NovelToon NovelToon
UN PERFECT PLAN

UN PERFECT PLAN

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Cinta setelah menikah / Aliansi Pernikahan / Keluarga / Office Romance
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Puspa Indah

Seorang arsitek muda bersedia mengikuti rencana iseng temannya dalam sebuah perjodohan atas dasar peduli teman. Namun siapa sangka, rencana tersebut malah menyebabkan konflik serta membongkar kasus yang melibatkan beberapa oknum pengusaha dan aparat. Bahkan berujung pada terancamnya kerajaan bisnis dari sebuah keluarga keturunan bangsawan di Perancis.
Bagaimana akhir dari rencana mereka? Simak kisah seru mereka di novel ini. (un) Perfect Plan. Semoga terhibur...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 27

Intan dan Tiara sudah bersiap tidur saat pintu kamar mereka diketuk.

"Siapa?", tanya Intan.

"Aku, Andre", sahut yang mengetuk.

Intan mengerutkan dahi, ternyata Andre belum pulang. Segera diambilnya jilbab instan dari nakas untuk dipakai.

"Andre? Kau masih di sini?", tanya Intan saat membuka pintu.

Andre hanya mengangguk.

"Aku perlu bicara dengan kalian", sahut Andre.

"Masuklah, dan tutup pintunya. Tiara sedang tak memakai hijab", ucap Intan seraya berjalan menuju tempat tidur.

Setelah menutup pintu, Andre kemudian ikut duduk di tepi tempat tidur. Namun dia hanya diam dan wajahnya terlihat murung.

"Apa kau sudah menemui karyawanmu?", tanya Intan memecah kesunyian.

"Ah..iya. Sudah. Semuanya sudah beres, dan dia sudah kusuruh pulang ke Lyon", jawabnya.

"Apa?! Mengapa kau menyuruhnya langsung pulang ke Lyon larut malam begini? Apalagi setelah kau biarkan tubuh kecilnya menggigil menahan lapar dan dingin di luar tadi. Kau sungguh keterlaluan!", protes Intan.

"Iya, aku tahu kalau aku tadi sungguh keterlaluan. Kau tenang saja, aku mengirim dia pulang dengan pesawat jet sewaan. Dua orang suruhan ku juga menemaninya sampai tujuan. Bagaimanapun berkas itu adalah berkas penting yang harus tiba di Lyon malam ini juga", terang Andre.

Intan sekarang terlihat lebih tenang.

"Sepertinya dia sangat terkesan dengan kebaikanmu. Dia tadi menitipkan ucapan terima kasih padamu", sambung Andre.

Intan hanya mengangguk kecil.

"Kau tahu, mungkin aku akan memindahkannya ke Paris. Gadis muda dengan semangat kerja seperti itu dibutuhkan di kantor periklananku di sini", ucap Andre.

"Kukira itu hal yang bagus, daripada ia cuma jadi kurir pengantar berkas untuk atasan yang tak mengerti bagaimana menghargai karyawannya", sahut Intan.

"Ck, mulutmu sungguh pedas", ucap Pierre kesal, tapi Intan malah terkekeh.

Kemudian keduanya baru menyadari bahwa sedari tadi Tiara hanya diam dengan tatapan kosong.

"Ehm.. tentang masalah Tiara, aku akan mencoba mengeluarkannya dari sini diam-diam", ucap Andre hampir seperti berbisik.

"Apa?! Kau serius? Apa kau sudah menyusun rencana bersama Pierre?", tanya Intan antusias.

"Sstt.. jangan berisik. Pierre tak perlu tahu, dan kalian jangan pernah menuruti kata-katanya", jawab Andre kesal, ingat akan ucapan Pierre sebelum ia meninjunya.

"Apa Pierre sekarang memihak Pére?", tanya Intan bingung.

"Bukan memihak Pére, tapi memihak kepentingan dirinya sendiri", jawab Andre lagi yang kemudian menceritakan kejadian saat ia ke rumah Pierre.

Intan merasa geram mendapati kenyataan itu.

"Baiklah, sekarang kalian tidur saja. Aku akan memberitahu kalian kalau segalanya sudah siap", pesannya.

"Dan kau Tiara, bersabarlah. Aku berjanji kau akan segera berkumpul dengan suamimu", janjinya seraya mengelus kepala Tiara dengan pandangan iba.

"Aku pergi dulu, selamat malam", ucapnya, kemudian meninggalkan kamar itu.

********

Makan malam di kediaman Ibrahim Hasan sudah di mulai. Selain Ibrahim, Mita dan Rizal, Deni serta Fritz juga ikut bergabung sebelum akhirnya dilengkapi dengan kehadiran Hermawan dan Irwan.

Hermawan sendiri agak sedikit bingung dengan sikap Ibrahim. Seperti tak ada rasa marah atau dendam pada dirinya yang merupakan paman dari Hanif. Ia malah diajak makan malam bersama keluarga dan teman dekatnya.

Di lain pihak, Deni terus memandang ke arah Rizal. Ia tak pernah menyangka kalau bawahannya itu telah menjalin hubungan dengan Mita, bahkan sudah disebut Ibrahim sebagai calon suami anaknya.

Rasa kesal tak bisa dia pungkiri. Bagaimana tidak. Ia sudah meminta pada Ibrahim untuk bisa menikahi Mita bahkan sebelum Mita dijodohkan dengan Hanif. Tapi Ibrahim malah terkesan menggantung lamarannya.

Dan hari ini terjawab sudah apa penyebabnya. Rizal, seorang staf kepolisian berpangkat rendah telah memutus peluangnya.

"Hermawan, aku belum memperkenalkan mu pada Rizal bukan? Dia calon menantuku yang baru", ucap Ibrahim.

"Papa!", tegur Mita tak enak dengan Hermawan.

Hermawan hanya tersenyum simpul. Paham kalau sang tuan rumah sedang mengutarakan kekecewaannya terhadap Hanif lewat dirinya.

"Selamat ya Mita, Om senang kamu akhirnya akan menikah. Semoga semuanya lancar dan tidak ada masalah seperti dulu lagi. Kamu berhak bahagia nak", ucap Hermawan tulus.

Ibrahim hanya menunduk. Sementara Mita dan Rizal cuma bisa menghela nafas mendengar dialog kedua pria tua tersebut.

"Bagaimana keadaan di perusahaan mu?", tanya Ibrahim.

Hermawan meletakkan sendok dan garpunya, kemudian menegakkan punggungnya.

"Keadaan perusahaan kami benar-benar kacau setelah begitu banyak klien kami yang tiba-tiba membatalkan kontrak. Saat ini kami hanya berusaha untuk tetap bertahan. Tapi semakin hari, rasanya semakin sulit", ungkap Hermawan dengan wajah sedih.

Ibrahim hanya mendelik, kemudian mengambil air minum.

"Klien kalian tiba-tiba membatalkan kontrak bersamaan? Kukira itu terlihat agak mencurigakan bukan? Apa kau yakin kalau tidak ada campur tangan orang ketiga dalam masalah ini?", tanya Ibrahim serius.

Mendengar kalimat Ibrahim, Hermawan dan Irwan malah menjadi bingung.

"A..aku tidak tahu pasti masalah itu. Tapi, terus terang kami memang memiliki kecurigaan seperti itu. Dan kami masih mencari tahu, kira-kira siapa yang mungkin melakukannya", jawab Hermawan ragu.

Ibrahim menautkan jari-jarinya.

"Jadi.., itu sebenarnya tujuanmu kemari?", tanya Ibrahim lagi.

Kelihatan sekali kalau kini Hermawan merasa kikuk. Untung saja ada Irwan yang menemaninya. Kalau tidak, mungkin dia akan merasa sangat tertekan.

"Baiklah, aku akan coba menelusuri masalah ini. Aku akan cari tahu siapa dalang dibalik sabotase proyek di perusahaanmu. Aku juga tak ingin perusahaan yang sudah kalian bangun susah payah, runtuh begitu saja", sahut Ibrahim.

Mendengar itu, Hermawan dan Irwan jadi saling pandang. Mereka sekarang jadi bingung harus bersikap bagaimana.

"Kau tunggu saja kabar dariku. Tapi, kau mungkin harus bersabar. Karena masalah seperti ini biasanya ada sangkut pautnya dengan para pembesar", terangnya.

"Eng.. Kalau begitu.. terima kasih banyak. Itu sangat berarti bagi kami", sahut Hermawan, ia kehabisan kata-kata.

"Tentu saja itu tidak gratis", ucap Ibrahim tiba-tiba, membuat hati Hermawan kembali ciut.

Rizal pun mulai waspada. Nampaknya Ibrahim Hasan kini mulai menampilkan watak aslinya, tak ubahnya seperti seorang mafia.

"Ah, iya.. aku mengerti. Apa.. apa yang bisa aku lakukan untuk membalas kebaikanmu?", tanya Hermawan sambil menahan gugup, bersiap untuk kemungkinan terburuk.

"Ya.. aku tak kan minta banyak darimu. Aku hanya minta tolong salah satu arsitek terbaikmu membuatkan desain rumah untuk kedua calon pengantin ini", sahut Ibrahim.

Sontak Mita dan Rizal tersedak makanannya. Sementara Hermawan dan Irwan melongo tak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar.

"Hei, kalian kenapa? Pelan-pelan saja makannya", ucap Ibrahim pada Mita dan Rizal.

Kepala Rizal semakin terasa pening. Bagaimana mungkin hanya dalam sehari statusnya terus-menerus berubah. Dari bukan siapa-siapa, tiba-tiba menjadi pacar, calon suami lalu calon pengantin. Dan kini calon mertuanya pun sudah berniat membuatkan rumah untuk mereka. Eh, apa?! Calon mertua? Sepertinya dia pun sudah ikut terbawa suasana.

"Tentu, tentu saja. Itu bukan masalah. Kami punya seorang arsitek berpengalaman yang kami yakin bisa melakukannya dengan baik", sahut Hermawan bersemangat.

"Selamat malam semuanya. Sepertinya ada kabar baik. Apa yang sudah aku lewatkan?", sapa seorang wanita cantik seraya berjalan mendekati meja makan.

"Lastri.. kau sedikit terlambat. Tapi tidak apa-apa, mari bergabung", sambut Ibrahim.

Jadi ini dia wanita yang bernama Lastri, ucap Rizal dalam hati. Kini ketiga tersangka mereka sudah berkumpul di satu ruangan.

Lastri agak sedikit kaget melihat Hermawan dan Irwan juga ada di situ. Ia kemudian melirik sepintas pada Deni yang segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dan itu tertangkap oleh mata Rizal.

Sisa waktu makan malam itu pun berjalan lebih santai. Tapi tidak bagi Mita dan Rizal yang terus-terusan jadi bulan-bulanan Ibrahim.

Setelah makan malam selesai, Deni mendekati Rizal yang duduk di salah satu sofa panjang.

"Wah.. aku benar-benar tak menyangka ternyata kau adalah calon menantu Ibrahim Hasan. Sepertinya, kau bukan seseorang yang bisa dianggap remeh", ucap Deni, entah memuji atau menyindir.

Rizal hanya tersenyum tanpa menjawab. Dia tahu kalau harus menjaga ucapannya pada seseorang seperti Deni. Salah bicara, dia akan membuatnya menjadi bumerang yang akan menyusahkan Rizal sendiri.

Deni kemudian menyalakan rokok kemudian menawarkan juga pada Rizal. Rizal menolaknya secara halus yang ditanggapi Deni dengan senyum sinis.

"Memang, cara termudah untuk mewarisi takhta seorang raja adalah dengan menikahi putrinya, bukan begitu?", tanya Deni.

Rizal hanya mengerutkan dahi.

"Sebenarnya kita tak berbeda Rizal. Sudah lama aku mendekati Ibrahim dengan maksud agar dia mau menikahkan putrinya denganku. Tapi dia terus beralasan kalau putrinya sudah dijodohkan dengan anak sahabatnya", ucap Deni yang membuat Rizal kaget.

"Dan setelah lelaki itu celaka, kini malah kau yang memotong jalanku", sambungnya tersenyum sinis.

"Entah rayuan seperti apa yang kau lancarkan pada Ibrahim dan Mita sampai-sampai mereka lebih memilihmu daripada aku. Tapi kau harus ingat, yang terkuat yang akan mendapatkan hadiahnya", Deni mengisap rokoknya dalam-dalam.

Rizal bergidik mendengar kalimat Deni. Apakah Deni saat ini tengah mengancamnya?

Mita yang duduk bersama Ibrahim beserta Hermawan dan Irwan di bagian lain ruangan itu, memperhatikan Rizal dan Deni bicara. Dia bisa melihat perubahan di wajah Rizal yang kini terlihat gusar. Sementara Deni terlihat mengintervensinya dengan terus-menerus berbicara dalam jarak dekat sehingga asap rokoknya berhembus ke wajah Rizal.

Khawatir tentang keadaan itu, Mita kemudian menghampiri mereka.

"Ss.. sayang, aku.. perlu bicara denganmu sebentar", ucap Mita, dalam hatinya merutuki kata-kata yang baru saja keluar dari mulutnya.

Rizal terperangah mendengar ucapan Mita dan malah jadi salah tingkah. Sementara Deni memandangnya sinis, kemudian memberi isyarat mengijinkan Rizal untuk pergi.

"Mau kemana kalian?", tanya Ibrahim.

"Eng.. Rizal mau pulang sekarang Pa. Besok kan hari kerja, nanti kesiangan kalo kemalaman tidurnya", jawab Mita.

"Iya Pak. Saya permisi dulu. Takut kemalaman di jalan, soalnya pulangnya lumayan jauh", tambah Rizal.

"Kamu nyetir sendiri?", tanya Ibrahim.

Nyetir? Sendiri? Boro-boro pakai sopir, setir mobilnya pun dia tak punya. Apa Ibrahim mengira dia anak orang kaya? Rizal jadi minder tingkat tinggi.

"Saya.. pakai motor Pak", sahutnya sungkan.

Sepertinya setelah tahu tentang itu, Ibrahim akan berpikir ulang untuk menjadikannya menantu.

"Oh ya? Coba kapan-kapan kau ajak Mita. Seumur hidup dia tak pernah naik motor. Makanya dia tak tahu asyiknya jalan-jalan pakai motor. Oke?", ucap Ibrahim malah bersemangat.

Ya Tuhan... Rizal bingung harus bagaimana lagi untuk menyadarkan pria tua itu dari halusinasinya.

"I..iya Pak. Insya Allah nanti saya ajak", sahutnya, malah ikut hanyut dalam hubungan halusinasi ini.

"Ha..ha.. lihatlah, wajah Mita sampai merah begitu. Malu kamu?", tawa Ibrahim malah tambah nyaring.

Sementara Hermawan dan Irwan hanya mengulum senyum melihat Ibrahim tengah meledek anak dan calon menantunya.

Mita yang kesal akhirnya menarik lengan Rizal agar segera meninggalkan ruangan itu, gerah dengan ledekan ayah tirinya.

1
Oe Din
Asmara, konflik bisnis, mafia...
Bagus...
aca
q kasih bunga
aca
g dpet perjaka dpet duda nyanya ell/Curse//Curse/
aca
Fatimah berterima kasih lah ma tiara karena dia kabur lu bs nikah ma loise
aca
lanjutt
aca
bagus c rita nya kok like dikit yah
Oe Din
Lihat yang lebih bagus, seringkali "menyeret" kita pada iri dan dengki...
Puspa Indah
Selamat Membaca...
aca
rejeki Fatimah dpet jodoh ganteng kaya raya/Curse/
aca
tak kasih bunga
aca
lanjuttt
aca
lanjut donk
aca
q kira yg di novel Online istrinya taunya saudara kandung
aca
jd dia adeknya aris pant s aja orang kakak adek nya nikah ma bule
aca
lagi enak enak ama pembokat ya bapaknua hadeh
aca
ariana istri Jason bukan
Puspa Indah: Ho.. oh.. tul 👍
total 1 replies
aca
ariana adik bayu bukan
Puspa Indah: Ariana adiknya Aris dan Arya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!