NovelToon NovelToon
Balas Dendam Sang Don Juan

Balas Dendam Sang Don Juan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Balas Dendam / Playboy / Romansa
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: Leona Night

Catherine, seorang psikolog berbakat dengan kemampuan membaca pikiran, selalu mengira bahwa bakatnya akan melindunginya dari kebohongan dan manipulasi. Namun, semuanya berubah ketika dia bertemu Leo, seorang pria misterius yang pikirannya bisa dia baca, tetapi perasaannya tetap menjadi teka-teki. Apa yang Catherine tidak tahu, Leo adalah kakak dari mantan kekasihnya—seorang pria yang menyimpan dendam karena kematian adiknya.

Dulunya, adik Leo adalah kekasih Catherine, yang sakit hati dan bunuh diri. Leo, yang mengetahui kemampuan Catherine, bertekad untuk membalas dendam dan menghancurkan hidupnya. Dengan kecerdikannya sebagai mafia, Leo dengan sengaja memanipulasi pikiran Catherine, membuatnya terjebak dalam permainan pikiran yang semakin dalam dan penuh misteri.

Namun, rencana Leo terancam gagal saat ia mulai merasakan cinta yang tulus kepada Catherine.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bisikan Hati Sang Don Juan

Leo’s POV

Begitu banyak peristiwa yang telah terjadi antara aku dan Cathy. Dari semua peristiwa itu, pertengkaran hebat kami adalah puncak dari segalanya. Waktu itu demi Tuhan aku tidak tahu jika dia dalam keadaan hamil. Andai saja aku tahu, mungkin peristiwa naas itu bisa aku hindari.

Sejujurnya saat itu, Cathy menohok dengan tepat apa yang menjadi sumber harga diri dan kebahagiaanku seumur hidup. Sebagai anak manusia yang dilahirkan dari ayah seorang mafia jalanan hingga mempunyai kerajaan bisnis, aku dididik untuk menomor satukan keluarga. Tidak ada yang lebih utama dari keluarga.

Dalam tradisi Sicilia, anak tertua harus menjadi yang terkuat dan yang terdepan. Aku anak tertua ayahku, menjadi tumpuan dan harapan keluarga. Adikku selamanya adalah makhluk lemah yang harus aku lindungi, aku support dengan segenap jiwa dan ragaku. Urutannya adalah ayah dan ibu lalu saudara dan istri berada di urutan akhir.

Dalam Tradisi kami, tidak ada namanya istri nomor satu, tetapi Keluarga. Bagi kami Familia atau nama keluarga harus dijaga utuh dan hidup selamanya. Menjaga Familia adalah tujuan hidup nomer satu dari keluarga Sicilia , apa lagi jika kami adalah keluarga Mafia. Kami hanya bisa punya satu istri dan jika kami menikahinya di gereja, maka dia akan menjadi istri kami sampai akhir hayat. Tidak ada namanya istri kedua , ketiga dan seterusnya. Setidaknya kesetiaan pada pasangan adalah kewajiban kami. Dan kewajiban pasangan kami adalah menjaga nama baik keluarga suaminya.

Apa yang terjadi denganku dan Cathy bukanlah sebuah perkawinan normal seperti halnya tradisi Sicilia pada umumnya. Dari awal aku tidak pernah menargetkan Cathy untuk memakai marga Salvatore, aku juga tidak pernah berniat menikahinya seumur hidup, apalagi menjadikannya ibu dari anak anakku. Itulah mengapa aku tidak pernah peduli dengan ada atau tidaknya kehamilan pada diri Cathy. Pendek kata hubunganku dengan Cathy adalah murni Balas Dendam. Balas dendam Khas gaya Mafia Playboy kelas atas.

Berkali kali temanku Marks menyarankan padaku untuk mengakhiri Hidup Cathy, sebagai puncak dari balas dendam ku atas kematian Nick. Tetapi aku menolaknya. Aku lebih memilih Cathy menghabisi hidupnya sendiri karena penderitaan yang besar yang aku ciptakan atas dirinya. Sebenarnya itu hampir berhasil, waktu dia mengiris Nadinya sendiri ketika menjadi tawananku di Las Vegas. Namun entah mengapa, melihatnya bersimbah darah aku tidak tega dan ingin menyelamatkan hidupnya.

Pada waktu itu Mark mengingatkanku, bahwa tujuan ku untuk membuatnya mengalami penderitaan yang luar biasa berat sudah mendekati keberhasilan. Cathy sudah ingin mengakhiri hidupnya. Tetapi sesuatu yang lain selalu berteriak dalam batinku untuk menyelamatkan Cathy.

“Buat apa kau bawa dia ke Rumah Sakit dan menghabiskan dana besar untuk kesembuhan Cathy. Bukankah ini yang kau cari? Gadis itu sudah tidak lagi bisa menahan penderitaan dan rasa malu yang kau timbulkan. Biarkan saja dia mati,” ujar Mark waktu itu.

Aku menolak ide Mark dan berkata,” Tidak, aku ingin dia hidup untuk merasakan penderitaan yang lebih dari ini,”

“Penderitaan macam apa lagi Leo? Kau sudah berhasil memaksa dia mengakhiri hidupnya sendiri, lalu kau hidupkan dia lagi? Untuk apa? Bahkan adikmu hanya mati sekali untuk sebuah rasa sakit hati. Kau ingin Cathy mati berapa kali Leo? Janganlah kau terlalu kejam,”

“Bagi Kami keluarga Salvatore, kematian adikku yang bunuh diri itu adalah sebuah aib Mark. Mana mungkin seorang laki laki dari Familia Salvatore begitu lemah dan tidak berdaya sehingga mati hanya karena cinta? Itu pun Bunuh diri? Dimana aku harus menaruh muka martabat dan derajat keluarga kami?”

Mark menggelengkan kepala lalu berkata,” Dengar Leo, kau tidak bisa menimpakan seluruh kesalahan pada Cathy. Seolah adikmu ini adalah anak TK yang tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Adikmu pria dewasa. Dia selalu punya pilihan, apakah akan mengakhiri hidupnya hanya karena wanita atau mencari wanita lain dan menjadi petualang.”

Dalam hati sebenarnya aku membenarkan pendapat Mark. Tetapi jika itu yang terjadi, maka semua kesalahan tertumpu pada Nick dan mungkin juga aku. Lalu bagaimana dengan dua cecunguk ini? Si Cathy dan Don? Layakkah mereka melenggang kangkung melanjutkan hidupnya diatas kematian adikku? Oh No tentu tidak .

“Kau bahkan tidak memakamkan Adikmu di makam keluarga Salvatore bukan Leo? Mengapa? Karena dalam hatimu kau juga berpendapat bahwa adikmu seorang pengecut bukan? Kau merasa malu jika keluarga lain tahu bahwa laki laki dari keluarga Salvatore begitu lemah dan tidak berdaya karena seorang wanita bukan?”

Mendengar kata kata Mark, hatiku mendidih, aku berdiri dan dengan sekali hantaman tinju BUGH Mark tumbang dan mulut sialannya itu pun berdarah.

“HAHAHAH Leo, kau bisa meninju mulutku atau bahkan membunuhku sehingga aku bungkam dan tidak lagi menyuarakan kebenaran yang pahit untukmu. Tapi sampai kapanpun kau harus ingat, bahwa Cathy bukanlah satu satunya yang bersalah, itu pun jika memang dia bersalah. Tapi adikmu sendirilah yang paling bersalah dalam peristiwa ini,”

Setelah mengatakan itu, Mark pergi, dan tidak pernah kembali lagi. Mungkin dia merasa tersinggung, atau mungkin juga merasa sia sia. Entahlah. Yang jelas aku kehilangan satu teman terbaikku semenjak itu.

Namun aku selalu merenungkan kata kata Mark. Memang ada hal yang aneh dan tidak sinkron dari apa yang aku lakukan. Saat aku mengetahui Cathy mengiris nadinya sendiri hingga mengalami pendarahan hebat, tidak ada sedikitpun rasa bahagia atau puas yang muncul dalam hatiku. Justru sebaliknya, aku panik, sedih, bingung dan merasa kehilangan. Sejujurnya aku tidak ingin Cathy mati. Bukan karena aku ingin dia mengalami penderitaan yang lebih dalam, melainkan karena aku tidak mau kehilangan Cathy.

Melihatnya bersimbah darah saat itu, membuatku merasa tersentak kaget dan tidak bisa berpikir panjang, aku spontan mengangkatnya dan segera melarikannya ke Rumah Sakit. Tidak ada satu manusia pun yang tahu, tidak juga Cathy, kesedihan yang aku alami. Saat itu aku merasa duniaku hancur dan runtuh berkeping keping. Andai saja dia cacat, waktu itu, mungkin aku akan mengakui semuanya. Mungkin aku akan menghentikan balas dendam ini.

Namun melihatnya bangkit dari kematian, melihatnya baik baik saja, aku justru merasa marah. Mengapa dia tidak cacat dan baik baik saja? Mengapa tidak ada yang bisa mencegah adikku melompat dari gedung lantai 20 itu? Mengapa Justru aku menyelamatkan Cathy dan bukan adikku. Kebingungan macam itulah yang membawaku pada keinginan untuk terus menyakiti dan menyiksa Cathy. Aku menyalahkan ketidak beruntungan adikku pada Cathy.

Kembalinya Cathy dari kematian yang hampir merenggutnya, membuatku menyusun siksaan berikutnya.. Namun semua itu gagal karena pertengkaran dahsyat itu. Aku tidak pernah menduga bahwa dia akan mengetahui segalanya secepat itu. Entah siapa yang memberitahukannya dan dari mana semua dokumen itu dia peroleh. Semua dokumen yang mengungkap trik dan jebakan jahat yang sudah aku lakukan padanya.

Hari itu bahkan sepulang dia dari Rumah Sakit, aku tidak punya hasrat bertanya apa kata dokter tentang sakitnya. Bagiku jika dia sakit, maka makin banyak penderitaan yang bisa aku timpakan padanya. Aku tidak pernah berpikir bahwa dia akan hamil.

Tidak ada satupun wanita yang sudah aku tiduri, membiarkan dirinya hamil anakku, benihku, tidak ada. Mereka semua rata rata mengkonsumsi obat pencegah kehamilan, setiap kali aku selesai bercinta dengan mereka. Namun tidak dengan Cathy. Mengapa? Seingatku aku selalu menyediakan obat obatan itu untuk siapapun yang tidur denganku.

Sungguh saat itu aku tidak mengira bahwa dia hamil. Bahkan membayangkan wanita ku hamil benihku saja tidak pernah. Apa lagi Cathy yang hamil. Aku tidak pernah siap untuk memiliki anak. Aku bahkan menganggap diriku bukanlah pria yang layak memiliki anak. Kehidupan sebagai mafia bukanlah sebuah kehidupan yang layak untuk memiliki anak.

Sehingga ketika peristiwa Naas itu terjadi, aku sungguh tidak mengharapkan kabar tentang kehamilan Cathy. Pertengkaran hebat itu memang dipicu oleh rasa sakit hatiku karena perkataan Cathy. Dia mengatakan adik ku gila dan psikopat. Sebuah statement yang tidak akan pernah layak diucapkan oleh siapapun.

Ketiak Cathy terbang dan meluncur ke bawah dari ketinggian dua meter lebih, karena tinju yang aku layangkan pada wajahnya, saat itu aku sudah bersiap. This is it, wanita ini akan mati di tanganku. Semua akan berakhir di sini. Namun keajaiban terjadi, dia masih bernafas. Hanya saja dia bersimbah darah dari area pusar ke bawah. Asisten rumah tanggaku yang mengantar Cathy berobat ke Rumah Sakit lah yang menceritakan padaku bahwa Cathy Hamil 16 minggu. Aku seperti ditampar berkali kali tepat di muka ku. Darah itu pasti berasal dari janin yang keguguran. Karena itulah sekali lagi aku bawa dia ke Rumah Sakit.

Nasib nampaknya tersenyum sinis padaku. Saat aku tahu dia hamil, spontan batinku berkata, “anakku”. Namun semua sudah terlambat. Cathy mengalami perdarahan rahim yang hebat dan tidak bisa diatasi. Untuk menyelamatkan nyawanya, dokter memutuskan untuk mengangkat rahimnya. Aku menandatangani lembar persetujuan tindakan kedokteran itu dengan tangan gemetar dan mata berkaca kaca. Aku heran mengapa rasa sedih itu ada padaku.

Cathy dinyatakan Koma tak lama setelah operasi angkat rahim. Aku bahkan diminta untuk berdoa saja bagi kesembuhan Cathy. Karena harapan hidupnya sangat tipis. Aku sangat putus asa. Rasa takut kehilangan begitu kuat dalam hatiku. Aku bahkan tidak pulang selama 10 hari pertama. Hatiku hancur berkeping keping. Ingin aku putar kembali peristiwa lalu, dan memulainya dari nol lagi. Namun tentu saja itu mustahil.

Ketika dia dinyatakan sadar, sejujurnya aku takut. Takut untuk menemui Cathy, takut jika aku tidak bisa lagi menyembunyikan rasa cintaku padanya. Takut jika aku luluh dan bersimpuh memohon maaf padanya. Itulah mengapa aku diam saja. Bahkan aku pura pura sibuk saat menjemputnya pulang dari Rumah Sakit.

Melihat air matanya mengalir tanpa henti, setelah tahu dia kehilangan rahimnya, membuat diriku hancur berkeping keping. Akulah penyebabnya.Aku membunuh anakku sendiri dan menyebabkan Cathy Cacat. Aku lihat matanya kosong seperti Zombie. Aku melihat dia sudah tidak lagi bercahaya seperti dulu, aku takut melihatnya, Dia bukan Cathy yang dulu. Dia laksana mayat hidup. Tatapannya selalu kosong dan air matanya mengalir tanpa henti.

Ketika dia meminta cerai dariku, itu adalah puncak kesedihan ku. Aku melihatnya begitu membenciku. Tatapannya penuh amarah padaku. Tatapannya sangat dingin. Disitulah kau merasa ini harus diakhiri. Dia sudah cacat aku sudah merenggut masa mudanya, kebahagiaan dan hidupnya. Dia hanyalah zombie hidup.

Aku menghindarinya dua minggu untuk menjauh dari tatapan amarah kebencian dan kosong dari Cathy. Aku tidak sanggup. Bahkan setelah dinyatakan bercerai pun aku tidak mampu menatap matanya. Aku merasa tindakanku sudah keterlaluan. Saat itulah aku merasakan kebenaran kata kata Mark. Harusnya aku membunuh Cathy, sehingga penderitaan besar macam ini tidak perlu dia tanggung. Tapi semua sudah terjadi. Cathy sudah mengalami penderitaan demi penderitaan yang aku buat. Cathy sudah aku buat hancur hidup hidup. Sebuah penderitaan yang sangat kejam dan mengerikan, sudah aku ciptakan dalam hidup Cathy. Sebuah Balas Dendam yang tidak manusiawi.

*****

1
Neng Aas
aku suka cerita yg ini Thor, tolong update tiap hari ya 👍😄
Leona Night: ok siap...bbrp hari ga enak badan Neng As jadi lemot/Drool/
total 1 replies
Neng Aas
menarik, cerita nya bagus bikin emosi well ini karya ke 3 nya author yg aku baca . semangat thor
Leona Night: Terimakasih Neng As, selalu support sejak awal aku menulis/Heart/
total 1 replies
rucee
Leo kamu akan menyesall
Leona Night: Semoga tidak terlambat ya bestie/Heart/
total 1 replies
rucee
kasian cathy
rucee
lanjutt thorr penasaran gimana selanjutnya
rucee
lanjut dong Thor😭😭
Leona Night: besok pagi saya upload. Terimakasih supportnya/Heart/
total 1 replies
rucee
lanjutt thorr
rucee
sumpah novelnya baguss bgttt
Leona Night: Terimakasih /Heart/
total 1 replies
꧁LC*¹³🌸Siska Nazriel°°🕊️꧂
aku suka,, semangat y kkak..
Leona Night: Terimakasih /Heart/
total 1 replies
Khanifah Ani
menarik
Leona Night: like and vote ya bestie, terimakasih
total 1 replies
OBES20
suka
Leona Night: kasih bintang ya bestie/Heart/
total 1 replies
FANTASTIS
sesuai janji like and follow
Leona Night: Terimakasih /Heart//Good/
total 1 replies
范妮·廉姆
menarik....
semangat
Leona Night: Terimakasih sayang/Heart//Pray/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!