Balas Dendam Sang Don Juan

Balas Dendam Sang Don Juan

Pertemuan Pertama

Catherine Donovan, seorang psikolog yang sukses di kota New York, berjalan dengan tenang menuju pameran seni yang digelar di salah satu galeri terkenal di kota. Meski baru beberapa jam sebelumnya dia selesai dengan jadwal klien yang padat, pameran lukisan ini menawarkan pelarian dari rutinitas hariannya yang intens. Seni selalu menjadi pelipur lara baginya, satu-satunya bentuk ekspresi yang tidak dipenuhi oleh suara-suara pikiran orang lain. Dia membutuhkan keheningan itu—di dalam pikirannya sendiri.

Di balik senyum ramahnya yang selalu dia tunjukkan kepada klien-kliennya, Catherine menyimpan sebuah rahasia besar. Dia memiliki kemampuan yang tidak dimiliki orang lain: bisa membaca pikiran. Sejak kecil, bakat ini telah menjadi bagian dari hidupnya, dan seiring waktu, dia mengasahnya hingga menjadi alat yang ampuh dalam pekerjaannya sebagai psikolog. Meskipun begitu, kemampuan ini juga membawa banyak masalah pribadi. Dalam hubungan, dia sering kali merasa terbebani dengan mengetahui hal-hal yang bahkan orang-orang terdekatnya tidak ingin dia ketahui. Selalu tahu apa yang orang lain pikirkan, tapi jarang merasakan kejujuran atau keterbukaan yang sejati.

Saat dia melangkah masuk ke dalam galeri seni, suasana yang damai langsung menyelimuti dirinya. Catherine menyukai tempat seperti ini—seni dalam bentuk lukisan, patung, atau instalasi tidak memiliki pikiran yang bisa dia baca. Ia bisa meresapi keindahan murni tanpa harus disibukkan oleh suara-suara dalam kepalanya.

Hari ini, galeri itu menampilkan karya seorang pelukis lokal yang terkenal dengan gaya abstraknya yang memukau. Lukisan-lukisan yang penuh warna dan emosi tergantung di sepanjang dinding putih galeri. Catherine merasa terhibur oleh kerumunan yang sibuk berbincang-bincang di sekitar lukisan. Sesekali, dia mendengar pikiran mereka—beberapa memuji karya seni, yang lain hanya datang untuk pamer atau menghabiskan waktu luang.

Setelah berkeliling sebentar, Catherine berhenti di depan sebuah lukisan besar yang menarik perhatiannya. Karya itu menggambarkan kekacauan warna yang anehnya terasa harmonis. Ada sesuatu dalam pola dan bentuk abstrak yang membuatnya merasa terhubung, meskipun dia tidak bisa menjelaskan alasannya.

Di saat itulah, seorang pria berdiri di sampingnya. Catherine menyadarinya hanya dari ekor matanya pada awalnya, namun ada sesuatu tentang pria ini yang membuatnya menoleh. Dia memiliki postur tegap dan aura tenang yang kuat, hampir mengintimidasi. Rambutnya hitam, rapi, dengan sedikit semburat abu di pelipisnya. Penampilannya tampak elegan, namun ada aura misterius yang mengelilinginya.

Pria itu melirik Catherine sekilas dan kemudian kembali memandangi lukisan di depannya.

“Aneh, ya? Kekacauan yang indah,” katanya perlahan, suaranya dalam dan menenangkan.

Catherine tersenyum tipis dan mengangguk. “Ya, sepertinya begitu. Saya suka bagaimana lukisan ini tampak tidak teratur, tapi tetap terasa ada keselarasan di baliknya.”

Dia merasakan dorongan alami untuk mencoba membaca pikirannya. Bukan karena ingin mengganggunya, tetapi dia selalu penasaran dengan orang-orang seperti ini—yang tenang, namun penuh rahasia. Dia membiarkan pikirannya bersentuhan dengan milik pria itu, berharap mendapatkan petunjuk.

Yang mengejutkan Catherine adalah betapa mudahnya dia bisa menangkap sedikit dari pikirannya. Leo, begitu pria itu bernama, tampak penasaran padanya. Pikiran Leo menunjukkan ketertarikan yang samar, seolah dia mencoba menilai siapa Catherine sebenarnya. Ada dorongan keingintahuan yang kuat, tetapi juga kendali yang luar biasa. Seperti seseorang yang terbiasa menutup emosi atau memproyeksikan hanya apa yang dia inginkan.

"Leo," pria itu memperkenalkan diri, mengulurkan tangannya. "Nama saya Leo. Apa kamu juga penggemar seni?"

Catherine menerima jabat tangannya dan tersenyum. "Catherine. Ya, saya suka seni. Ini semacam pelarian dari kesibukan sehari-hari."

“Pelarian, ya? Dari pekerjaan, saya asumsikan?”

Catherine mengangguk. “Tepat sekali. Saya bekerja sebagai psikolog.”

Leo mengangkat alisnya, seolah-olah tertarik, tetapi Catherine merasa itu lebih dari sekadar respons sopan. “Sepertinya pekerjaan yang berat, berurusan dengan pikiran orang lain setiap hari.”

Catherine terkekeh kecil. "Ya, kadang-kadang."

Di dalam pikirannya, Catherine mencoba mencari tahu lebih banyak tentang Leo. Apa yang Leo pikirkan tentangnya? Dia bisa merasakan ketertarikan dan sedikit rasa ingin tahu, tetapi ada sesuatu yang mengganggunya. Meskipun dia bisa membaca pikirannya, pikiran Leo terasa terkendali, seolah-olah dia mengizinkan Catherine untuk mengetahui hanya apa yang dia inginkan. Ini bukan pertama kalinya Catherine bertemu seseorang yang sangat pandai mengendalikan pikiran mereka, tetapi jarang ada orang yang bisa melakukannya dengan cara sehalus ini.

"Dan kamu sendiri?" tanya Catherine, mencoba untuk mengetahui lebih banyak. "Apa yang kamu lakukan?"

Leo tersenyum tipis, senyum yang tampak menyembunyikan sesuatu. “Ah, tidak ada yang terlalu menarik. Saya menjalankan beberapa bisnis di sana-sini.”

Catherine merasakan ketidakjelasan dalam jawabannya, tetapi dia tidak menekannya. Ini pertemuan pertama mereka, dan dia tidak ingin terdengar terlalu ingin tahu. Namun, Leo memancarkan aura misteri yang semakin membuat Catherine tertarik. Biasanya, dia bisa dengan mudah memahami seseorang hanya dengan membaca pikiran mereka, tetapi dengan Leo, ada banyak lapisan yang dia tidak bisa tembus.

“Jadi, lukisan ini yang menarik perhatianmu?” tanya Leo, mengalihkan perhatian mereka kembali ke karya seni.

“Iya,” jawab Catherine, kembali memandang lukisan itu. “Ada sesuatu tentang lukisan ini yang—saya tidak tahu bagaimana menjelaskannya—menarik, meskipun terlihat kacau.”

Leo memandang lukisan itu dengan tatapan yang lebih serius. “Kacau tapi harmonis. Seperti hidup, bukan?”

Kata-kata itu membuat Catherine terdiam sejenak. Hidupnya sendiri sering kali terasa seperti lukisan itu—kacau di luar, tetapi ada semacam ketertiban dalam pikirannya, meskipun terletak dalam kemampuan yang memberinya keunggulan tapi juga memisahkannya dari banyak orang.

Namun, dengan Leo, Catherine tidak merasakan ketertiban itu. Dia merasa ada sesuatu yang lebih dalam di balik ketenangan luar yang ditampilkan pria itu.

“Saya rasa begitu,” balas Catherine. “Terkadang, kekacauan itu membuat kita merasa hidup.”

Leo menatapnya, kali ini lebih lama, seolah-olah menilai kata-katanya. Catherine mencoba menebak apa yang dia pikirkan, tetapi meskipun dia bisa membaca pikiran pria ini, ada sesuatu yang tak tertangkap. Leo terlalu terkendali.

“Sepertinya kita melihat dunia dengan cara yang mirip,” kata Leo akhirnya, suaranya tenang namun penuh dengan sesuatu yang tersembunyi.

Percakapan mereka mengalir dengan mudah, tetapi Catherine tahu ada lebih dari sekadar obrolan ringan di sini. Leo memancarkan rasa ingin tahu yang tajam, seolah dia tahu sesuatu yang Catherine belum sadari. Dan yang lebih penting, Catherine merasa bahwa pria ini, meskipun pikirannya bisa dia baca, menyembunyikan sesuatu yang jauh lebih dalam.

Malam itu, saat Catherine meninggalkan galeri, pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan tentang siapa Leo sebenarnya. Di balik tatapan tajam dan senyum yang sopan, ada lebih banyak rahasia yang harus diungkapkan.

Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Catherine merasa bahwa dia mungkin menemukan seseorang yang tidak bisa sepenuhnya dia kendalikan—seseorang yang bisa membuka babak baru dalam hidupnya, meski penuh misteri

Terpopuler

Comments

꧁LC*¹³🌸Siska Nazriel°°🕊️꧂

꧁LC*¹³🌸Siska Nazriel°°🕊️꧂

aku suka,, semangat y kkak..

2024-11-02

2

Khanifah Ani

Khanifah Ani

menarik

2024-11-02

0

范妮·廉姆

范妮·廉姆

menarik....
semangat

2024-10-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!