NovelToon NovelToon
Dear, My First Love

Dear, My First Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia
Popularitas:79k
Nilai: 5
Nama Author: Novi Zoviza

Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)

Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.

Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.

Bagaimana kisah mereka, yuk simak!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7.Membuktikan

"Revan, bagaimana keadaan Amora?," tanya Kakek Armand tiba-tiba saja datang.

"Amo-ra kritis Kek," jawab Revan tergagap karena tidak nyaman dengan tatapan tajam Maxime yang seakan mengulitinya.

"Kalian kompak menyembunyikan siapa Amora dariku?. Bukankah kalian tahu jika aku benci yang namanya kebohongan?," ucap Maxime dengan raut wajah datarnya.

"Max... kami tidak pernah menyembunyikan apapun darimu," jawab Kakek Armand.

"Tapi jika terbukti kalian membohongiku, maka jangan pernah menyesalinya. Aku tidak pernah bermain-main dengan ucapanku," ucap Maxime pergi meninggalkan Armand dan Revan yang tampak menegang.

"Bagaimana ini Kek?. Bagaimana jika Maxime tahu semuanya?," tanya Revan setelah Maxime pergi, ia yang tampak ketakutan dengan ancaman Maxime karena selama ini Maxime memang tidak akan pernah main-main dengan ucapannya jika ia dibohongi.

"Dia tidak akan pernah tahu jika kau tetap menutup mulut," jawab Kakek Armand.

"Apa tujuan Kakek merahasiakan semua ini dari Maxime?," tanya Revan yang cukup penasaran kenapa Kakek Armand merahasiakan siapa Amora dari Maxime.

"Jika Maxime tahu siapa Amora sebenarnya, dia pasti akan melarang Amora bergabung dengan kita sementara kita membutuhkan Amora untuk melumpuhkan kekuasaan Lucas," jawab Kakek Armand.

"Kek, aku rasa cepat atau lambat Maxime pasti akan tahu siapa Amora," ucap Revan.

Kakek Armand hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan Revan. Apa yang dikatakan Revan benar adanya jika cepat atau lambat Maxime akan tahu siapa Amora. Tapi ia akan berusaha untuk menyembunyikannya sebelum semuanya selesai.

Sementara itu Maxime yang berdiri tidak jauh dari keduanya mengepalkan kedua tangannya. Ia tidak benar benar pergi tapi bersembunyi untuk mendengarkan semua percakapan Kakek Armand dan Revan. Karena jika ia terus bertanya keduanya tidak akan pernah mengaku.

Dan ternyata dua orang yang ia percaya membohonginya tentang siapa Amora sebenarnya. Keduanya ternyata yang menutup akses agar ia tidak bisa meretas data pribadi Amora.

"Jangan-jangan Amora adalah A-melia?. Ya Tuhan kenapa aku tidak menyadarinya. Mana ada orang yang betul-betul mirip meski mereka kembar sekalipun," batin Maxime mengusap wajahnya dengan kasar. Jantungnya berdegup kencang saat ini dan segara pergi dari sana. Ia akan membuktikan sesuatu jika Amora adalah Amelia. Ia tidak menyangka jika Kakeknya memanfaatkan Amora untuk meruntuhkan kekuasaan musuh mereka.

***

Maxime menatap pintu ruang ICU yang tertutup dan didalam sana ada sosok orang yang selama ini ia cinta. Dan semoga saja kecurigaannya itu benar, pantas saja Amora tidak mengenalnya ternyata dia kehilangan ingatannya. Jantungnya berdegup sangat kencang saat ini. Dan ia berusaha untuk tidak terlihat gugup.

"Max... bagaimana keadaan Amora?," tanya Damian. Pria itu baru saja datang karena harus menyelesaikan sisa kekacauan tadi di markas.

"Kritis...," jawan Maxime dengan tatapan lurus pada pintu ruang ICU. Kakinya berat untuk melanjutkan langkahnya, gara-gara dirinya semuanya seperti ini. Seharusnya saat itu ia tidak pergi begitu saja dan tidak memblokir nomor kontak Amelia. Menyesal juga percuma sekarang, semuanya sudah terjadi dan tidak ada gunanya lagi menyesalinya. Yang ia pikirkan saat ini adalah bagaimana ia bersikap pada Amora setelah ini jika terbukti gadis itu adalah Amelia sementara gadis itu mengalami hilang ingatan.

"Max...ada apa? sepertinya ada yang sedang kau pikirkan?," tanya Damian melihat Maxime tampak melamun memikirkan sesuatu.

Maxime menggeleng pelan. Ia belum berniat mengatakan apapun pada Damian sebelum kecurigaannya benar. Ia harus memastikan terlebih dahulu jika Amora adalah Amelia. Dan setelah itu ia akan membawa pergi Amora dari sini agar tidak lagi dimanfaatkan oleh Kakeknya.

"Dimana Kakek dan Revan, Max?," tanya Damian tidak melihat kedua orang itu sejak tadi padahal tadi mereka pergi bersama kesini.

"Aku tidak tahu," jawab Maxime menggeleng pelan karena ia memang tidak tahu kemana perginya Kakek Armand dan Revan saat ini.

Damian mengangguk pelan dan memindai lorong rumah sakit. Pria itu mengerutkan keningnya saat melihat beberapa pria yang merupakan orang-orang mereka."Kenapa mereka disini? bukankah disini sudah ada Max?," batin Damian.

"Dam...aku mau lihat keadaan Amora dulu," ucap Maxime berusaha untuk memberanikan diri untuk masuk kedalam ruangan ICU dimana saat ini Amora saat ini terbaring tidak sadarkan diri.

"Ya...aku yang berjaga disini," jawab Damian.

Maxime membuka pintu kamar ruang ICU dan pria itu menatap pemandangan yang membuat hatinya terasa tertusuk ribuan duri melihat Amora yang terbaring diatas ranjang rumah sakit dengan berbagai alat menopang kehidupannya.

Dengan langkah pelan Maxime menghampiri ranjang Amora. Gadis itu terlihat begitu pucat mungkin karena kehilangan banyak darah. Dengan tangan bergetar Maxime menyibak rambut Amora untuk membuktikan kecurigaannya.

Deg

"Tanda ini?," gumam Maxime menatap tidak percaya sesuatu yang ia dapati. Amelia memiliki tahi lalat di bawah anak rambutnya dan Amora juga memilikinya dan ditempat yang sama.

Maxime menatap nanar pada Amora yang sedang berjuang melewati masa kritisnya. Amora adalah Amelia, ia sangat yakin sekali. Tidak akan ada orang yang berbeda tapi memiliki kesamaan hampir 99,9% seperti ini. Hanya saja Amora memiliki warna rambut yang berbeda dengan Amelia.

Maxime menyentuh jemari tangan Amora yang dipasangi infus. Pria itu mengenggam tangan Amora dengan begitu lembut memastikan sentuhan ini menggetarkan hatinya. Jantungnya kembali berdegup kencang, ia menatap tangannya yang menggenggam telapak tangan Amora yang terasa sedikit dingin.

"Amora, apakah kamu adalah Ameliaku?," batin Maxime.

"Bangunlah!, jika kamu memang Amelia," ucap Maxime terdengar lirih.

Maxime mengusap wajahnya dengan kasar menggunakan tangan kanannya sementara tangan kirinya masih menggenggam tangan Amora. Dadanya bergemuruh hebat saat ini, bagaimana cara menjelaskan pada Amora setelah ini tentang hubungan mereka dimasa lalu yang belum selesai sementara Amora tidak mengingat apapun tentangnya.

"Maaf Tuan, waktu kunjungnya sudah habis," ucap perawat yang baru saja masuk.

Maxime menoleh pada perawat itu lalu melepaskan genggaman tangannya pada tangan Amora dan tanpa Maxime sadari Amora menggerakkan jemari tangannya.

"Baik Sus," jawab Maxime lalu segara pergi dari ruangan itu tanpa menoleh pada Amora yang sudah menggerakkan kelopak matanya.

Sepeninggal Maxime, Amora membuka kedua matanya perlahan. Gadis itu tampak menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retinanya lalu memindai sekeliling ruangan itu hanya ada suster yang sedang memeriksa infusnya. Sepertinya suster itu tidak menyadari jika ia sudah melewati masa kritisnya.

"Sus...," ujar Amora dengan suara serak.

"Nona...anda sudah sadar?. Tunggu sebentar, saya akan panggilkan Dokter," ucap suster itu segara keluar dari ruang ICU untuk memanggilkan Dokter.

Sementara Amora tampak mencari sesuatu, ia merasa ada seseorang diruangan ini sebelumnya berbicara padanya dan menggenggam tangannya. Tidak mungkin bukan jika suster itu yang menggenggam tangannya.

Amora menoleh pada pintu masuk berharap jika seseorang muncul dibalik sana. Ia juga tidak mengerti siapa yang ia harapkan datang menemuinya.

Genggaman tangan orang itu masih terasa ditangannya dan rasanya genggaman tangan itu tidak asing baginya. Tapi siapa?, disini tidak ada satu orang pun selain perawat saat ia membuka kedua matanya.

...----------------...

1
Maya Lara Faderik
padan muka Laura tak sedar tua bangka ,..rasain itu syukurlah Lemos sudah tahu ,..apakah keputusan Lukas nanti ,..
..ingin menyakiti Amelia tapi terkena diri sendiri,Terjebak dengan ulahnya..sebab itu jangan iri dan dengki kan dah kena getah nya...
Lusi Hariyani
usir laura dr negara ini....he...he...
Ana
next kak
Ana
ckckck
Ana
serapat-rapatnya bangkai ditutupi maka akan tercium juga bau nya
Ana
granpa lemos sangat pintar, pasti tau
Ana
jahat banget😤
Ana
ckckck
Maya Lara Faderik
Rasailah Laura ,terlalu egois dan dendam tak beralamat,baguslah grandpa tahu ,kau mengakhiri hidupmu sendiri Laura ...Adakah patut ingin meracuni suami sendiri ,sudah ku bilang Laura sama kembarnya si Maureen itu sama jahat cuma bezanya si Maureen ni gila harta dan si Laura obses kerana cinta masa lalu.. penyesalan yang terlambat buatmu Laura jangan bagi ampun lemos untuk apa menahan wanita tua tak tahu diri ceraikan saja apalagi niatnya ingin membunuh MU untuk ambisi ,bodoh sekali kelakuan Laura ...
Apa pandangan MU Lukas cintakah,pada wanita tua lampir itu orang yang ingin mencelakai Cucumu juga ..
Max kau jangan mengiba pulak ,bukankah sudah kau mengancamnya namun apa dia peduli malah ingin meracuni grandpa MU sendiri ,
Bastian lelaki yang tidak pernah tegas kepada kedua wanita kembar lampir memiliki seorang ibu yg ingin meracuni suaminya sendiri... mereka tidak tahu berlatar belakang siapa Grandpa Lemos ....
"Musuh DaLaM SeLiMut"....
Dwi ratna
ternyata emng satu sumber mknan diperut emaknye, mauren sm Laura y sma² jahatny
Dwi ratna
ternyata emng satu sumber mknan diperut emaknye, mauren sm Laura y sma² jahatny
Lusi Hariyani
wah....laura cr mslh d indonesia bs deportasi km trs d lrng msk lg
Wiwin Zahira
mulai menegang kembali permasalahannya.....ternyata sifat Laura tidak jauh beda dengan kembaran nya hadehhh
Nana Meidian
alhamdulilah dulilah rencana nya gagal syukurin kamu Laura emang enak 👍
Ana
itu benar max
Maya Lara Faderik
seandainya Lukas tahu dan lemos apa akan terjadi ya ..ku berharap semoga lemos tidak salah faham dengan dendam Laura ..
Max jangan bertele tele lagi seharusnya berbincang dengan lemos dan Lukas mengenai Laura sebelum melangkah jauh ,..
Lestari Wati
thor up lg dong ceritanya udah g sbr pingin tau kelanjutan endingnya/Pray/
Izza Mahirotul Maulidya
Aku slalu Mengikuti karyaMu thor.. the best semua..
Novi Zoviza: terimakasih Izza mahirotul Maulidya atas dukungannya selama ini 🙏🙏🙏
total 1 replies
Ana
itu memang benar max
Ana
syafakillah kak, semoga cepat sembuh sehat kembali, thanks up nya 🙏 masih nyempetin buat up
Ana: sama-sama Kak
Novi Zoviza: terimakasih atas doanya kak Ana🙏🙏
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!