Ditaklukkan Gadis Tengil

"EHEM ... " Zafa sejenak berdiri dan menarik napas. "Aku tidak menyangka setelah sekian lama kita akhirnya bisa berkumpul lagi di sini. Hari ini, aku ingin mengutarakan niatku untuk menjadikan Star sebagai istriku. Ku harap kalian semua mau mendoakanku."

"Kami akan mendoakanmu, Kak. Berbahagialah." Semua adik-adik Zafa menjawab serentak. Dian, Gerry dan Arini hanya memberikan senyuman sebagai wujud dukungannya.

Mereka semua menikmati makan malam itu dengan penuh suka cita. Lionel merasa senang karena Star akan memiliki banyak saudara.

Selesai acara makan malam itu, Star langsung masuk ke kamar. Sedangkan Zafa sekarang sedang berada di ruang kerja papanya bersama Zafia, Zico dan Raiden juga paman Star.

"Ada apa Zaf? Apa ada yang ingin kalian bicarakan?"

"Ya, ada yang ingin aku katakan. Maaf jika mungkin aku terlalu dalam memasuki urusan pribadi keluarga kalian, tapi aku harus melakukannya karena semua masalah itu menyangkut nyawa calon istriku."

"Tidak masalah, maaf jika masalah keluargaku cukup rumit," kata Lionel dengan wajah canggung.

"Aku dan saudaraku sudah menyelidiki semuanya."

Lionel menatap Zafa dengan raut wajah bingung. "Menyelidiki apa?"

"Apa uncle tahu jika sebenarnya uncle dan ibu Star bukan putri dari Bertha? Kalian tidak ada hubungan darah sama sekali dengannya," kata Zafa menatap wajah Lionel penuh dengan keyakinan. Lionel seketika menegang.

"A_apa maksudnya? Aku dan Arabella bukan anak mommy-ku?"

"Itu benar. Tuan Kleiner memang ayahmu, tapi Bertha bukanlah ibu kandungmu."

"Da_dari mana kalian tahu? Aku bahkan selama ini tidak mengetahuinya," tanya Lionel. Jujur dirinya masih tak percaya dengan kabar yang dia dengar hari ini.

Zafa menyerahkan amplop hasil penelusuran anak buahnya kemarin. Dia menyerahkannya pada Lionel.

"Uncle bisa membaca semua informasi yang ada di sana. Aku buru-buru menikah dengan Star juga agar aku bisa leluasa melindunginya."

Lionel menerima berkas itu dengan tangan gemetaran. Dia yang memang tidak pernah berburuk sangka terhadap siapapun kini justru langsung di hadapkan dengan kabar yang sangat mengejutkan.

Pria yang berusia hampir setengah abad itu mengeluarkan berkas yang ada di dalam amplop yang dia pegang.

Mata Lionel menatap nanar semua informasi yang dia terima. Jadi selama ini, inilah alasannya kenapa dia dan Arabella selalu mendapat perlakuan berbeda.

Entah Lionel harus bersyukur atau justru merasa miris dengan kenyataan ini. Adiknya Arabella bahkan tidak pernah merasakan kebahagiaan sepanjang usianya.

Lionel mengusap matanya yang memburam. Air mata yang jarang keluar kini menetes tanpa bisa ditahan olehnya.

Zafia menatap paman Star dengan tatapan iba. Sedangkan Zafa, Raiden dan Zicco hanya diam dengan tatapan datar.

"Ja_di ibuku masih hidup?"

"Ya, Menurut informanku, ibu uncle adalah keturunan bangsawan dari Spanyol. Sampai sekarang dia masih terus mencari keberadaan uncle dan mommy Star."

Lionel tersenyum getir. Dia mengusap sudut matanya. Bagaimana orang asing yang ada di depannya bisa mendapat informasi sedetail ini?

"Kalian benar-benar hebat," ucap Lionel memuji.

"Maaf jika kami terlalu dalam masuk ke ranah privasi kalian, tapi percayalah ini semua semata demi melindungi Star dan uncle."

"Ya, terima kasih untuk semua informasi ini. Jikalau pun aku harus mati nanti, aku sudah tidak akan mati penasaran kenapa ibuku membeda-bedakan aku dan Damian."

"Uncle akan panjang umur. Nanti setelah aku dan Star menikah, aku akan ajak uncle untuk menemui nenek Cecilia."

"Aku tidak tahu lagi harus mengatakan apa selain ucapan terima kasih," kata Lionel tulus.

...****************...