*Juara 1 YAAW 9*
Tiga tahun mengarungi bahtera rumah tangga, Vira belum juga mampu memberikan keturunan pada sang suami. Awalnya hal ini tampak biasa saja, tetapi kemudian menjadi satu beban yang memaksa Vira untuk pasrah menerima permintaan sang mertua.
"Demi bahagiamu, aku ikhlaskan satu tanganmu di dalam genggamannya. Sekalipun ini sangat menyakitkan untukku. Ini mungkin takdir yang terbaik untuk kita."
Lantas apa sebenarnya yang menjadi permintaan ibu mertua Vira? Sanggupkah Vira menahan semua lukanya?
Ig. reni_nofita79
fb. reni nofita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Pertengkaran Dengan Yudha
Telah satu bulan Vira berhenti bekerja. Bukannya dapat beristirahat setelah berhenti bekerja tapi Vira makin sibuk dan kelelahan. Semua pekerjaan rumah dia yang harus kerjakan, karena ibu mertuanya memberhentikan pembantu rumah tangga mereka dengan alasan penghematan.
Vira yang capek habis mencuci pakaian dan masak buat makan malam ketiduran. Tidak tahu suaminya pulang kerja. Kali ini Weny kembali ikut ke rumah dengan alasan mengerjakan laporan akhir bulan.
Ibu Desy tersenyum semringah melihat kedatangan Weny. Menyambutnya dengan pelukan.
"Vira mana, Bu?" tanya Yudha, karena tidak melihat istrinya.
"Paling tidur. Istrimu itu kerjanya kalau nggak main ponsel ya tidur. Apa lagi," ucap Ibu dengan suara dongkol.
Yudha masuk ke kamar dan melihat istrinya tidur. Pria itu sedikit menggerutu. Padahal selama ini dia tidak pernah masalahkan ini. Yudha menarik kaki istrinya itu hingga terbangun. Vira kaget atas perlakuan suaminya itu.
"Mas, kenapa menarik kakiku? Aku jadi kaget," ucap Vira sambil mengembalikan kesadarannya karena baru bangun tidur.
"Jadi ini kerjamu di rumah. Aku meminta kamu berhenti bekerja agar tidak capek, tapi bukan harus tidur terus. Kasihan ibu yang harus mengerjakan semua. Tidak ada yang membantu."
"Tapi aku bukan ...."
"Udahlah, Vira. Kamu selalu saja membantah semua ucapanku ataupun ibu. Untung ada Weny. Pasti dia yang saat ini bantu ibu memasak untuk makan malam," ucap Yudha memotong ucapan Vira.
Vira yang tidak bisa terima dengan ucapan suaminya, bangun. Berdiri menghadap suaminya.
"Mas, aku baru tidur sebentar karena capek habis membersihkan rumah, mencuci pakaian dan memasak. Kerjaku bukan hanya tidur," ucap Vira.
"Jadi kamu mau mengatakan jika ibuku yang berbohong?" tanya Yudha dengan suara tinggi.
Vira memegang dadanya yang terasa sesak. Tiga tahun pernikahan, baru kali ini Yudha membentaknya. Vira terdiam sambil menahan tangis.
Yudha yang telah mandi dan berganti pakaian keluar dari kamar tanpa pedulikan Vira. Melihat ibu dan Weny di dapur, Yudha langsung menuju ke sana. Ibu meminta mereka langsung makan.
"Istri kamu mana, Mas?" tanya Weny.
"Ada di kamar."
"Apa tidak mengajak istrimu sekalian buat makan bersama?"
"Biar aja. Dia bisa makan nanti setelah kita," jawab Yudha.
Vira yang berada di belakang tubuh suaminya tidak percaya dengan apa yang baru dia dengar. Wanita itu mengurungkan niatnya untuk ikut makan malam. Ibu mertuanya yang melihat Vira kembali ke kamar tersenyum semringah.
"Weny, apa kamu sudah menikah, Nak?" tanya Ibu Desy dengan suara lembut.
Weny tersenyum sebelum menjawab ucapan Ibu Desy. Memandangi wajah tampan Yudha.
"Belum, Bu. Tidak ada yang mau. Aku ini jelek, tidak secantik mbak Vira."
"Siapa yang ngomong kamu jelek matanya perlu diperiksa. Kamu itu jauh lebih cantik dari Vira," ucap Ibu Desy.
Kembali Weny tersenyum mendengar pujian dari Ibu Desy. Wanita itu telah jatuh hati dengan Yudha sejak awal bekerja di perusahaan yang sama. Namun, dia harus menelan kekecewaan setelah mengetahui jika Yudha telah berkeluarga.
"Ibu pasti akan sangat bahagia jika kamu mau menjadi menantu ibu," ujar Ibu Desy lagi.
Yudha menjadi tersedak mendengar ucapan ibunya. Weny mengulurkan gelas berisi air putih.
"Mas, makan itu pelan-pelan. Jangan buru-buru," ucap Weny sambil menepuk punggung Yudha pelan.
Dari balik pintu kamar, Vira mengintip semua yang dilakukan Weny pada suaminya. Walau pembicaraan mereka tidak terdengar, tapi rasa cemburu melihat Weny memegang tubuh suaminya membuat dada Vira terasa sesak.
"Masakan ibu ini terlalu enak, makanya Mas Yudha menyantapnya berlebihan. Apa sih Bu resepnya?" tanya Weny.
Ibu Desy tersenyum miring. Menarik napas dalam, sebelum menjawab. Dia tidak tahu harus menjawab apa karena yang memasak semua ini adalah Vira.
"Ini tadi Vira yang masak semuanya. Ibu hanya membantu," ucap Ibu lirih. Namun masih dapat di dengar Yudha. Dia kaget mendengar semua itu.
"Nak Weny pasti juga pintar masakan? Apa kamu tidak ada keinginan menikah lagi, Yudha? Istrimu itu pasti mandul. Berhenti bekerja pun tetap tidak bisa hamil," ucap Ibu.
Kembali Yudha batuk mendengar ucapan ibunya itu. Apa yang harus dia jawab? Kenapa ibunya dari kemarin menanyakan ini terus? Tanya Yudha dalam hatinya.
...****************...