“Ah. Jangan tuan. Lepaskan saya. Ahhh.”
“Aku akan membuatmu mendesah semalaman.”
Jasmine Putri gadis kampung yang berkerja di rumah milyarder untuk membiayai kuliahnya.
Naas, ia ternoda, terjebak satu malam panas bersama anak majikannya. Hingga berakhir dengan pernikahan bersama Devan anak majikan tampannya.
Ini gila. Niat kuliah di kota malah terikat dengan milyarder tampan. Apakah Jasmine harus bahagia?
“Aku tidak akan pernah menerima pernikahan ini,” tekan Devan frustasi menikah dengan pelayan.
“Aku harus menemukan dia.” Kenang Devan tentang gadis misterius yang menyelamatkan tiga tahun lalu membuatnya merasa berhutang nyawa.
Bagaimana pernikahan Jasmine dengan Devan anak majikannya yang dingin dan jutek namun super tampan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon She Wawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan
“Meniduri pelayan adalah aib yang sangat memalukan. Bagaimana cara agar nama baik keluarga Raditya tidak hancur karena kejadian ini!” kilas kenangan beberapa saat lalu.
Di ruangan rumah sakit, Jasmine duduk merenung dengan kepala tertunduk, meremas kedua tangannya di atas paha. Irama jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.
Pikiran Jasmine mengudara di atas kepala tentang apa yang telah Ia lalui bersama dengan Devano Kaisar Raditya yang notabene anak majikannya.
Jasmine adalah gadis desa yang datang ke kota untuk menempuh pendidikan namun Kenapa dia malah harus terjebak skandal dengan anak pemilik rumah.
"Sah!"
Satu kata sah membuat Jasmine tersentak dari lamunannya. Tubuhnya seketika merosot lemas. Kini dia telah menjadi istri dari Devano Kaisar Raditya pemuda tampan bergelar Ceo Maxwork.
Oh Ya Tuhan, keberuntungankah ini atau kemalangan? Haruskah dia bersyukur menikah dengan pemuda sempurna seperti Devan?
Sama seperti Jasmine, Devan yang duduk di sampingnya, baru saja melepaskan jabat tangan seorang lelaki yang bertindak sebagai wali hakim untuk mengikrarkan ijab qabul dengan pelayan yatim piatu yang katanya hanya memiliki nenek di dunia ini.
Devan terlihat memasang wajah dingin. Tak ada gurat senyum bahagia khas pengantin baru di wajahnya. Dia menjanjikan mengiyakan menikah untuk kesehatan papanya yang telah berbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit akibat terguncang kejadian satu malam dengan pelayan.
Dan kini malah terjebak menikah untuk secepatnya. Ahh, Sial.
Kilas beberapa saat lalu terkenang saat papanya harus di larikan ke rumah sakit karena syok dengan apa yang telah ia lihat.
Ya ampun, siapa yang tidak terkejut anak tunggal kebanggaan, tumpuan harapan tidur dengan pelayan. Dunia serasa runtuh.
“Kau telah melakukan hal yang tidak pantas! Begitu banyak wanita kenapa harus pelayan di rumah ini,” ucap Bagas Raditya dengan lemah berbaring di ranjang rumah sakit.
“Maaf Pa,” ucap Devan dengan rasa sesal. Oh andai ia tidak mabuk dan membuktikan dia lelaki normal, ini semua tidak akan terjadi. Ia tuduhan bahwa ia pria tak normal membuat harga dirinya terluka hingga melampiaskannya ke alkohol.
“Tapi papa jangan pikirkan itu dulu. Pikirkan kesehatan papa. Papa akan menerima pengobatan terbaik di luar negeri. Aku akan mengurus keberangkatan papa ....” ucap Devan.
“Kau harus menikahinya,” sela Bagas mengambil keputusan.
Apa ... menikah.
Bak di sambar petir di siang bolong Devan mendengar keputusan Bagas.
Menikah dengan pelayan! Oh tidak mungkin.
“Pa. Berikan saja dia uang yang banyak. Toh papa sudah melihat aku membuktikan jika aku tidak seperti yang papa tuduhkan. Aku lelaki normal,” ucap Devan.
Bagas menarik napas panjang. Menyesalkan mengapa Devan melakukan pembuktian kepada pelayan di rumahnya.
“Kalian telah tidur bersama, melakukan hal yang tidak pantas. Bagaimana jika nanti perempuan itu sampai hamil! Papa tidak mau dia, mengandung penerus keluarga Raditya tanpa adanya pernikahan," jelas tuan Bagas.
"Pa, aku tidak ingin menikah!”
“Kau harus bertanggung jawab dengan apa yang telah kau lakukan! Jangan membantah lagi!” tekan Bagas sembari menekan dadanya yang terasa sakit.
“Devan. Pikirkan kesehatan papamu. Jangan berdebat dengan papamu lagi,” sosor Maylin perempuan yang berstatus ibu sambung yang sejak tadi mendengar pembicaraan mereka. Raut wajahnya memasang cemas.
Tangan Devan terkepal. Suara perempuan itu membuatnya seakan ingin meledak. Namun ia harus menahan diri. Ia tidak mau kesehatan papanya terganggu.
Devan menarik napas berat mencoba menguasai dirinya.
“Pa. Baiklah. Aku akan menikah setelah papa pulih sepenuhnya,” ucap Devan putus asa. Mengiyakan menikah saja, rasanya dia ingin gila apalagi harus menikah dengan pelayan.
“Kau tidak perlu menunggu kondisi papa membaik. Papa ingin kau menikah sekarang. Papa tidak ingin kau menundanya. Lebih cepat lebih baik,” balas Bagas. Ada kecemasan menggelayut di hatinya. Devan akan berubah pikiran jika dia menunda.
“Pa,” sangkal Devan.
“Van. Turuti keinginan papamu. Agar mama secepatnya bisa membawa papamu ke luar negeri untuk menjalani pengobatan,” sela lagi Maylin.
Devan mengeram semakin mengepal buku-buku tangannya terlihat memutih mencoba menahan amarahnya saat ibu tirinya lagi-lagi ikut campur bahkan mendesaknya. Tatapan Devan penuh dengan kilat amarah pada ibu tirinya.
Namun saat ini dia bisa apa? Nyawa papanya menjadi taruhan.
Dan di sinilah dia sekarang ruang perawatan yang telah di sulap menjadi tempat pernikahan. Tubuh Devan merosot lemah, pandangannya kosong. Apa yang telah dia lakukan, dia baru saja mengikrarkan pernikahan. Dia benar-benar telah menikah dengan pelayan ini.
Oh sungguh Devan berat menerima kenyataan ini.
Bagaimana selanjutnya?
Like, Coment,vote ....