JUARA 2 KONTES BERTEMA BERBAGI CINTA
NOTE : Ide kisah ini berdasar pengalaman author sendiri yang dikembangkan sebagus mungkin.
Season 1 :
Perjuangan seorang wanita cantik bernama Sena yang berusaha menggapai cinta sang suami, Regan Anggara. Regan merupakan mantan dosen killernya yang harus menikah dengannya akibat perjodohan. Sudah 2 tahun hubungan pernikahan mereka namun Sena tak membuahkan hasil untuk mengambil hati dari sang suami, namun alangkah terkejutnya saat Sena memergoki sang suami yang tengah mesum dengan rekan kerjanya. Hati Sena mendadak sakit, pantas saja selama ini tak mau menyentuhnya, rupanya Regan sudah mempunyai wanita lain dan mengaku sudah menikah sirih dengan Maya dan kini tengah mengandung anak dari Regan. Parahnya, orang tua Regan yang selama ini baik dengan Sena ikut menyembunyikan rahasia itu.
Dan jangan lupakan Devan! Pria duda yang selalu ada untuk Sena bahkan siap menjadi suami baru untuk Sena.
Season 2 :
Ketika semuanya tak bisa ia gapai. Dia hanya bisa berusaha untuk tegar. Lika-liku kehidupan ini membuatnya menjadi sangat kuat.
Sena dan Devan berjuang keras untuk mendapatkan momongan.
Namun...... semuanya tak semudah itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria Mariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 : Surat perjanjian
Otor bikin alur sesuai judul ya, harusnya Devan belum muncul namun dikarenakan pembaca akan kesal dengan Regan makanya Devan di awal sudah otor munculkan buat penetral rasa kesal. Hehe ...
Sabar ya, biarkan alurnya mengalir. Ini juga baru bab 9. Hehe ...
Visual Regan bayanganku blasteran bule.
Visual Senarita, dekil rambut keriting lalu berubah super hot, terawat n super cantik.
Visual Devan, otor ngebayanginnya Kim Seonho (punya lesung pipi kanan dan kini)
Otor tak mau tampilin visual, nanti bisa ambyar jika bayangan kita tak sama. 😄
********
Mereka berciuman begitu dalam, air mata Sena terus saja menetes namun masih mempertahankan ciuman pertamanya yang terasa hambar. Tak ada rasa, semuanya begitu tidak enak. Ciuman pertama yang harusnya menjadi manis kini berubah menjadi pahit.
Dengan sekuat tenaga dia melawan Regan dari ciuman ini.
"Cukup!" ucap Sena.
Jarak wajah mereka hanya beberapa senti saja, mata Sena tak mau menatap Regan. Tangan Regan membelai pipi Sena dengan lembut.
"1 tahun saja 'kan waktu kita memperbaiki hubungan? Hanya 1 tahun 'kan? Jika tidak ada perubahan aku bisa meminta cerai dan kau berjanji tidak akan membuka kasus itu kembali," ucap Sena.
Regan mengangguk. "Aku berjanji. Kita jalani 1 tahun dulu jika kita tidak cocok maka terserah keputusanmu apa."
Sena mengambil kertas lalu menuliskan surat perjanjian secara dadakan. Dia menuliskan poin-poin penting yang harus ditepati Regan.
......SURAT PERJANJIAN......
Saya Senarita dan Regan Anggara menyatakan akan memperbaiki hubungan rumah tangga sampai 1 tahun ke depan namun pihak Senarita akan menggugat cerai jika :
Regan Anggara tidak adil pada kedua istrinya terutama Senarita.
Regan Anggara bersikap dingin dan cuek pada Senarita.
Regan Anggara lebih cinta, sayang, perhatian ke Maya yang sebagai istri kedua.
Regan Anggara melakukan kekerasan.
Regan menyuruh Senarita untuk tinggal bersama dengan Maya.
Regan Anggara TIDAK boleh membuka kasus kematian adiknya dan menggugat ayah mertuanya jika Regan dan Senarita bercerai!!!!!!
Tertanda tangan di bawah ini.
(Senarita) (Regan Anggara)
Regan membaca surat perjanjian itu, ia langsung membubuhkan tanda tangan di sana lalu menyerahkannya pada Sena. Sena tak lupa memasang materai supaya surat perjanjian itu semakin kuat.
"Hanya itu saja 'kan? Mari kita bekerja sama untuk memperbaiki rumah tangga ini untuk satu tahun ke depan!" pinta Regan sambil mengulurkan tangannya.
"Oke, mohon kerja samanya."
Mereka berjabat tangan, setelah itu Regan mengusap air mata Sena yang masih saja membasahi pipi.
"Aku janji ini adalah air mata terakhirmu."
"Ku pegang janjimu, Kak Re."
Regan mengecup kening Sena dan menatap dengan penuh harap. "Bisakah malam ini aku meminta hakku?"
Sena menggeleng. "Aku belum siap. Biarkan hatiku tenang dulu!"
"Baiklah, aku tidak memaksa jika belum siap."
Regan menyuruh Sena mandi karena baunya sangat asam. Kaki Sena melangkah begitu berat sampai di kamar mandi pun dia menatap cermin yang menampilkan wajah suramnya.
Apa keputusanku sudah benar? 1 tahun? Waktu yang singkat jika dibayangkan namun akan menjadi waktu yang lambat karena ada Maya diantara kami.
Tok ... tok ... tok ...
"Sena sayang, mau makan martabak?" ucap Regan bertanya pada Sena.
Sena menatap pintu kamar mandinya. "Iya."
"Baiklah, aku pergi untuk beli dulu. Jangan tidur dulu!"
Setelah Regan pergi, Sena terduduk di kloset. Dia harus menguatkan hatinya untuk menghadapi setiap cobaan yang ada kedepannya menyangkut Maya.
***
Keesokan harinya.
Pagi hari ini, Sena sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Matanya sangat sembab karena semalaman menangis. Dengan cepat ia memoles wajahnya supaya tidak terlihat begitu menyedihkan.
"Sayang, kemeja abu-abuku mana?" tanya Regan.
Untuk pertama kalinya Regan menanyakan perlengkapan kerjanya.
"Aku laundry. Mau pakai yang itu?"
Regan mengangguk.
"Coba pakai yang lain! Misalnya ini." Sena mengambil kemeja loreng berwarna biru.
Biasanya Regan tak akan mau memakai pakaian yang dipilihkan Sena, namun kali ini dia langsung memakainya di depan Sena.
"Oke, tidak buruk. Kita akan sarapan apa pagi ini? Aku lapar."
"Kita beli nasi kuning di depan saja, ya? Aku tidak bisa memasak pagi ini. Ada meeting dadakan," jawab Sena.
Regan mengusap pipi Keyna dengan lembut, ia mengangguk kecil. Usapan demi usapan berubah menjadi sentuhan manja, Regan mencium bibir Sena dengan lembut sambil menghayatinya. Sena mencoba merasakannya namun hati seolah menolak lalu Sena mendorong Regan.
"Maaf, Kak Re. Aku buru-buru."
Sena mengambil tasnya, ia segera keluar dari kamar. Regan. mengikutinya dan memeluknya dari belakang.
"Sena, mencobalah untuk membiasakannya. Aku, kamu menjadi kita."
"Aku, kamu, dia menjadi kalian dan pada akhirnya aku akan kau buang."
Regan menggelengkan kepalanya. "Maafkan, aku! Aku sangat bersalah padamu."
Sena tak memperdulikan ucapan Regan segera berangkat bekerja menggunakan motornya, ia bahkan sampai lupa untuk membelikan sang suami nasi kuning, biarlah ... Regan punya tangan dan kaki sendiri, biar dia beli sendiri, pikir Sena.
Sena memainkan gas motornya dengan kecepatan sedang. Pikirannya masih saja memikirkan kebohongan mereka terutama sang bapak yang tidak mau jujur kepadanya.
Jalanan kota ini masih sepi karena Sena memutuskan berangkat lebih pagi namun saat melintas di suatu jalan, ia melihat mobil yang tak asing berhenti di sana. Sorot mata Sena memandang sang bos bersama wanita yang tak lain adalah sang istri. Sena memelankan motornya karena dia melihat jika gadis kecil bernama Kia menangis diantara mereka.
"Kia, ikut Mama!"
Askia menangis histeris, dia tidak mau ikut dengan sang mama yang sudah meninggalkannya beberapa bulan yang lalu.
"Kia, kau dengar Mama atau tidak?" bentak Maharani, istri dari Devan.
Ketika Sena melintasi mereka, ia tak sengaja bertatapan dengan Devan. Sena yang takut segera melajukan motornya dengan kencang.
Mampuslah! Pak Devan tadi melihatku? Batin Sena.
Sesampainya di kantor.
Sena memarkirkan motornya di parkiran lalu masuk ke dalam. Sebelumnya ia merapikan pakaiannya dan rambut ungu badasnya.
"Sena?"
Suara yang tak asing yaitu sang Papa mertua.
"Iya, Pah. Maaf, lebih baik kita jaga jarak jika sedang di kantor."
"Maaf jika membuatmu tidak nyaman. Papa dengar dari Regan jika kalian mau memperbaiki hubungan? Syukurlah," ucap Bram.
"Kenapa Papa tidak menceritakan tentang anak Papa yang di tabrak Bapak? Kenapa kalian menyembunyikan semuanya?"
Bram menggenggam tangan Sena namun langsung di tepisnya. Dia tak ingin gosip itu memanas jika mereka sampai berpegangan tangan.
"Itu keinginan Bapakmu dan lagi pula Papa sudah mengikhlaskan Rio."
Sena tetap memandang kesal pada mereka yang sudah menyembunyikan semua ini darinya. Bram menghela nafas panjang, ia sangat kasian dengan Sena.
Sena lalu masuk ke gedung, dia sudah berubah total menjadi wanita yang kuat secara penampilan. Make upnya sangat mencolok apalagi menyatu dengan warna rambut ungunya.
"Sena?" Gladis mengejarnya.
”Ada apa?" tanya Sena heran.
"Suamimu ada di depan. Cepat gih temuin."
Kak Re kenapa mengikuti sampai sini? Batin Sena.
Sena segera melihat mobil Regan yang terparkir di depan teras gedung sementara mobil di belakangnya terus mengklaskson. Ya, mobil yang mengklakson itu adalah mobil milik petinggi perusahaan ini, Devanendra Caka Abastian.
Tin ... tin ... tin ...
Sena dengan cepat menghampiri mobil Regan yang menghalangi mobil Devan.
"Kak Re, pindahkan mobilmu!" pinta Sena mengetuk kaca mobil sang suami.
Regan malah keluar tanpa memindahkan mobilnya. "Aku sudah bilang untuk mengantarmu berangkat ke kantor. Kenapa kau malah berangkat duluan?"
Devan keluar dari mobilnya, Sena semakin panik dan tidak enak dengan bosnya.
"Maaf, bisakah kau pindahkan mobilmu? Pengendara lain sampai tidak bisa lewat," ucap Devan.
Mampuslah! Aku bisa dipecat Pak Devan. Batin Sena.
*****
Note : Kalian ingin dapat tas imut kayak gini dari aku?
Caranya gampang banget,
Follow instagram : Marr_Mystory
Like semua postingannya (Postingannya hanya sedikit jadi tak bikin pegel tangan kalian, hehe) dan tinggalkan komentar di salah satu postingan.
Pastikan kamu sudah baca novelku yang ini ya.
Hadiah akan di undi secara acak dari komentar kalian dan di undi saat novel ini sudah memiliki 100 Bab. Mudah 'kan?
Untung pemenang di novel sebelumya adalah ketiga orang ini dan Tas imutnya sedang OTW ke tempat mereka masing-masing.
Yuk buruan segera follow.
untung sena udah cerai....
jadi ga ketularan virus edan
obral janji sana.sini...
q baca aja ikutan emosi😡😡
kok bapaknya sena dibawa2