NovelToon NovelToon
Dosen Ngilang, Skripsi Terbengkalai

Dosen Ngilang, Skripsi Terbengkalai

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Slice of Life
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Realita skripsi ini adalah perjuangan melawan diri sendiri, rasa malas, dan ekspektasi yang semakin hari semakin meragukan. Teman seperjuangan pun tak jauh beda, sama-sama berusaha merangkai kata dengan mata panda karena begadang. Ada kalanya, kita saling curhat tentang dosen yang suka ngilang atau revisi yang rasanya nggak ada habisnya, seolah-olah skripsi ini proyek abadi.
Rasa mager pun semakin menggoda, ibarat bisikan setan yang bilang, "Cuma lima menit lagi rebahan, terus lanjut nulis," tapi nyatanya, lima menit itu berubah jadi lima jam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 34

Indikator Kepercayaan

Menurut Chulaifi dan Setyowati indikator-indikator yang terdapat dalam konsep kepercayaan meliputi:

1. Kepercayaan terhadap pelayanan karyawan.

2. Kepercayaan terhadap kualitas fasilitas yang disediakan.

3. Kepercayaan akan tingkat jaminan keamanan.

Gambar 1.2

Indikator Kepercayaan

Kepercayaan terhadap pelayanan karyawan

Kepercayaan Terhadap Kualitas Fasilitas Yang Disediakan disediakan

Kepercayaan Akan Tingkat Jaminan Keamanan.

Sumber: Chulaifi dan Setyowati. (2018)

(Sebenernya tiga indikator itu ada kotaknya masing-masing. Dan dari masing-masing indikator itu ada anak panah yang ngarah ke kotak yang tulisanya kepercayaan)

***

Aku sering kali terjebak dalam pikiran yang berputar-putar, mencoba memahami segala hal yang terjadi di antara kita. Rasanya seperti berjalan di lorong gelap tanpa akhir, tanpa tahu arah yang harus diambil. Aku merasa terabaikan, dan betapa pun aku berusaha untuk tidak memikirkannya, rasa sakit ini selalu kembali.

Aku ingin bercerita kepadamu, mengungkapkan semua yang mengganggu pikiranku, tetapi aku tahu betapa dalamnya kecewa yang mungkin kamu rasakan. Setiap kali aku berpikir tentang betapa jarangnya kita berkomunikasi, hatiku terasa nyeri.

Kamu tidak pernah lagi menghubungiku, tidak pernah lagi bertanya tentang keadaanku. Aku merasa seolah terjauhkan dari kehidupanmu, dan setiap pesan yang kutulis hanya dibaca tanpa balasan.

Kita sudah hampir dua bulan tidak berbicara. Dalam waktu yang begitu lama, rasa kangen ini semakin menyiksa. Ada begitu banyak hal yang ingin kubagikan kepadamu, tetapi merasa seperti hanya menambah beban yang sudah ada.

Keberadaanmu dalam hidupku seolah perlahan menghilang, dan aku tak bisa memahami mengapa semua ini terjadi. Aku merindukan saat-saat kita dulu, ketika komunikasi kita mengalir begitu lancar, penuh tawa dan dukungan.

Mungkin kamu merasa marah atau kecewa, dan aku benar-benar mengerti jika itu yang membuatmu menjauh. Tapi rasa sakit ini sulit untuk digambarkan.

Aku merasa seperti telah kehilangan bagian penting dari diriku sendiri.

Aku mencoba untuk tetap tegar dan maju, tapi kadang-kadang rasa kesepian ini terlalu kuat untuk diatasi sendirian. Aku benar-benar ingin berbagi semuanya denganmu—rasa kangen, kerinduan, dan semua emosi yang membebani hatiku—tetapi aku merasa terjebak dalam rasa malu dan takut akan penolakan.

Jadi, di sini aku, merasa sangat tertekan dan kesepian, berharap suatu hari nanti akan ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Aku hanya bisa berharap bahwa ada cara untuk menjembatani jarak yang telah terbentuk di antara kita, dan mengembalikan kehangatan yang dulu kita miliki.

Aku ingin kamu tahu betapa aku merindukanmu dan betapa pentingnya kamu bagiku, meskipun saat ini semua itu terasa seperti kenangan yang semakin jauh.

***

Dapat disimpulkan indikator minat konumen adalah sebagai berikut:

a. Drongan/motivasi

b. Keinginan untuk mencoba

c. Memutuskan untuk membeli

Gambar 1.3

Indikator Minat Konsumen

Dorongan/Motivasi

Keinginan Untuk Mencoba

Minat Konsumen

Keinginan Untuk Membeli

Sumber: Aisyah, (2017)

(Sebenernya tiga indikator itu ada kotaknya masing-masing. Dan dari masing-masing indikator itu ada anak panah yang ngarah ke kotak yang tulisanya kepercayaan)

***

Di bab II kajian teori, aku memulai dengan meletakkan konsep-konsep dasar tentang harga, kepercayaan, dan minat konsumen.

Awalnya, aku merasa sudah cukup dengan ketiga elemen ini, tapi seiring berjalannya waktu dan dengan sedikit pencerahan yang aku dapat, aku menyadari bahwa aku perlu mengembangkan topik ini lebih jauh.

Aku menambahkan pembahasan tentang pengaruh harga terhadap minat konsumen dan pengaruh kepercayaan terhadap minat konsumen.

Saat aku bekerja di bab ini, aku sebenarnya sedang menghadapi banyak masalah pribadi. Bukan hanya tentang perasaan hati, tetapi juga berbagai hal lain yang berat dan sulit untuk kujelaskan. Rasanya sangat membebani dan membuatku merasa sedih.

Namun, di tengah semua itu, aku mencoba untuk tetap fokus pada skripsi. Aku mulai mengalihkan perhatian dari masalah pribadi dengan menyibukkan diri pada pekerjaan ini.

Meskipun tidak sepenuhnya berhasil, setidaknya aku merasa ada kemajuan karena aku tidak terlalu terjebak dalam pemikiran yang membuatku merasa tertekan.

***

Aku bertemu dengan salah satu temanku baru-baru ini, dan kami memutuskan untuk saling berbagi cerita tentang skripsi yang sedang kami kerjakan.

Temanku tampaknya penasaran tentang hipotesis yang aku gunakan dalam penelitian.

“Kamu serius dengan hipotesisnya, h0 (hipotesis nol) sama h1 (hipotesis alternatif)?” tanyanya dengan nada penasaran.

Saat itu, aku merasa sedikit tidak yakin, tapi karena skripsi yang ku jadikan patokan mengikuti format yang sama, aku hanya menjawab, “Iya.”

Aku bisa merasakan keraguan dalam diriku sendiri, tetapi berusaha untuk terlihat yakin di depan temanku.

Temanku kemudian menggelengkan kepala, seolah merasa prihatin dengan apa yang ku kerjakan.

“Waktu itu aku juga seperti kamu, dengan h0 dan h1, tapi katanya itu terlalu rumit, jalannya juga terlalu panjang,” ucapnya dengan nada yang penuh penyesalan.

Dia lalu melanjutkan dengan menjelaskan pengalamannya, “Aku disarankan oleh dospemku untuk mengganti hipotesis itu dengan yang lebih sederhana, supaya nantinya aku enggak pusing sendiri.”

***

Temanku menatapku dengan serius, dan pertanyaan selanjutnya membuatku merasa seperti sedang berada dalam simulasi sidang. “Populasi kamu berapa banyak?” tanyanya, dengan nada serius yang menuntut jawaban yang jelas.

Aku sedikit tertegun. Selama ini, aku memang paham sedikit tentang perbedaan antara populasi dan sampel. Populasi adalah jumlah keseluruhan yang ingin kita teliti, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang kita jadikan responden dalam penelitian. Namun, saat ditanya tentang detailnya, aku merasa sedikit tersesat.

“Kalau untuk banyaknya aku belum tahu berapa, tapi targetku masyarakat RT 5-8,” jawabku, mencoba terdengar yakin meskipun aku sebenarnya tidak sepenuhnya percaya diri dengan jawabanku.

Temanku mengangguk, seolah mencoba memahami jawaban ku. Namun, pertanyaan berikutnya membuatku semakin merasa seperti berada dalam simulasi sidang.

“Teknik pengambilan sampel kamu kayak apa?” tanyanya, menambahkan lapisan kompleksitas pada diskusi kami.

Aku merasa keringat dingin mulai membasahi dahiku. Aku tahu bahwa teknik pengambilan sampel adalah hal penting dalam penelitian, tetapi saat ini aku merasa belum sepenuhnya siap untuk menjelaskan secara mendetail.

Di satu sisi, aku ingin memberikan jawaban yang memadai, tetapi di sisi lain, aku merasa bingung bagaimana menjelaskan metode yang akan aku gunakan.

"Aku pakai teknik Simple Random Sampling sama Convenience Sampling," kataku, berusaha menjelaskan metode yang aku rencanakan.

Dia mengangguk, lalu melanjutkan, "Aku juga waktu itu sama kayak kamu, pakai kedua teknik itu. Tapi, dospemku menyarankan untuk mengganti metode."

"Kenapa?" tanyaku, penasaran.

"Kalau Simple Random Sampling itu butuh daftar lengkap dari seluruh populasi, yang seringkali sulit didapatkan. Selain itu, teknik ini juga bisa menghabiskan biaya dan waktu yang lebih banyak, terutama jika populasinya sangat besar. Misalnya, jika kamu menargetkan populasi yang luas dan tidak memiliki daftar lengkap, teknik ini akan sangat merepotkan," jelasnya, memberikan penjelasan yang lebih mendalam.

"Dan kalau Convenience Sampling, walaupun lebih mudah diterapkan dan lebih murah, teknik ini juga memiliki kekurangan. Teknik ini enggak selalu cocok untuk diterapkan di populasi yang besar karena kamu cuma memilih sampel berdasarkan kemudahan akses. Ini bisa menyebabkan bias yang signifikan jika populasi yang sebenarnya sangat bervariasi."

1
Delita bae
hadir semangat pagi😁
anggita
like👍☝tonton iklan. moga lancar berkarya tulis.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!