana dengan serius.
"Ari, kita sudah bersama cukup lama, dan kita telah berbicara banyak tentang masa depan kita. Tapi aku ingin tahu, apa yang sebenarnya kamu rasakan tentang kita, tentang pernikahan?" tanya Alfatra, matanya penuh ketulusan.
Ariana menarik napas dalam-dalam. Ini adalah pertanyaan yang sudah lama ia hindari. Meskipun ia mencintai Alfatra dan merasa siap untuk berkomitmen, ada bagian dari dirinya yang masih ragu. Namun, ia tahu bahwa ia tidak bisa terus menghindari keputusan ini.
"Aku cinta sama kamu, Alfa," jawab Ariana dengan suara pelan. "Tapi aku merasa kita masih harus mempersiapkan lebih banyak hal, bukan hanya soal pekerjaan dan karir, tetapi juga tentang diri kita sendiri. Aku ingin kita berdua benar-benar siap, bukan hanya sekadar mengikuti arus."
Alfatra menatapnya lama, mencoba memahami perasaannya. "Aku mengerti, Ari. Aku tidak ingin memaksakanmu. Kita sudah berjalan jauh bersama, dan aku ingin memastikan bahwa kita berdua siap untuk melangkah lebih jauh. Aku ingin kita membangun masa depan yang solid, bukan hanya tentang pernikahan, tapi juga kehidupan yang penuh makna."
Ariana merasakan kehangatan dalam kata-kata Alfatra, dan ia tahu bahwa ia juga ingin hal yang sama—sebuah kehidupan yang saling mendukung, bukan hanya berdasarkan cinta semata, tetapi juga pada kesiapan dan komitmen yang penuh.
"Aku setuju, Alfa," katanya akhirnya. "Aku ingin kita berjalan bersama, bukan hanya dalam pernikahan, tetapi juga dalam segala hal yang akan kita hadapi. Aku siap jika kamu juga siap."
Dengan keputusan tersebut, Ariana dan Alfatra memutuskan untuk melangkah lebih jauh, tetapi dengan persiapan yang matang. Mereka sepakat untuk lebih banyak berbicara tentang masa depan mereka—tentang pekerjaan, tempat tinggal, bahkan rencana keuangan bersama. Mereka menyadari bahwa pernikahan bukan hanya tentang hari besar, tetapi tentang kehidupan yang akan mereka jalani bersama setelahnya.
Ariana kembali merasa lebih tenang setelah percakapan itu. Ia merasa bahwa mereka berdua benar-benar saling memahami, dan mereka tidak terburu-buru untuk mengambil langkah besar. Mereka ingin memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil adalah yang terbaik untuk keduanya.
Setelah itu, mereka mulai merencanakan masa depan mereka dengan lebih serius. Mereka mulai mencari rumah bersama, memutuskan kota mana yang akan mereka tinggali setelah menikah, dan merencanakan kehidupan yang lebih stabil—baik secara finansial maupun emosional.
Namun, perjalanan mereka tidak selalu mulus. Suatu hari, Alfatra menerima tawaran pekerjaan yang luar biasa, sebuah kesempatan yang sangat menjanjikan untuk karirnya, tetapi itu berarti ia akan harus pindah ke luar negeri untuk beberapa tahun ke depan. Tawaran itu sangat menggoda, tetapi juga membawa dilema besar.
"Ari, aku tahu ini bukan keputusan mudah, tapi aku harus mempertimbangkan tawaran ini. Ini adalah peluang yang jarang datang. Namun, aku tidak ingin keputusan ini merusak hubungan kita," kata Alfatra dengan penuh kekhawatiran.
Ariana terdiam sejenak, berpikir panjang. "Aku tahu, Alfa. Itu adalah tawaran yang besar. Tapi kita sudah merencanakan masa depan kita bersama, dan aku takut kalau kita terpisah lagi, itu bisa merusak apa yang telah kita bangun."
Alfatra menggenggam tangan Ariana. "Aku tidak ingin merusak hubungan kita, Ari. Tapi aku juga harus memilih jalanku. Aku tidak ingin kita terjebak dalam rasa takut, tetapi aku juga tidak ingin membuatmu merasa terabaikan."
Ariana menatapnya, merasakan perasaan yang campur aduk. "Aku akan mendukung apapun yang kamu pilih, Alfa. Aku ingin kamu mengejar impianmu. Tapi kita harus memastikan bahwa kita akan tetap bisa bertahan meskipun terpisah jarak."
Akhirnya, mereka memutuskan untuk melangkah maju dengan keputusan tersebut. Alfatra menerima tawaran pekerjaan itu, tetapi mereka sepakat untuk berkomitmen menjaga hubungan mereka, apapun yang terjadi. Mereka akan tetap saling mendukung, berkomunikasi dengan baik, dan merencanakan masa depan mereka, meskipun jarak akan kembali memisahkan mereka.