NovelToon NovelToon
Indra Ke-6

Indra Ke-6

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Persahabatan
Popularitas:144.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

"Apa yang kamu tahu?" tanya Aditya pada pria yang kepalanya berlumuran darah.

"Aku hanya lihat ada tiga orang pria datang lalu dia menyuntikkan sesuatu pada wanita itu. Setelah wanita itu tidak berdaya, mereka menggantungnya seolah dia bunuh diri."

Usai mengatakan itu, pria tersebut menghilang tanpa bekas.

Sebagai seorang polisi, terkadang Aditya menemui kesulitan ketika mengungkap sebuah kasus. Dan tak jarang dia sering meminta informasi dari makhluk tak kasat mata yang ada di sekitar lokasi kejadian.

Aditya memanfaatkan indra keenamnya untuk mengungkap kasus kejahatan yang terjadi di sekitarnya. Tak sendiri, dia ditemani jin cantik bernama Suzy yang rela membantunya melakukan apapun, kecuali mencarikan jodoh untuknya.

"Haiissshh.. Tante Suzy.. yang benar dong kalau kasih info. Nyasar lagi nih kita!" kesal Adita.

"Kalau mau nanya alamat tuh ke Mbah Gugel! Bukan ke aku!"

Aditya hanya menepuk keningnya saja.

"Percuma ngajak jin dongo," gumam Aditya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Autopsi

Aditya menghela nafas panjang setelah mendengar penuturan jin yang menyaksikan bagaimana Lastri akhirnya menjadi korban pembunuhan. Pria itu kemudian pergi ke kali di mana mayat ditemukan. Masih terdapat garis kuning di sana. Tak mau merusak TKP, Aditya tidak berani melintasi garis kuning. Dia hanya mencari di sekeliling saja namun usahanya tidak membuahkan hasil.

Saat akan pergi, matanya menangkap sebuah benda di antara tumpukan sampah. Aditya mengambil sapu tangan, kemudian memungut benda tersebut menggunakan sapu tangan. Diperhatikannya benda yang dipungutnya tersebut. Itu adalah sebuah pin yang dengan logo seperti logo sebuah perusahaan. Di atasnya terdapat sedikit noda darah. Aditya segera membungkus pin tersebut lalu memasukkannya ke dalam saku jaketnya.

"Dit.."

Panggilan Tristan membuat pria itu menolehkan kepalanya. Aditya segera meninggalkan tempatnya lalu mendekati rekannya itu. Mata Tristan melihat pada garis kuning yang ada di dekat kali. Saat bertanya pada para pedagang, dia mendapatkan informasi kalau beberapa hari yang lalu juga ditemukan mayat yang dibuang ke dekat kali. Mayat seorang wanita yang kehilangan sebelah tangannya.

"Bertepatan dengan ditemukannya Bu Lastri, di sini juga ditemukan mayat seorang perempuan," ujar Aditya.

"Iya. Aku juga baru saja mengetahuinya tadi dari para pedagang. Kamu sendiri tahu dari mana?"

"Ada yang memberitahuku. Orang yang kebetulan melintas."

Kepala Tristan mengangguk. Dia percaya saja apa yang dikatakan rekannya ini. Aditya kemudian menunjukkan apa yang ditemukannya. Mata Tristan memicing melihat pada pin yang ditunjukkan Aditya.

"Itu noda darah sepertinya."

"Iya. Bisa kamu pegang sebentar, aku mau mengambil gambarnya. Logo di pin ini adalah logo seperti logo perusahaan. Tapi aku ngga tahu perusahaan apa. Aku akan menanyakannya pada sepupuku."

Aditya segera mengambil gambar pin, kemudian dia mengirimkannya pada Arsyad. Dia yakin kalau pria itu bisa membantunya. Sekarang Arsyad sudah terjun ke perusahaan, membantu ayahnya mengurus perusahaan. Usai mengambil foto, Aditya mengajak Tristan pergi. Keduanya memilih menuju kantor polisi yang tadi dikunjunginya.

Sepuluh menit kemudian mereka sudah berada di kantor polisi yang didatanginya. Petugas yang diminta menyelidiki kasus Lastri dan wanita yang ditemukan di pinggir kali menemui kedua polisi muda itu dengan berkas di tangannya.

"Mayat wanita yang ditemukan bernama Wina. Dia adalah seorang Ibu rumah tangga biasa. Dia dilaporkan hilang dua hari sebelum mayatnya ditemukan. Sampai saat ini kami masih mencari petunjuk siapa yang sudah menghabisi nyawanya. Ada apa kalian menanyakannya?"

"Saya curiga kalau Ibu Lastri meninggal bukan karena bunuh diri."

"Kenapa kamu bisa begitu yakin?"

"Saat saya melihat jasad Bu Lastri, saya melihat ada bekas suntikan di dekat lehernya. Saya akan meminta mayat tersebut untuk diautopsi."

Petugas polisi tersebut nampak ragu. Jasad Lastri ditemukan di wilayah yuridiksinya dan sudah disimpulkan kalau wanita itu mati bunuh diri. Namun Aditya berpikiran lain. Kalau autopsi dilakukan dan terbukti kalau wanita itu mati karena dibunuh, maka pekerjaan mereka semakin bertambah. Mereka juga harus menemukan pembunuh mayat wanita yang ditemukan bersamaan dengan Lastri.

"Untuk kasus Bu Lastri, apa bisa dipindahkan ke kantor Polrestabes? Kami sedang menangani kasus pembunuhan anaknya. Mungkin saja pembunuh Ibu Lastri adalah orang yang sama."

Meskipun Aditya tidak yakin kalau Ageng yang sudah membunuh Lastri, namun pria itu terpaksa mengatakan itu agar perpindahan kasus Lastri bisa dilakukan.

"Baiklah. Silakan ajukan pemindahan kasusnya."

"Dan ini.. saya temukan ini di TKP mayat Bu Wina ditemukan."

Aditya memberikan sapu tangan yang berisi pin yang berhasil ditemukan olehnya. Wajah pria itu terlihat tidak senang karena Aditya sudah mencampuri teritorialnya. Namun tangannya bergerak juga mengambil sapu tangan tersebut.

"Terima kasih. Saya hargai batuan kalian. Tapi untuk selanjutnya saya harap kalian tidak mencampuri urusan kami lagi."

"Baiklah. Tapi kalau pembunuh Ibu Lastri adalah orang yang sama yang sudah membunuh Ibu Wina, maka saya tidak janji tidak ikut campur."

"Terserah!"

Melihat sikap petugas tersebut yang mulai tidak ramah, Tristan mengajak Aditya segera pergi. Keduanya segera berpamitan dan meninggalkan kantor tersebut. Dengan cepat keduanya masuk ke dalam mobil. Mata Aditya langsung melihat ke jok belakang. Di sana Suzy sudah duduk manis sambil terus memandangi Tristan. Aditya hanya berdecak kesal melihat kelakukan Tante ghoibnya itu.

"Tidak usah kesal. Wajar saja kalau dia merasa tidak terima. Kita sudah memasuki wilayah kerjanya tanpa permisi," ujar Tristan yang menyangka kalau Aditya kesal dengan sikap polisi tadi.

"Hem.."

Hanya itu saja jawaban Aditya. Padahal dia sendiri tidak mempermasalahkan sikap polisi tadi. Kalau dia yang ada di posisi pria itu, pasti akan merasa tak senang juga. Aditya segera menyalakan mesin mobil dan kendaraan roda empat tersebut segera meluncur pergi.

***

Sesampainya di kantor Polrestabes, Aditya dan Tristan segera melaporkan temuan mereka di lapangan. Tomi bergerak cepat mengirimkan surat untuk memindahkan kasus Lastri pada mereka. Pria itu kembali mengadakan rapat. Dengan ditemukannya Lastri dalam keadaan tidak bernyawa, untuk sementara tuduhan diarahkan pada Ageng.

"Jaya, apa ada perkembangan soal Ageng?"

"Belum, Pak. Tapi kami masih tetap mencarinya."

"Nusa, Ikhsan, kalau kasus kalian sudah selesai, segera bantu Jaya."

"Siap, Pak."

"Adit, Tristan, kalian awasi jalannya autopsi Lastri."

"Baik, Pak."

Aditya dan Tristan segera menuju Rumah Sakit Ibnu Sina. Sudah cukup lama rumah sakit tersebut menjadi mitra kepolisian untuk melakukan autopsi. Mobil yang dikendarai Aditya berbelok memasuki pelataran parkir rumah sakit. Keduanya lalu segera turun dan memasuki gedung rumah sakit. Saat akan menuju lantai enam, Aditya berpapasan dengan Irsyad.

"Bang.." panggil Irsyad.

Adik kembar Arsyad ini memang meniti karir seperti sang Mama yang seorang dokter. Sekarang pria itu sedang menjalani residensi sebagai dokter bedah umum.

"Mau lihat autopsi. Dokter Akmal udah mulai belum."

"Belum kayanya. Barusan aku lihat dokter Akmal baru masuk ke lift."

"Ya udah, aku ke atas dulu."

Irsyad menganggukkan kepalanya. Aditya dan Tristan segera memasuki lift yang pintunya sudah terbuka. Setelah pengunjung lain masuk ke dalam lift, barulah kotak besi tersebut bergerak naik.

"Tadi siapa?" tanya Tristan.

"Adik sepupuku. Dia lagi residen, mau ambil spesialis bedah umum."

"Wah keren."

"Nah yang aku minta tolong cari logo yang di pin, kakak kembarnya. Dia kerja di perusahaan bantuin Bapaknya."

Mendengar cerita Aditya, Tristan yakin sekali kalau keluarga Aditya adalah keluarga berada dan terpandang. Mobil yang digunakan Aditya semakin memperkuat asumsi Tristan. Karena harga mobil tersebut di atas satu milyar. Namun Aditya selama ini tidak pernah memperlihatkan kalau dirinya berasal dari keluarga berada. Selama di akademi, dia bergaul dengan siapa saja.

Lift yang mereka tumpangi sudah sampai di lantai enam. Aditya memandu Tristan menuju ruangan yang dijadikan tempat autopsi. Ketika mereka sampai, dokter Akmal baru saja hendak memulai autopsinya. Aditya dan Tristan mengamati jalannya autopsi dari ruangan lain melalui kaca jendela. Suara dokter Akmal yang tengah melakukan autopsi dapat mereka dengar dari pengeras suara. Aditya dan Tristan juga bisa berkomunikasi menggunakan mic yang ada di sana.

"Dari hasil cek darah diketahui darah korban mengandung benzodiazepine. Di leher korban terdapat bekas suntikan. Kematiannya dipastikan karena mati tercekik oleh tali yang melilit di lehernya. Di kuku korban juga terdapat serat tali yang artinya korban sempat sadar dan berusaha melepaskan diri dari jeratan tali," jelas dokter Akmal setelah hampir satu jam melakukan autopsi.

"Jadi Bu Lastri sempat sadar," gumam Tristan.

"Benar-benar biadab," sambung Aditya.

"Apa ada luka lain di tubuhnya?" tanya Aditya melakukan mic yang terpasang di sana.

"Luka memar ada, tapi ini adalah luka memar yang cukup lama. Ada luka baru di bagian lutut dan pergelangan kakinya. Sepertinya dia terjatuh dan lututnya membentur batu, aspal atau tanah dengan cukup keras."

Keterangan yang diberikan Akmal cocok dengan informasi yang diberikan salah satu jin yang melihat proses terjadinya pembunuhan pada Lastri.

Selesai menyaksikan jalannya autopsi, Aditya dan Tristan keluar dari ruangan tersebut. Aditya mengajak Tristan mengobrol di kantin. Setelah memesan minuman, keduanya menuju salah satu meja yang kosong.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Aditya.

"Dilihat dari cara kematiannya, sepertinya bukan Ageng pelakunya. Apa yang terjadi pada Bu Lastri berbeda dengan apa yang terjadi pada Edwin. Kalau pembunuhnya adalah Ageng, dia bisa langsung menghabisi Bu Lastri dengan menyiksanya tanpa harus berusaha payah membius dan menggantungnya di pohon."

"Iya. Dan pelakunya pasti lebih dari satu orang. Agak sulit kalau melakukannya sendiri."

Kepala Tristan mengangguk menyetujui ucapan Aditya. Usai menghabiskan minumannya, keduanya segera kembali ke kantor. Mereka harus melaporkan hasil autopsi Lastri. Sesampainya di sana, Aditya langsung melaporkan pada Tomi. Pria itu juga menyatakan kecurigaannya kalau pembunuh Lastri dan mayat wanita yang ditemukan bersamaan adalah orang yang sama.

"Kalau begitu, saya akan menugaskan kalian berdua ke kantor polsek Sukajadi. Kalian akan membantu penyelidikan pembunuhan yang terjadi."

"Siap, Pak."

"Jaya, apa ada perkembangan soal Ageng?"

"Sejauh ini belum. Sepertinya dia menyembunyikan dirinya dengan baik."

"Teruskan pencariannya."

Ketika Tomi membubarkan timnya usai rapat singkat, Aditya menangkap sosok Aang sudah berada di meja kerjanya. Dia mendekati Aang lalu mengajaknya berbicara di tempat yang aman. Aang berjalan mengikuti Aditya keluar dari kantor. Pria itu menuju tempat yang sepi, baru mulai berbicara dengan Aang.

"Apa sudah ada hasil?"

"Aku sudah menemukan Ageng."

1
🍃gιмϐυℓ 📴
Apa mungkin perempuan yg dikencani Helmi itu Wina ya? 🤔🤔🤔
Hambali Parfum
smkin hr smkin pnsaran,, tp kok aq curiganya mlh k ivan ya
Paula Abdul
klu dah selesai mampir rumah akooh yup mas Adit n mas Tristan 🥰
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
inget ya Dit seminggu ke depan jangan ganggu Sean 🤣🤣TPI semoga yg informasi yg dikirimkan Sean membantu memecahkan kasus ini.Aang awas nyasar ya nanti ketemu si manis jembatan Ancol lagi 🤣
sakura hanae @ mimie liyana❤️
C jamal ngambek bang mau healing, traveling, semriwing😂😂😂😂
⏤͟͟͞͞RL𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
😅😅😅😅 semangat bg adit smoga cpat tuntas agar bisa pacaran ya ama neng kriwil😆😆😆😆😆😆

waaah sean emang kmu punya orderan ala aja😆😆😆😆😆
💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᵈᵉʷᶦ㊍㊍🌀🖌
air liur juga bisa untuk tes DNA juga ya baru tau aku
Oki ammar'
Gassken kk
Mae Munah
jangan jangan selimut pak Hilmi itu wanita yang dibunuh dan dibuang ke pinggir kali??..
💕 bu'e haresvi 💕
makasih dit bukan kampret dah dtolongin juga🤣🤣
Dinar Keke
gak nabung Bab mak,HP disandera sama anak anak. Otomatis bacanya sampai numpuk
Jenong Nong
kasih annya bu wida setia menunggu suami pulang ehh yg ditunggu malah cari selimut lain sampai ajal menjemput... ❤❤🙏🙏
Ayuna
Keluarga Aditya lebih maju kedepan dari pada Pol!5! tempat Adit bekerja🤭🤭🤭.
Rheya Bae
boro" mau nabung bab, nungguin up aja berasa lama banget
⒋ⷨ͢⚤💕ιͥмͬαͥѕᷤ💕ⁱᵐ Ꮶ͢ᮉ᳟ 🍜❦
semoga cpt terungkap kasus nya jgn lama lama🤭
⒋ⷨ͢⚤💕ιͥмͬαͥѕᷤ💕ⁱᵐ Ꮶ͢ᮉ᳟ 🍜❦
ya ampun sean galaknya...
⒋ⷨ͢⚤💕ιͥмͬαͥѕᷤ💕ⁱᵐ Ꮶ͢ᮉ᳟ 🍜❦
sean jadi kayak anak buat adit ya🤣🤣, sean ngedumel tapi dilakuin juga
⒋ⷨ͢⚤💕ιͥмͬαͥѕᷤ💕ⁱᵐ Ꮶ͢ᮉ᳟ 🍜❦
eh si papa nakal jg ternyata pake sewa perempuan bayaran segala..
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Semoga cepat terungkap kerangkanya 😌
⒋ⷨ͢⚤💕ιͥмͬαͥѕᷤ💕ⁱᵐ Ꮶ͢ᮉ᳟ 🍜❦
agak sedikit aneh sih nya pas meeting kliennya gk mau diwakilkan harus pak helmi langsung, tapi harusnya anaknya wkt itu nemenin..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!