Di tengah kota yang selalu bising, ada sebuah arena rahasia tempat para petarung dari berbagai latar belakang berkumpul untuk menguji kemampuan mereka dalam pertarungan tanpa aturan. Riko, seorang pemuda biasa dengan masa lalu yang penuh dengan kesulitan, tiba-tiba terjun ke dunia yang keras ini setelah menerima tantangan yang tak bisa ditolak. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, Riko siap menghadapi musuh-musuh terberatnya, termasuk Kuro, legenda petarung yang namanya sudah terkenal di seluruh arena.
Namun, hidupnya tak semudah itu. Selain fisik yang harus terus dilatih, Riko harus belajar bagaimana mengendalikan emosinya, memahami strategi pertarungan, dan yang terpenting—mengenal dirinya sendiri. Dalam dunia yang keras ini, setiap kekalahan bisa menjadi pukulan besar, tapi setiap kemenangan juga membawa tantangan yang lebih berat.
Dengan dukungan sahabat sejati, Tatsu, dan berbagai teman baru yang ditemuinya di sepanjang jalan, Riko berusaha untuk bertahan hidup, mengatasi rasa t
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dunia Antara dan Rahasia yang Tersembunyi
Mereka bertiga berdiri di tengah padang luas dengan tanah berwarna keperakan yang memantulkan cahaya dari langit ungu. Angin berhembus lembut, membawa aroma asing yang sulit dijelaskan—seperti campuran antara bunga liar dan logam panas.
“Jadi, ini dunia lain?” Riko menggosok matanya, seolah tidak percaya. “Kok nggak kayak di film-film? Mana monster, mana jebakan?”
Tatsu menyeringai. “Sabar, bro. Dunia lain tuh pasti punya kejutannya sendiri. Dan lo tahu gue, gue suka kejutan.”
Ryo, yang sejak tadi memegang peta dari surat misterius itu, mencoba mencocokkan arah. “Menurut peta ini, kita harus menuju ke bangunan melayang di sana.” Dia menunjuk ke arah sebuah kastil besar yang tampak menggantung di udara, dihubungkan oleh jembatan-jembatan transparan yang berkelok-kelok.
“Gue nggak suka tinggi,” Riko bergumam. “Jembatan kaca itu bakal bikin gue pingsan.”
Tatsu menepuk bahunya. “Tenang, gue pegang lo kalau jatuh. Kalau gue nggak sempat, ya… doa aja.”
Riko menatap Tatsu dengan pandangan penuh kecurigaan. “Lo serius?”
“Gue selalu serius… kecuali kalau lagi nggak,” balas Tatsu sambil tertawa kecil.
Menuju Kastil Melayang
Perjalanan menuju kastil melayang tidak semudah yang mereka kira. Setiap langkah di atas jembatan transparan terasa seperti berjalan di atas awan. Tatsu melangkah dengan santai, bahkan sesekali melompat-lompat kecil, membuat jembatan bergetar.
“WOI, TAS! JANGAN LOMPAT-LOMPAT!” Riko berteriak panik sambil memegang pegangan jembatan yang… tidak ada. Dia hanya bisa berpegangan pada udara kosong.
“Nyantai aja, Riko. Ini solid, kok,” Tatsu menepuk-nepuk kakinya di jembatan seolah membuktikan bahwa itu kuat.
Ryo berjalan dengan tenang, fokus pada tujuan. “Kita harus cepat. Gue rasa waktu kita di sini terbatas.”
“Kenapa lo selalu ngomong kayak ada countdown, Ryo?” tanya Tatsu dengan nada menggoda. “Lo pikir ini video game?”
Ryo tidak menjawab, hanya memberikan tatapan serius yang membuat Tatsu akhirnya berhenti bercanda.
Pertemuan dengan Penjaga Gerbang
Setelah beberapa menit berjalan, mereka tiba di gerbang besar yang tampaknya menjadi pintu masuk utama kastil. Di depan gerbang, berdiri seorang pria tinggi dengan armor hitam berkilau dan topeng emas yang menutupi wajahnya.
“Siapa yang berani menginjakkan kaki di dunia ini tanpa izin?” suara pria itu bergema, terdengar seperti datang dari segala arah sekaligus.
Tatsu melangkah maju dengan santai. “Gue, Tatsu. Dan dua temen gue ini. Kita lagi cari penduduk desa yang katanya dikurung di sini. Lo bisa bantu atau nggak?”
Pria itu tidak terkesan. “Hanya yang layak yang bisa masuk.”
“Tentu,” Tatsu mengangguk. “Jadi, ujian apa nih? Quiz? Lomba makan? Atau lo mau tanding catur?”
Riko menahan tawa, sementara Ryo menghela napas panjang. “Tas, fokus.”
Penjaga itu mengangkat pedang besar yang tampak terbuat dari cahaya murni. “Kalian harus melewati ujian keberanian.”
Tiba-tiba, lantai di bawah mereka berubah menjadi arena kosong yang dikelilingi oleh api biru. Di tengah arena, muncul tiga sosok bayangan yang menyerupai… mereka sendiri.
Riko mengerutkan kening. “Tunggu, ini kembar jahat kita?”
Tatsu menatap sosok bayangan dirinya yang tersenyum licik. “Oke, gue rasa ini bakal seru.”
Pertarungan Melawan Bayangan
Pertarungan dimulai dengan cepat. Bayangan Riko menyerang lebih dulu, meniru gerakan Riko dengan presisi yang menakutkan. Mereka bertarung dengan intens, saling menukar pukulan dan tendangan.
“Bro, ini kayak ngelawan diri sendiri pas lagi males bangun pagi,” Riko mengeluh sambil menghindari serangan.
Tatsu, di sisi lain, tampak menikmati pertarungannya. Dia terus menghindar sambil melempar komentar sarkastis ke bayangannya sendiri. “Lo kira lo bisa ngalahin gue dengan jurus-jurus gue sendiri? Please, gue lebih kreatif dari itu.”
Bayangan Tatsu hanya tersenyum dan melancarkan serangan kombinasi yang membuat Tatsu terpaksa mengakui bahwa dirinya cukup tangguh.
“Eh, lo hebat juga, ya,” Tatsu mengangguk kagum. “Tapi gue punya senjata rahasia.”
Tatsu mengeluarkan koin emas lagi dan melemparkannya ke udara. Sambil melompat, dia menangkap koin itu dan mengarahkannya ke bayangan. Koin itu bersinar terang, membuat bayangan itu lenyap dalam sekejap.
“Lihat? Keberuntungan selalu di pihak gue,” Tatsu menyeringai puas.
Sementara itu, Ryo sudah berhasil mengalahkan bayangannya dengan serangan-serangan cepat yang presisi. Riko, dengan dorongan semangat dari Tatsu, akhirnya berhasil mengalahkan bayangannya juga.
Misi Lanjut
Penjaga gerbang menurunkan pedangnya dan mengangguk. “Kalian layak. Silakan masuk.”
Gerbang besar terbuka perlahan, memperlihatkan interior kastil yang penuh dengan cahaya dan bayangan yang bergerak sendiri.
Tatsu melangkah masuk pertama, lalu menoleh ke belakang dengan senyum lebar. “Ayo, petualangan kita baru mulai.”
Riko menggelengkan kepala sambil tersenyum. “Tas, gue nggak ngerti gimana lo bisa santai di situasi kayak gini.”
Tatsu mengedipkan mata. “Itu rahasia gue, bro.”
Bersambung di Bab 31.