Hanin, gadis yatim piatu tak berpendidikan tiba-tiba di jodohkan dengan seorang Pria mapan. Awal nya semua mengira calon Hanin adalah Pria miskin. Namun siapa sangka, mereka adalah orang kaya.
Hanin begitu di sayang oleh mertua dan juga ipar nya.
Tidak ada siapa pun yang boleh menyakiti Hanin. Tanpa mereka sadari, Hanin menyimpan rahasia di masa lalu nya.
Yang penasaran, cus langsung meluncur. Baca nya jangan di loncat ya. Nanti Author ya nggak semangat nulis.
Selamat membaca, ☺️☺️☺️☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Sore itu, Hanin dan Bu Ambar berjalan-jalan ke kota kecil yang tidak jauh dari rumah mereka. Bu Ambar ingin membeli semua keperluan Hanin, sambil membawa nya melihat-lihat dunia luar.
Hanin bahkan tidak bisa mengedipkan mata nya saat di ajak berjalan-jalan. Kali itu, mereka tidak menghidupkan Ac. Supaya Hanin tidak mabuk lagi.
"Hanin senang?"
"Senang sekali. Terima kasih, Bu Ambar."
"Apa ini pertama kali nya, Hanin jalan-jalan?"
"Iya. Mana bisa Hanin jalan-jalan. Nanti, kerjaan di rumah menumpuk."
"Kalau Hanin kerja, trus sepupu nya Hanin, ngapain? Dia nggak bantuin?"
"Bu Ambar, Cantika itu nggak boleh mengerjakan pekerjaan rumah. Tugas Cantika hanya belajar yang rajin dan dapat pekerjaan di kota. Supaya, jodoh nya juga orang kota yang kaya raya."
"Oh gitu."
"Hmm,, Bu Ambar, boleh Hanin bertanya?"
"Boleh. Hanin mau nanya apa?"
"Memang nya, Om Rahmat punya hutang apa sama Bu Ambar, sampai-sampai Om Rahmat mau menjodohkan Cantika."
"Om kamu saat itu sedang di pukuli oleh rentenir. Hutang Tante kamu sudah sangat banyak. Usaha mereka pun jatuh bangun. Ibu ada di sana dan menolong nya saat itu."
"Bu Ambar melunasi hutang Tante? Kok aneh ya. Harta Tante banyak. Tapi, kok hutang nya juga banyak." Ucap Hanin sambil berpikir.
"Ibu juga nggak tahu. Waktu itu, Ibu lunasi semua hutang nya. Dengan syarat, ia mencarikan wanita muda untuk dijadikan istri untuk anak nya Ibu."
"Oh, maka dari itu Bu Ambar langsung datang ingin melihat Cantika?"
"Benar. Ibu cuma penasaran sama anak nya. Dan ternyata, malah dapat anak yang lain untuk dijadikan mantu."
Hanin hanya tersenyum kikuk saat Bu Ambar berkata seperti itu. Ia juga tidak tahu lagi harus berkata apa.
Tidak lama kemudian, mobil yang mereka naiki, tiba di sebuah pusat perbelanjaan. Walaupun tidak terlalu besar, namun barang-barang yang ada di sana, lumayan lengkap.
"Bu Ambar, ini tempat apa?"
"Hmm,, tempat belanja."
"Bukan nya belanja di pasar?"
"Di pasar belanja sayur. Bukan baju."
"Di pasar juga ada baju. Kata Tante, lebih murah."
"Biar kan Tante kamu membeli baju yang murah. Kalau kamu, harus beli yang mahal mulai sekarang."
"Tapi, nanti uang Bu Ambar habis. Trus, banyak hutang. Kasihan Bang Abian."
"Loh.. Loh.. Kok kasihan sama Abian?"
"Kan Bang Abi calon suami Hanin. Nanti, Bang Abi bisa pusing mikirin keluarga kami kalau tidak punya uang. Gitu yang Hanin dengar saat Om dan Tante bertengkar. Hanin nggak mau nanti seperti itu. Setan tertawa."
"Hanin, dengarkan Ibu. Uang Ibu sangat banyak. Tempat ini pun, bisa Ibu beli dan uang ibu tidak juga berkurang. Apa Hanin mengerti?"
"Mengerti."
"Mulai sekarang, apapun yang Ibu katakan, Hanin harus nurut. Ibu adalah Ibu Hanin. Hanin tidak boleh jadi anak durhaka. Paham?"
"Paham Ibu. Maafkan Hanin."
"Ayo kita masuk."
"Sandal nya gimana?"
"Pakai saja."
Mereka berdua pun singgah di toko pakaian muslimah. Bu Ambar memborong banyak untuk Hanin. Semua perlengkapan Hanin, dari ujung kepala sampai ujung rambut, di belikan oleh Bu Ambar.
"Bu, ini sudah sangat banyak."
"Oh iya. Ibu lupa. Untuk hari ini, kita udahan ya Hanin. Besok kita ke sini lagi."
"Terserah Ibu aja. Hanin nurut."
"Nah, gitu dong. Ini baru nama nya menantu kesayangan mertua."
Saat mereka akan menuju parkiran, tiba-tiba Bu Ambar bertemu dengan wanita yang sangat ia kenal.
"Tante Ambar. Apa kabar?"
"Alhamdulillah baik. Maaf ya, Saya buru-buru. Ayo Hanin." Ucap Bu Ambar sambil menarik tangan Hanin.
Barang-barang yang mereka bawa tadi, sudah di masukkan duluan oleh Pak Supir.
"Siapa wanita ini, Tante?" Tanya Wanita itu sambil menarik jilbab nya Hanin.
"Aduh, kok tarik-tarik sih. Kan nanti jilbab nya Hanin bisa lepas."
"Aku mantan nya Abian. Siapa kamu?"
"Hanin, ayo jalan. Jangan dengarkan dia."
Lagi-lagi wanita itu tidak mau mengalah. Ia benar-benar menarik tangan Hanin dan memegang nya erat.
"Grace, yang sopan kamu! Jangan main kasar seperti itu."
"Jawab dulu pertanyaan ku. Siapa wanita ini? Setahu ku, Tante tidak pernah punya pembantu."
"Maaf ya Kakak yang wajah nya seperti ondel-ondel, saya Hanin. Kata Bu Ambar, saya calon istri nya Bang Abian. Udah ya, kami mau pulang dulu. Hanin capek habis belanja banyak. Coba Baju-baju dan semua nya lagi. Huft."
"Kamu pamer?"
"Grace! Sudah. Tidak ada lagi yang perlu di tanyakan dan di bicarakan. Kamu dan Abi sudah lama berlalu. Kami mau pulang. Sebentar lagi magrib."
Wanita yang bernama Grace itu, benar-benar tidak bisa membiarkan semua nya seperti ini.
"Semua gara-gara Tante. Gara-gara Tante Abi mutusin aku. Tante, kami bahkan sudah tidur bersama. Apa Tante tega, membiarkan Abi meninggalkan aku, setelah ia tidur dengan ku?"
"Kakak ondel-ondel, kami mau pulang dulu. Kakak cari lah laki-laki lain saja, untuk jadi teman tidur kakak. Bang Abi, tidak bisa lagi. Biar Hanin yang nanti temani. Kakak paham kan?" Ucap Hanin dengan polos nya.
"Berani sekali kamu! Apa sih hebat nya wanita ini. Sudah kampungan. Pakaian nya norak. Wajah nya nya pun aura magrib."
"Astagfirullah,, Ibu. Benar kata kakak ini. Sebentar lagi magrib. Kita shalat dulu di Mesjid terdekat. Ayo Bu. Jangan sampai setan membuat kita terlena."
Hanin langsung pergi begitu saja dengan bu Ambar. Grace merasa aneh dengan semua nya. Wanita yang akan di jodohkan dengan Abi, bahkan tidak ada kelebihan nya.
Tapi mengapa, wanita itu bahkan tidak terintimidasi sama sekali dengan Grace yang cantik bak supermodel. Rambut panjang, hidung mancung. Ia sudah seperti barbie berjalan.
Sedangkan Hanin, dengan wajah biasa saja. Tanpa Make Up. Pakaian pun sudah pudar warna nya. Sandal yang ia pakai pun milik Andin.
Sungguh Grace bisa di permalukan dengan wanita seperti Hanin.
Bu Ambar dan juga Hanin benar-benar pergi ke Mesjid terdekat. Bu Ambar sangat senang sekali saat melihat Hanin. Hati nya sejuk.
Ia masih ingat dengan apa yang di katakan oleh Hanin pada Grace. Grace yang tak terkalahkan itu, bahkan bisa di buat mati kutu oleh Hanin yang super polos dan murni.
Grace bahkan tidak mampu berkata-kata lagi. Ia terdiam di sana cukup lama. Hingga ia sadar. Ia sendirian di tempat itu.
"Halo, Abi. Tolong aku."
"Grace, kamu kenapa?"
"Tolong aku, Abi. Calon istri mu sangat bar-bar. Ia bahkan melukai ku. Aghh,, Abi..."
Panggilan di akhiri. Grace langsung mencakar tubuh nya sendiri. Ia juga membuat diri nya acak-acakan.
Tidak perlu mengatakan ia dimana sekarang, Abi sebentar lagi pasti akan menemukan nya.
1
2
3
"Grace, kamu tidak apa-apa?"