Lyra terpaksa cuti dari pekerjaannya untuk menjenguk neneknya yang sakit di kota N, hanya untuk menemukan bahwa neneknya baik-baik saja. Alih-alih beristirahat, Lyra malah terlibat dalam cerita konyol neneknya yang justru lebih mengenalkan Lyra pada Nenek Luna, teman sesama pasien di rumah sakit. Karena kebaikan hati Lyra merawat nenek-nenek itu, Nenek Luna pun merasa terharu dan menjodohkannya dengan cucunya, seorang pria tampan namun dingin. Setelah nenek-nenek itu sembuh, mereka membawa Lyra bertemu dengan cucu Nenek Luna, yang ternyata adalah pria yang akan menjadi suaminya, meski hanya dalam pernikahan kontrak. Apa yang dimulai sebagai perjanjian semata, akhirnya menjadi permainan penuh teka-teki yang mengungkap rahasia masa lalu dan perasaan tersembunyi di antara keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chu-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18
“Tadinya aku ingin menghabiskan waktu di hari minggu ini dengan membaca novel, ah gagal lagi untuk membaca novel itu.”Gumam Lyra, kemudian menghela napas lagi.
Mobil akhirnya berhenti, didepan gedung mewah yang disebut mansion oleh Jun. Mansion ini terletak di puncak sebuah gunung hijau yang membentang megah, mansion pribadi Nyonya Luna Luxia Lancester adalah perwujudan kemewahan, keanggunan, dan cinta abadi. Bangunan ini adalah hadiah ulang tahun dari mendiang suaminya, Raden Prabuwira Wardhana, yang ingin memberi tempat perlindungan yang tenang bagi istrinya, sekaligus menjadi simbol penghormatan terhadap kebesaran mereka berdua.
Mansion ini bergaya klasik Eropa dengan sentuhan modern. Dinding-dindingnya dibangun dari batu marmer putih Italia yang bersinar lembut saat cahaya matahari menyentuhnya. Pilar-pilar tinggi yang megah menopang beranda depan, dihiasi ukiran rumit bergaya Baroque, menggambarkan motif bunga dan lambang keluarga Wardhana.
Pintu utama mansion terbuat dari kayu mahoni tua yang diukir tangan, dilengkapi gagang pintu berlapis emas. Di atas pintu, terdapat jendela kaca patri dengan pola mawar merah, simbol cinta dan dedikasi dari Raden Prabuwira kepada Luna Luxia.
Mansion ini dikelilingi oleh taman mawar yang ditata dengan sempurna. Berbagai jenis mawar dari seluruh dunia tumbuh subur di sini, menciptakan lanskap penuh warna yang wangi. Sebuah air mancur besar berdiri di tengah taman, diukir menyerupai pasangan angsa yang melambangkan cinta abadi.
Dari beranda belakang mansion, pemandangan luar biasa terbentang: Ke arah timur, matahari terbit terlihat jelas di balik deretan pegunungan berkabut. Cahaya jingga pagi menciptakan siluet pohon-pohon pinus di kejauhan. Ke arah barat, terdapat pemandangan lembah subur dengan danau kecil yang airnya memantulkan warna langit. Saat senja, lembah ini bersinar dengan warna keemasan. Ke arah utara, hamparan hutan pinus yang hijau dan rimbun menyajikan kesan damai dan misterius. Ke arah selatan, perkotaan terlihat kecil dari kejauhan, seperti permata-permata kecil yang berkilauan di malam hari.
Mansion ini dilengkapi dengan fasilitas modern seperti: Kolam Renang Infinity terletak di sisi barat mansion, menghadap langsung ke lembah, memberikan ilusi menyatu dengan cakrawala. Gazebo Kaca tempat Luna Luxia biasa menikmati teh sore, dengan pemandangan 360 derajat dari keindahan sekitarnya. Helipad Pribadi memudahkan akses bagi tamu istimewa, mencerminkan tingkat eksklusivitas mansion ini.
Begitu memasuki mansion, lantai marmer berkilau menyambut para tamu, dihiasi pola mozaik emas dan perak yang membentuk simbol keluarga Wardhana. Langit-langit aula utama menjulang tinggi dengan lampu gantung kristal Austria yang berkilauan, memberikan kesan megah namun tetap hangat.
“Tuan Jun, apakah kau tidak salah tempat? Apakah kita sedang berkunjung ke istana?” tanya Lyra dengan ekspresi terheran-heran, matanya terpaku pada pemandangan luar biasa di depannya.
“Ini mansion milik nenek,” jawab Jun dengan nada datar, seolah pemandangan mewah itu bukan hal yang istimewa.
“Milik Nenek Luna? Apakah Nenek Luna seorang ratu yang diam-diam bersembunyi di negara ini?” tanya Lyra, masih dalam keterkejutan.
Satria, yang berdiri di belakang mereka, tersenyum tipis sebelum menjelaskan, “Nona Lyra, ada benarnya dan ada salahnya. Nenek Luna memang keturunan bangsawan sejati. Beliau merupakan keturunan Raja Edward IV, penguasa Kerajaan I di abad ke-15. Namun, Nenek Luna tidak bersembunyi. Beliau menikah dengan seorang bangsawan dari negara ini, Raden Prabuwira Wardhana, yang merupakan keturunan Raja Prabuwira I, penguasa kerajaan di Pulau J.”
Langkah Lyra langsung terhenti. Penjelasan Satria membuatnya syok berat. Wajahnya penuh keterkejutan seolah baru mendengar dongeng yang menjadi kenyataan. Dia mencoba mencubit lengannya sendiri. Rasa sakit yang nyata membuatnya sadar bahwa ini bukan mimpi.
“Apakah kalian sedang membohongiku?” tanyanya dengan raut bingung, masih belum percaya sepenuhnya.
“Untuk apa kami membohongimu?” tukas Jun sambil melirik Lyra, merasa geli melihat tingkah konyolnya.
Lyra melirik Jun dengan kesal, “Cih pantas saja dia berlaku sombong. Tuhan pun tak adil memberikan kesempunaan ini padanya.” Cerca Lyra.
Beberapa pelayan mendekat dengan hormat, menyapa Jun sebelum mengarahkan mereka ke ruang santai. Di sana, Nenek Luna sudah menunggu dengan senyuman penuh wibawa dan kehangatan yang terpancar dari sosoknya.
