Istri Rahasia Pak Dosen Lean

" Ughhh mau narik jadi males banget deh ah. Haah, pulang aja kali nggak usah nyalain aplikasi."

Plak

" Jea, ngelamun aja. Anterin aku bisa nggak?

" Eh Irene, kamu juga udah baik. Boleh yuk."

Irene mengerutkan keningnya. Dia sudah mengeluarkan ponsel tapi Jea tidak. Jea malah langsung menarik Irene menuju ke tempat parkir dan memberi helm pada gadis itu. Tentu saja Irene bingung.

" Nggak nyalain aplikasi Jea?"

" Nggak usah Ren, aku lagi ngga mau narik. Jadi ayo cepet aku anterin kamu mau kemana?"

Irene awalnya menolak, dia sungguh ingin menggunakan jasa Jea tapi ternyata Jea tidak mau. Jea malah dengan senang hati mengantar Irene tanpa imbalan sama sekali. Semua itu karena Jea sedang tidak dalam mood yang bak untuk ngojek.

" Kamu lagi ada masalah Jea?"

" Ooh nggak kok, tapi emang lagi males aja Ren. Oh iya kamu mau kemana nih?"

Irene tersenyum simpul, dia lalu mengatakan kemana tujuannya. Irene juga tidak bertanya lebih lanjut kepada Jea karena yang dirasakan olehnya saat ini Jea tidak ingin bercerita apapun. Maka dari itu Irene memilih untuk bercerita tentang hal lain.

Sepanjang jalan mereka berdua asyik bercengkerama. Baik Jea maupun Irene tidak pernah menyangka bahwa mereka bisa menjadi teman akran seperti ini. Tentu saja semua berawal dari memesan aplikasi ojek online.

" Nah udah sampe nih Ren. Ini rumah kamu?"

" Bukan, ini rumah sepupu aku. Kamu mau ikut masuk kah?"

Jea menggeleng cepat, dilihat dari rumah nya saja ia sudah tahu bahwa itu keluarga yang bukan biasa-biasa saja. Jea tidak mau menganggu juga. Sepupu, bukankah itu adalah keluarga, maka dari itu Jea memilih untuk pulang.

Irene mengucapkan terimakasih, dia menunggu sampai Jea pergi baru masuk ke dalam rumah sang sepupu. Irene sungguh merasa senang bisa kena dengan Jea. Gadis yang ceria, pekerja keras dan baik. Sebenarnya Irene ingin lebih dekat dalam berteman denga Jea, tapi Jea seolah membuat garis diantara mereka.

Ting Tong

" Assalamualaikum," ucap Irene sambil menekan bel pintu rumah sepupunya.

" Waalaikum salam, masuk Mbak."

" Mbak Za, sumpah deh kalau Mbak Za manggil Mbak ke aku tuh beneran bikin aku ngrasa tuaaa banget. Padahal kan umurku jauh dibawah Mbak Za."

Zara yang merupakan adik sepupu dari Irene hanya terkekeh geli. Irene yang memiliki nama lengkap Yara Irene Dwilaga itu kalau di lingkungan keluarga dan sahabat dipanggil Yara, tapi kalau dilingkungan luar ia mengenakan namanya sebagai Irene. Irene yang merupakan anak kedua dari Radian merupakan cucu tertua kedua dalam klan Dwilaga, jad meskipun usia Zara lebih tua dari Irene, dia tetap harus memanggil Irena mbak, kakak, atau sejenisnya. Karena posisi Zara adalah anak dari anak ketiga klan Dwilaga. ( Anak 1 Radian, 2 Radika, 3 Rafandra, 4 Rinjani. Intinya mereka ngikuti siapa yang lebih tua dari ayah ibunya, jadi anak mereka ngikutin itu. Semoga ngga bingung).

" Hahaha, ya emang gitu mau gimana. Trus kamu kenapa kemari, aku bentar lagi mau ke rumah sakit."

" Aku mau nanya sesuatu ke Mbak Za, ini soal temen baruku yang namanya Jeanica."

" Jeanica, kok aku kaya nggak asing ya sama nama itu."

Irene mengerutkan alisnya mendengar gumaman dari Zara, tapi sesaat kemudian Zara menggelengkan kepalanya dan meminta Irene untuk menceritakan apa yang ada dalam kepalanya.

Sebenarnya Irene awalnya datang bukan untuk bercerita soal Jea, dia ingin menanyakan perihal study ke luar negri. Tapi berhubung tadi dia bertemu dnegan Jea, maka malah itu yang jadi topik utamanya.

Irene bercerita soal Jea yang baru ia kenal itu. Ingin berteman dekat tapi Jea begitu tertutup. Jadi Irene seperti memiliki tembok yang tinggi dengan gadis itu.

" Kamu kayaknya pengen banget temenan sama dia, apakah ada sesuatu yang spesial dari anak itu?"

" Mbak Za, dia tuh nyenengin gitu lho. Nggak jaim, dan dia tuh di sini perantauan. Dia ngojek sambil kuliah. Jadi seneng aja gitu temenan sama anak kayak dia. Ya Mbak tahu kan karena embel-embel nama di belakang kita kadang buat beberapa orang nggak tulus temenan sama kita."

Zara terdiam, ia paham betul apa yang dimaksud dengan sepupunya itu. Karena Zara juga merasakan. Bagaimana pertemanan yang tidak tulus. Maka dari itu mereka menjadi enggan berteman, kecuali circle persahabatan dan pertemanan diantara anak-anak sahabat para orang tua mereka.

" Kalau gitu kamu juga harus jujur di awal siapa kamu kan Mbak Yara? Jangan sampai dia seolah dibohongin."

" Tapi kan dia nggak nanya tentang keluarga Mbak. Jadi ya aku nggak ada kewajiban buat jelasin asal-usul aku."

" Ya udah kalau gitu ya sering aja ajakin dia ngobrol, sering chat, tapi jangan maksa."

Irene mengangguk cepat, dia paham itu. Irene hanya ingin berteman sewajarnya, ia ingin punya teman yang tulus tanpa embel-embel lainnya. Dan dia ingin punya teman yang menyenangkan sebelum dirinya pergi ke kuar negeri untuk melanjutkan kuliah jenjang magisternya.

" Ya udah pulang yuk, aku anterin sekalian ke rumah sakit."

" Oke Mbak Za."

Keduanya beranjak bersama dan langsung menuju ke mobil. Karena memang rumah Irene searah dengan Rumah Sakit Mitra Harapan, jadi Irene tidak menolak diantarkan oleh sang sepupu.

Sepanjang perjalanan mereka banyak bercerita terutama tentang Lean. Pada titik ini Zara mengingat sesuatu yakni tentang cerita papanya waktu itu tentang Lean yang dekat dengan seorang mahasiswanya. Maka dari itu Zara mengonfirmasi hal tersebut kepada Irene. Tapi jawaban Irene mengatakan tidak, bahkan Irene yakin betul kalau Lean tidak punya hubungan apapun dengan seorang wanita.

" Gitu ya, tapi kok aku nggak yakin ya?"

" Gini aja Mbak Za, aku bakalan coba lihatin Bang Lean di kampus. Tapi yakin deh selama ini kan Abang dingin betul ke cewek. Ya dia ramah tapi cuma sebatas ramah tamah aja. Kalau sampe punya pacar kayaknya nggak deh."

Meskipun ucapan Irene begitu meyakinkan tapi Zara entah mengapa tidak percaya. Ia bahkan semakin curiga dengan sang adik yang sekarang jarang pulang ke rumah.

" Terus, bagaimana dengan itu Mbak Yara, aku yakin itu Lean."

" Eeh iya itu Bang Lean, tapi cewek itu. Itu Jea Mbak Za, yang aku ceritain ke Mbak tadi."

Jeng jeng jeng

TBC

Note:

Hayati lelah guys hahahah, lagi² re-tensi aku nggak nyampe. sedih banget nggak sih. Maaf ya kalau aku selalu laporan ke kalian soal re-tensi. Itu semua biar kalian nggak shik shak shok kalau ceritanya nggak panjang.

Tapi tenang guys, aku tetap bakalan lanjutin meski aku nggak dapet apapun. Tapi ya itu, nggak panjang bab nya.

Makasih ya buat kalian yang masih mau ngikutin cerita² aku. Love you more guys.