" Bocil nakal itu istriku" pernyataan Zain kepada semua temannya yang ikut duduk bersama di sofa club'.
" what? ,,,, Istri Zain dia masih kecil Lo " tak percaya teman Zain menatap gadis kecil bar-bar yang tengah berjoget di atas punggung di Bawah kelap-kelip lampu sorot .
flash off.
Zain akhirnya menerima permintaan Papa nya untuk menikah lantaran itu adalah permintaan pertama dari orang tuanya yang selama ini selalu memberikan apapun yang Zain mau bahkan tak pernah mematahkan satupun hal yang Zain inginkan sebagai seorang anak .
" Tapi Maa apakah tidak ada calon istri untuk Zain yang Mama sukai selain Bocil nakal itu?" lesu Zain menatap Mama nya yang iseng sekali memilihkan calon istri senakal itu untuk dia yang sudah matang serta dewasa .
" tidak ada Zain , Walaupun dia nakal tapi Mama menyukai nya" pernyataan Mama Zain dengan senyum penuh damba bahkan sebuah harapan pada Zain .
yuk baca 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mul_yaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 ingin pulang
" Aya dengarkan Daddy dulu " Zain langsung memeluk Aya yang sudah duduk menangis ketakutan itu .
" Enggak , Daddy jahat " teriak Aya dengan suara parau terus berusaha keluar dari pelukan Zain.
" Aya Daddy punya alasan membunuhnya , dengarkan Daddy" ucap Zain yang sama sekali tak mau melepaskan pelukannya bahkan membawa Aya begitu dekat dengan nya agar bisa bicara dengan nada rendah .
" Dia itu Bajiangan Aya, orang jahat yang suka merampas hak masyarakat kelas bawah menggunakan kekuasaan bahkan sering menganiaya orang lain hingga dia pantas mati karena perbuatannya banyak orang lain yang tersiksa" ucap Zain menjelaskan alasan kenapa dia membunuh Nicholas.
" seenggaknya, hiks , dia tidak membunuh orang lain seperti Daddy " ucap Aya menatap Zain dengan tatapan dalam hingga serasa menembus relung hati Zain .
" Daddy , hiks , lebih jahat dari Dia , Aya nggak mau liat Daddy lagi , hiks Aya, mau pulang " tangis Aya mendorong Zain saat pria itu perlahan melunak mendengar ucapan Aya .
Zain mengejar Aya yang berlari kencang sekali menuju pintu keluar .
" Aya kamu mau kemana?" Zain memegang pundak Aya yang sudah menangis terisak terus berusaha membuka pintu apartemen yang pin nya sudah di ganti Zain.
" Enggak, jangan sentuh , Aya" teriak Aya ketakutan masih terbayang jelas dalam ingatan nya Zain yang tengah mengiris tangan pria tadi dengan belati yang sudah berlumuran darah.
" Iya Daddy nggak pegang, Sayang mau kemana?" tanya Zain dengan lembut tak lagi menyentuh Aya tapi bertanya baik-baik pada Istri kecilnya yang sepertinya begitu trauma setelah melihat Zain memegang belati .
" Buka pintunya, buka pintu nya . Aya mau pergi ,Aya nggak mau, tinggal sama Daddy lagi " ucap Aya yang benar-benar merasa begitu terancam dan takut tinggal bersama seorang pembunuh seperti Zain .
" Sayang , Daddy nggak akan begitu sama kamu jangan takut ya" ucap Zain mencoba meyakinkan Aya yang sepertinya sudah terlanjur takut dengan segala pikiran berlebihan nya.
" Daddy Sayang sama Aya jadi nggak bakalan seperti yang Aya pikirkan" ucap Zain kembali mendekati Aya yang sudah menunduk berdiri bersandar pada pintu .
" Enggak, hiks Daddy orang, jahat " kata Aya begitu ketakutan saat Zain kembali akan menyentuhnya bahkan Aya sudah memegang kepalanya sampai tubuhnya bergetar saking takutnya disentuh oleh Zain .
Zain menatap Aya dengan dalam terdiam secara tiba-tiba menatap dengan sendu istri kecilnya yang selalu akrab dan suka mengajaknya berantem kini berdiri ketakutan sampai tubuhnya bergetar hanya karena Zain akan menyentuhnya.
Melihat Zain yang berdiri terdiam itu Aya kembali berlari walaupun tubuhnya sudah semakin lemah mencari ponselnya bahkan mengacak seluruh isi kamar karena tak kunjung menemukan ponselnya.
Prang .
Begitu Zain menghampiri Aya kekamar sebuah Vas kaca jatuh karena tersenggol oleh siku Aya yang terus mencari ponselnya di setiap laci .
" Sayang hati-hati" Zain bergegas mengumpulkan pecahan Vas itu karena hampir mengenai kaki Aya .
Aya yang berdiri itu semakin ketakutan melihat Zain yang berjongkok mengumpulkan pecahan Vas serta beling takut Zain marah dan juga akan membunuhnya seperti pria itu .
" Aa, mmm, pun Daddy " ucap Aya dengan suara bergetar ketakutan meminta maaf pada Zain karena sudah memecahkan Vas .
Zain mendongak menatap Aya yang sudah ketakutan itu lalu segera berdiri .
" Tidak papa, Daddy tidak marah " ucap Zain dengan suara lembut agar Aya tak semakin ketakutan.
Setelah membuang semua pecahan itu Zain mengangkat Aya kembali keatas ranjang.
" Sayang , dengarkan dulu penjelasan Daddy " ucap Zain menatap Aya yang duduk menunduk takut itu .
Aya menggeleng tak berani menatap Zain namun air mata nya terus berjatuhan sangat takut Zain akan marah dan menghukum nya atau bahkan membunuhnya karena sudah melakukan kesalahan fatal .
Aya menjadi sangat takut pada Zain setelah melihat hal tadi namun Aya juga sudah melakukan kesalahan fatal dengan memata-matai bahkan mengikuti Zain bersama dengan Marvell yang sudah pasti Zain tidak suka dan akan marah besar.
Melihat Aya yang semakin lama semakin ketakutan membuat Zain mengambil jalan tengah karena dia tidak mungkin terus memaksa Aya yang bahkan baru Zain dekati sudah Tremor seperti Aya butuh ketenangan dulu agar tidak semakin stress karena terus ada Zain yang seolah mendesaknya.
" Baiklah jika kamu belum mau bicara dengan Daddy istirahat lah dulu " ucap Zain dengan nada rendah mencharge ponselnya yang tadi di antar bodyguard di atas nakas samping tempat tidur .
Aya langsung berbaring dan menarik selimut agar Zain cepat pergi .
Zain masuk keruang kerjanya menyala kan komputer untuk memeriksa beberapa berkas penting sambil sesekali memperhatikan Aya lewat cctv rahasia.
Aya yang merasa Zain sudah pergi pun kembali duduk bersandar ke kepala ranjang menatap ke sekeliling mencoba mencari di setiap sudut dimana Zain menyembunyikan ponselnya.
Setelah Aya pikirkan Aya sadar kalau Zain lah menyembunyikan ponselnya karena pria itu juga mengganti PIN Apartemen agar Aya tidak bisa kabur dari nya atau meminta bantuan pada siapapun.
Tak berhasil menemukan ponselnya Aya melirik ponsel Zain yang di charger di samping ranjang Aya tau kalau Zain sama sekali tak memberi ponselnya pengaman sejenis pin atau sandi sehingga bisa dibuka dengan mudah nya .
Zain yang tengah sibuk dengan komputer dihadapan nya langsung tersenyum begitu home screen layar ponselnya tampil di layar komputer pertanda seseorang sedang menggunakan ponsel nya .
" Benar-benar Bocil nakal, sampai dalam ketakutan dan trauma pun nakal nya tidak hilang " ucap Zain memperhatikan rekaman cctv di iPad nya .
Zain dengan cepat merusak sistem ponselnya sampai ponsel itu mati secara mendadak.
Aya yang sudah senang menemukan kontak Papa nya di ponsel Zain langsung sedih karena ponsel itu tiba-tiba mati seperti nya rusak serta membuat Aya semakin takut karena dia malah jadi menambah kesalahan dengan merusak ponsel Zain.
Aya kembali mencharge ponsel Zain dengan cepat dan kembali berbaring begitu mendengar suara pintu ruang kerja Zain akan kembali terbuka .
Zain geleng kepala menatap Bocil nakal yang berbaring menutup seluruh tubuh nya dengan selimut seolah tak terjadi apa-apa, Namun Zain semakin waspada karena tau yang di pikirkan oleh Bocil itu saat ini adalah bagaimana cara agar bisa kabur dari Zain .
Pagi harinya.
Zain keluar dari kamar dan memasuki dapur untuk memasak makanan karena seperti nya diantara mereka berdua sama saja belum ada yang makan sejak semalam .
Selesai memasak Zain menghampiri Aya yang masih duduk sama sekali tak beranjak dari atas ranjang sejak bangun memeluk lututnya.
" Sayang Ayo makan , Daddy sudah memasak " ajak Zain tanpa di jawab Aya bahkan gadis kecil itu sama sekali tak bergeming seolah tidak mendengar ucapan Zain .
Zain duduk di hadapan Aya lalu mengelus kepala Aya yang justru membuat Aya menangis ketakutan merasakan sentuhan lembut Zain .
" Lepasin Aya Daddy, pengen pulang kerumah Papa jangan kurung Aya disini , hiks " mohon Aya menatap Zain dengan air mata yang berderai-derai mengelus perutnya yang sudah terasa lapar sampai berbunyi .
Next
hebat otornya
kalo bacanya mendalami/Tongue/