Rasa bersalah karena sang adik membuat seorang pria kehilangan penglihatan, Airi rela menikahi pria buta tersebut dan menjadi mata untuknya. Menjalani hari yang tidak mudah karena pernikahan tersebut tak didasari oleh cinta.
Jangan pernah berharap aku akan memperlakukanmu seperti istri, karena bagiku, kau hanya mata pengganti disaat aku buta - White.
Andai saja bisa, aku rela memberikan mataku untukmu - Airi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
Suara tepuk tangan terdengar menggema di Mezra cafe. Bahkan bisa dibilang lebih bergemuruh dibanding saat penyanyi cafe tadi yang membawakan lagu. Suara White dan petikan gitarnya mampu menghipnotis dan mengundang decak kagum hampir semua orang disana. Semua mata tertuju pada White, dan beberapa lainnya melihat kearah Airi. Wanita yang duduk sambil menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca.
Meski itu lagu lama, tapi karena terkenal, banyak orang yang hafal dan akhirnya ikut bernyanyi, tak terkecuali Ayleen. Gadis muda berusia 20 tahun itu larut dalam suasana syahdu yang diciptakan oleh White.
Hampir sepanjang lagu, Airi menitikkan air mata. Malam ini terasa begitu spesial, semesta seolah mendukung dia dan White menciptakan momen yang tak terlupakan. Dia hanya bisa berharap, jika momen seperti ini akan selalu ada lagi dan lagi dalam kisahnya dan White.
Setelah lagu selesai, Ayleen kembali menghampiri White. Ditangannya ada setangkai mawar yang dia ambil dari tanaman mamanya dilantai atas. Dia memberikan mawar tersebut pada White sambil membisikkan sesuatu.
Ayleen menuntun White pada Airi. Dan tepat didepan Airi, White berlutut. Tentu saja dengan arahan dari Ayleen.
"Ai, maukah kau menua bersamaku?"
Wanita mana yang tak meleleh, begitupun dengan Airi. Air matanya tak berhenti-berhenti mengalir. Dan Ayleen, dia sampai ikutan baper, ikut menitikkan air mata. Dia yang selama ini tak percaya cinta, akhirnya malam ini matanya terbuka lebar. Cinta itu ada, dan cinta itu nyata. Seorang wanita muda yang sangat cantik, menikah dengan pria berkebutuhan khusus, apalagi sebabnya kalau bukan cinta, batin Ayleen.
"Ya, Ai mau Bang."
"Tepuk tangan meriah seketika kembali menggema. Sebagian wanita yang ada disana juga ikut menitikkan air mata. Mereka bisa melihat betapa tulus cinta Airi untuk White. Hanya sebagian orang saja yang mau menerima kekurangan pasangan, apalagi orang yang berkebutuhan khusus. Dan wanita cantik didepan mereka itu, membuktikan jika cinta tak butuh kesempurnaan.
Airi mengambil bunga mawar dari tangan White, membantunya bangun lalu memeluknya. Tepukan tangan kembali menggema.
Untuk membuat suasana makin hidup, vokalis band menyanyikan lagu sebagai backsound yang sempurna. Dan semua yang ada disana, larut dalam momen romantis itu.
Aku selalu bermimpi tentang indah hari tua bersamamu
Tetap cantik rambut panjangmu meskipun nanti tak hitam lagi
White mengecup kening Airi. "Aku mencintaimu Ai."
"Airi juga Bang."
Setelah beberapa saat, mereka kembali duduk ditempatnya. Dan Ayleen, dia ikut duduk disana dan berkenalan dengan Airi dan White.
"Datanglah kesini lagi kapan-kapan," ujar Ayleen pada White dan Airi. "Aku kasih vocer makan gratis disini kalau kalian datang lagi."
Airi tersenyum mendengar itu. "Kami pasti akan datang lagi lain kali. Kami suka tempat ini, nyaman dan suasana terasa mesra, pas seperti namanya."
"Tempat ini akan selalu menjadi tempat ngedate terfavorit bagi kamu berdua," sambung White.
"Emm..." Ayleen menangkup kedua pipinya sendiri, baper mendengar ucapan White barusan. "Aku baru tahu, kalau orang yang sudah menikah masih mengenal istilah ngedate." Ayleen menggerakkan jarinya seperti tanda kutip.
"Kami tak pernah pacaran sebelum menikah. Jadi saat inilah kami merasakan momen momen pacaran, ngedate halal."
Ayleen jadi pengen ngerasain ngedate halal. Dia berharap semoga sebentar lagi akan datang seorang pangeran berkuda putih yang melamarnya.
"Aku senang bisa kenal orang seperti kalian," Ayleen lalu menggenggam tangan Airi yang ada diatas meja. "Aku tunggu kedatangan kalian selanjutnya."
Setelah menghabiskan makanan dan minumannya, White dan Airi meninggalkan Mezra cafe. Dalam perjalanan pulang, keromantisan itu masih berlanjut. Lagu-lagu romantis terputar dimobil, dan keduanya bernyanyi bersama. Dan disetiap lampu merah, Airi akan menyempatkan menggenggam tangan White. Menyalurkan kehangatan disaat AC didalam mobil menyebarkan hawa dingin.
"Ai, apa kau tahu toko bunga diperempatan Jalan Arjuna? Juliet florist."
Deg
Jantung Airi seperti berhenti berdetak mendengar nama Juliet Florist. Mana mungkin dia tak tahu toko itu, bahkan dulu saat libur kuliah, dia akan membantu Ryu disana. Ya, Ryu adalah anak pemilik Juliet Florist, toko bunga yang sangat terkenal didaerah sana.
Airi menggigit bibir bawahnya menahan gejolak perasaan. Bukan, bukan karena masih sayang pada Ryu, tapi karena perasaan bersalah yang dalam pada pria itu.
"Ai, kita melewatinyakan nanti? Aku ingin mampir kesana. Aku ingin membelikanmu bunga."
"Bukankah tadi Abang sudah memberiku bunga?" Airi jelas tak mau kesana. Dia tak ada muka untuk bertemu dengan orang tua Ryu maupun adiknya.
White tersenyum. "Itu pemberian Ayleen, dan hanya setangkaikan? Aku ingin memberikanmu 100 tangkai mawar putih."
Kali ini, Airi tak bisa lagi menahan air mata. Bayangan Ryu kembali mengusik pikirannya.
"Kau tahu Ai, mulai sekarang tiap bulan, aku membeli 20 tangkai bunga mawar putih. Tapi tidak kuambil, aku titip sama Mama. Semoga saja saat kita menikah nanti, aku hanya perlu menambah sedikit agar bisa terkumpul 1000 tangkai."
"Astaga Bang, aku hanya becanda meminta 1000 tangkai mawar dihari pernikahan kita nanti." Airi tak mengira jika candaannya ditanggapi serius oleh Ryu.
"Becanda atau tidak, aku hanya ingin mewujudkan semua mimpimu Ai. Bukankah kau ingin menjadi seperti tokoh utama dikomik kesukaanmu, yang mendapatkan 1000 tangkai bunga mawar dari kekasihnya? Aku ingin mewujudkannya Ai."
"Ai, kau menangis?"
Pertanyaan White membuyarkan lamunan Airi. Segera dia menyeka air matanya. Mungkin karena tak bisa melihat, pendengar White menjadi lebih tajam, karena indra itulah yang dia andalkan saat ini selain rabaan.
"A-aku hanya terharu, Bang." White terkekeh pelan mendengarnya.
"Hanya 100 tangkai mawar sudah bisa membuatmu menangis haru. Sepertinya aku harus menambah jadi 1000 agar kau makin tergila gila padaku."
Airi tersenyum sekaligus menangis. White benar-benar membuatnya makin teringat pada Ryu.
"Kita mampir ke Juliet Florist ya?"
"E....sepertinya jam segini sudah tutup Bang."
"Yah, sayang sekali. Baiklah, kapan-kapan saja kita kesana."
Airi terus melajukan mobilnya. Saat hendak melewati Juliet florist, jantungnya berdegup kencang. Banyak sekali kenangan antara dia dan Ryu disana. Entah kenapa, Airi malah memelankan laju mobilnya. Matanya menoleh kearah Juliet Florist yang tampak sudah tutup.
Mata Airi terbeliak lebar saat melihat siluet yang sangat dia kenali. Ya, Ryu, pria itu ada didepan Juliet Florist.
Apakah Bang Ryu sudah pulang? Atau aku hanya sedang berhalusinasi karena sejak tadi kepikiran dia.
/Whimper//Whimper/
ai semoga selalu di beru kuatan
semangat ai