Nyonya Misterius itulah julukkan yang diberikan oleh Arzian Farelly kepada Yumna Alesha Farhana.
Hari yang paling mengejutkan pun tiba, Yumna tiba-tiba meminta Arzian menikah dengannya. Arzian tidak mungkin menerima permintaan wanita itu, karena wanita yang ingin Arzian nikahi hanyalah Herfiza, bukan wanita lain.
Demi melanjutkan misinya hingga selesai, Herfiza memaksa Arzian menikah dengan Yumna demi cintanya. Untuk cintanya, Arzian mampu melakukan apapun termasuk menikah dengan Yumna.
Mampukah Arzian mempertahankan Cintanya kepada Herfiza, atau ia malah terjebak pada cinta Nyonya Misterius yang tidak lain adalah Yumna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MNM -09- Keinginan Serra
Arzian terdiam sejenak, ia pun jika seorang Kakak yang mempunyai seorang adik perempuan. Sedangkan adik perempuannya itu telah diperkosa oleh para lelaki biadab. Tentu akan melakukan hal yang sama, membunuh pelaku dengan tangannya sendiri tanpa takut berakhir di penjara. Walau setelah meninggalnya pelaku pun, tetap tidak akan merubah segalanya.
Reni menghela nafak sejenak, sebelum melanjutkan ceritanya. "Dan secara hukum, Nona Meyza diakuinya anak Tuan Gustav dan Nyonya Yumna, jika sudah saatnya diperkenalkan di depan umun. Tuan Gustav tentu tidak mempermalukan nama adik dan keluarga besarnya, walau yang terjadi pada Nona Serra itu adalah sebuah musibah. Karena tidak semua orang dapat mengerti keadaannya."
"Kenapa tidak dinikahkan dengan kekasih Nona Serra atau lelaki baik yang keluarga Kavendra kenal?"
"Tuan Gustav tidak mau, walaupun Oma Sarita menyerankan hal itu. Nyonya Yumna pun sepakat dengan Tuan Gustav. Tentu sebagai kepala keluarga Tuan Gustav mempunyai tanggung jawab yang besar pada keluarganya, beliau akan melakukan apapun demi kebahagiaan keluarganya. Saat itu Nona Serra tidak memiliki kekasih, Nona Serra memang jarang dekat sama lelaki selain Kakak dan adiknya sendiri. Jika asal dinikahkan tanpa cinta, Tuan Gustav takut sang adik malah tidak bahagia setelah menikah. Untuk mendapatkan pria yang mau menikah dengan Serra tentu sangatlah mudah, apalagi diiming-imingi harta yang banyak oleh Tuan Gustav."
"Sebentar, agak aneh ya. Masa seorang adik dari pria konglomerat seperti Nona Serra bisa diperkosa, menang tidak ada penjagaan? Sekarangkan ada penjagaankan, pakai pengawal setiap anggota keluarga Kavendra ingin pergi ke mana-mana." Arzian terus mengulik tentang Seera karena menurutnya ada sedikit kejanggalan, tetapi ia pun tidak yakin.
"Awalnya Nona Serra itu pergi kamping bersama teman-teman kampusnya, tetapi saat kamping Tuan Gustav malah mendapatkan kabar bahwa Nona Serra diculik. Tuan Gustav mengerahkan seluruh anak buahnya serta meminta bantuan polisi, setelah dua hari polisilah yang menemukkan Nona Serra di sebuah gedung kosong dalam keadaan menangis sambil memeluk lututnya. Setelah sedikit lebih tenang, Nona Serra langsung menceritakan semuanya pada Nyonga Yumna walau tentu tidak mudah bagi Nona Serra sendiri."
Tangan Arzian mengepal, ia seperti ikut emosi mendengat cerita tentang Serra. Arzian mengaku, dirinya bukanlah orang baik. Tapi tetap dirinya masih punya hati walau sedikit, tidak akan merenggut kesucian seorang gadis dengan paksa.
"Arzian, loe itu gue cariin di mana-mana eh taunya di sini sama Reni. Kita di sini kerja, jangan pacaran mulu," kata Dodi yang baru saja datang menghampiri Arzian dan Reni.
"Heh asal nuduh, siapa juga yang pacaran," balas Reni tak terima.
"Jadi ini kenapa nyariin gue? Loe kangen sama gue? Perasaan tiap hari juga kita ketemu. Mohon maaf ya, gue masih normal suka sama cewek. Jadi jangan kangenin gue." Arzian berpura-pura risih didekati oleh Dodi hingga membuat ketiga pelayan itu tertawa hingga terbahak-bahak.
"Nona Serra manggil loe, disuruh ke ruang keluarga sekarang juga." Arzian menyergitkan keningnya bingung, untuk apa harus ke ruang keluarga? Sedangkan ia sadar, dirinya bukanlah bagian keluarga Kavendra. Atau dirinya akan di sidang? Padahal Arzian merasa tidak melakukan kesalahan apapun beberapa hari ini.
Arzian jadi berfikir, apa Serra telah mendengar ia dan Reni baru saja membicarakannya. Dan merasa tidak terima karena menjadi bahan pembicaraan pelayan.
"Enggak usah kebanyakkan mikir, udah sana ke ruang keluarga." Pria itu memgangguk, lalu segera pergi ke ruang keluarga. Di ruang keluarga ada semua anggota keluarga Kavendra kecuali Meyza, selain itu di sana juga ada kedua asisten pribadi Yumna yaitu Amara dan Alien yang berdiri tegak tidak jauh dari tempat duduk Yumna.
"Duduk, Arzian," titah Serra. Walau sudah disuruh duduk, Arzian tidak melakukannya, karena tidak berani. Apalagi di ruang keluarga yang banyak anggota keluarga Kavendra. Ia tentu sadar akan posisnya.
"Kenapa tetap berdiri? Kamu tidak dengar apa yang Serra perintahkan padamu?" tanya Yumna dengan wajah datarnya.
"Maaf, Nyonya. Saya tidak berani duduk. Karena saya merasa tidak pantas duduk sejajar denyan majikan saya," balasnya sopan.
"Bukan masalah sejajar atau tidak, kalau sudah diperintah selama tidak diminta melakukan kejahatan. Kamu turuti saja, sampai sini paham," tegasnya.
"Baik, Nyonya." Arzian langsung duduk dikursi kosong sebelah Serra.
"Semua sudah di sini, termasuk Arzian. Tujuanku mengumpulkan kalian semua, aku mau kasih tahu kalau aku ingin menikah." Arzian diam saja, informasi Yang Serra katakan menurutnya sangat tidak penting. Lalu untuk apa ia diminta ke ruang keluarganya.
"Bagus dong, kalau kamu mau menikah. Suruh saja calon suamimu datang ke mansion untuk melamarmu, jika pria itu memang terbaik untukmu dan Meyza. Kami pasti akan menyambutnya dengan sangat istimewa," ujar Yumna dengan senyuman bahagia. Sebagai seorang Kakak, tahu adiknya ingin menikah tentu akan bahagia.
"Benar yang Yumna katakan, suruh pria itu segera datang untuk melamar. Jangan lama-lama, karena lebih cepat lebih baik. Oma tidak sabar menyiapkan pernikahanmu, Serra sayang," tambah Sarita.
"Oma, Kak Yumna. Pria yang aku maksud sudah ada di sini kok." Sarita dan Yumna saling pandang, sedangkan Arveeta dan Darren seperti tidak terlalu perduli dengan keinginan Serra ataupun pria yang menjadi calon suami Serra.
"Siapa? Pria yang ada di sini bukan keluarga hanya ada Alieen dan Arzian, apakah calon suamimu salah satu dati mereka?" tanya Sarita penasaran.
"Oma, benar. Pria itu adalah Arzian, Oma. Aku jatuh cinta pada Arzian pada pandangan pertama sejak Arzian telah menyelamatkan Meyza yang mau diculik. Meyza juga lumayan dekat beberapa hari ini dengan Arzian, aku yakin Arzian cocok jadi Papanya Meyza," jelasnya.
Arzian yang namanya disebut langsung melolot, bahkan matanya seperti ingin keluar. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa majikannya akan jatuh cinta padanya, bahkan ingin menikah dengannya. Namun, mengapa harus diberitahukan tentang hal itu di depan keluarga. Bukan dibicarakan berdua dahulu dengannya. Sekarang malah membuat posisinya jadi serba salah
Arzian jujur, ia dekat dan sayang dengan Meyza. Bukan berarti ia harus menjadi Papanya Meyza, menikahi Serra sama sekali bukan impiannya. Bahkan tertarik pada Serra pun tidak, bagaimana mau menikah. Sungguh, ini pernikahan bukanlah mainan. Arzian jelas tidak mau terjebak dalam pernikahan paksa dengan Serra, karena wanita yang ingin dinikahinya adalah Herfiza bukan wanita lain.
Seluruh keluarga juga kaget mendengar ucapan Serra, wajah bahagia di wajah Yumna dan Sarita kini lenyap berganti wajah terkejutnya.
"Apaan sih, Kak. Kakak yang benar aja dong, masa mau menikah sama pelayan. Aku ogah ya punya Kakak ipar pelayan, kaya enggak ada stock pria lain aja dimuka bumi ini. Sadar Kak, Kakak itu cantik. Putri keluarga Kavendra, pria kaya nan tampan pasti banyak kok yang mau menikah sama Kakak. Jadi enggak usahlah nikah sama pelayan kampungan gitu. Ganteng sih, tapi pelayan miskin lagi buat apa," hina Arveeta pada Serra sekaligus Arzian
Amarah dikepala Arzian sepertinya ingin meledak sekarang juga, sungguh ia sama sekali tidak suka dengan hinaan yang telah dilontarkan oleh Arveeta padanya. Memang kenapa dengen pelayan? Toh pelayan juga manusia, sama sepertinya. Walau Arzian sendiri tidak pernah bermimpi untuk bisa menikah dengan Serra.
"Cukup! Kamu jangan keterlaluan hina orang kayak gitu, Arveeta. Enggak ada yang salah dengan pelayan, apalagi pelayan itu sangat baik. Tidak masalah jika aku mencintainya," bela Serra.
"Haduh Kak, kenapa sih pake marah. Padahal yang aku bikang itu bener loh. Mumpung perasannya masih baru, mending Kak Serra hapus saja deh. Jangan pernah berfikir lagi untuk menikah dengan pelayan."
"Aku juga setuju sama Kak Arveeta, ngapain pake nikah sama pelayan. Kalau nggak bisa cari cowok biar aku aja yang cariin deh cowoknya. Aku pastiin akan kenalin Kak Serra sana cowok yang jauh lebih baik dari pelayan itu." Darren yang sejak tadi diam akhirnya ikut bicara juga.
Arzian diam bukan berarti ia setuju untuk menikahi Serra, tetapi ia tidak ingin menyela pembicaraan Kakak-beradik itu. Biar bagaimana pun, mereka tetap adalah majikannya.
Mereka bukan hanya berdebat, bahkan mereka juga saling dorong dan pukul. Sepertinya memang akan terjadi pertengkaran saudara yang cukup serius. Melihat cucunya bertengkar, Sarita memijat pelipisnya yang pusing.
"Diam! Kalian bisa diam dulu semua? Kenapa semua malah bertengar sih? Bukannya lebih enak berbicara baik-baik." Teriakkan Sarita sontak membuat ketiga cucunya diam seketika.
Serra menghampiri Omanya dan bergelayut manja di lengan sang Oma. "Oma setuju kan Serra menikah sama Arzian. Arzian pria baik, Oma." Perempuan itu sengaja melakukan itu untuk merayu Omanya.
"Kamu nggak bisa menikah dengan Arzian, Kakak enggak setuju," kata Yumna tiba-tiba.