Di usianya yang masih muda dia dinyatakan tidak bisa berkultivasi, semua orang menyebutnya sebagai sampah, pecundang. Tapi siapa yang mengira, setelah menjalani hidup di bawah bayang bayang hinaan dan makian selama bertahun-tahun dia akan mendapatkan sebuah berkah.
Menemukan sebuah peninggalan yang mengubah seluruh jalan hidupnya, peninggalan dari sesosok yang kemudian ia anggap sebagai guru.
Selalu berusaha menjadi lebih kuat, demi mempertahankan yang namanya keluarga. Melindungi orang tua dan juga orang terkasihnya.
Ini adalah perjalanan pemuda Klan Zhou, bernama Zhou Fan. Dengan pedang pusaka di punggungnya yang ia temukan di makam kuno, dia mengarungi dunia kultivator. Mulai mengukir namanya sebagai Legenda Petarung.
Pantengin terus kisah perjalanan Zhou Fan menuju puncak, jadilah saksi sebuah legenda tercipta...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter... 6 : Meminta Restu
Setelah mendengar cerita dari ayahnya, Zhou Fan kepikiran untuk pergi berlatih di hutan mati.
Mental bertarungnya akan terasah jika ia berhadapan dengan situasi berbahaya dan itu dapat diwujudkan di hutan mati, pikir Zhou Fan.
Zhou Fan pun memutuskan untuk membicarakan niatannya kepada orang tuanya nanti.
***
Di kediaman Zhou Hu, terlihat tiga orang sedang makan siang di ruang makan.
Zhou Fan makan siang bersama dengan kedua orang tuanya, tak ada sepatah katapun keluar, hanya suara mengunyah dan benturan alat makan.
Setelah beberapa saat mereka bertiga
sudah menyelesaikan acara makan siang bersamanya, Zhou Fan merasa bahwa saat ini adalah saat yang tepat untuk meminta izin pada kedua orang tuanya itu.
Melihat kedua orang tuanya akan beranjak dari duduknya, Zhou Fan pun angkat bicara.
"Ayah, Ibu ada suatu hal yang harus Zhou Fan
bicarakan dengan kalian berdua."
Sang ibu yang merasa anaknya akan membicarakan suatu hal yang penting pun mendekati anaknya.
"Ada apa Fan'er, sepertinya sangat penting?" tanya Zhou Qian pada anaknya sambil mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi yang berada di sebelah Zhou Fan.
Zhou Hu yang mendengar anaknya ingin berbicara suatu hal penting pun hanya duduk diam ditempatnya.
"Mmm... aku akan berlatih," ucap Zhou Fan ragu.
"Kalau kau ingin berlatih ya berlatih saja,"
ujar Zhou Qian santai.
"Bukan itu maksudku Ibu, aku ak...," ucap Zhou Fan terpotong oleh ibunya.
"Oh, apakah kau ingin dilatih oleh ayahmu?"
tanya Zhou Qian lagi.
Zhou Hu yang melihat anaknya merasa kesulitan menjelaskan maksudnya pun
mulai angkat suara.
"Istriku, apakah kau bisa memberikan sedikit waktu untuk anakmu menyelesaikan ucapannya?" ucap Zhou Hu sambil menatap istrinya itu.
"Eh.... hehehe." Zhou Qian yang menyadari kesalahannya pun hanya tertawa canggung.
"Baiklah... lanjutkan bicaramu Fan'er," ujar Zhou Hu sambil beralih menatap anaknya.
Mendengar ucapan ayahnya, Zhou Fan pun mulai berbicara.
"Ayah, Ibu, Fan'er ingin berlatih di hutan mati," ucap Zhou Fan cepat.
Zhou Hu dan Zhou Qian yang mendengar
keinginan putranya pun terkejut dan menatap lekat lekat mata putra semata wayangnya, mereka ingin melihat sorotan mata anaknya apakah ia sedang bercanda atau tidak.
Tapi setelah melihat mata Zhou Fan yang memperlihatkan tekad kuat yang ia miliki.
Sepertinya anak ini bersungguh sungguh, pikir keduanya.
Mereka saling lempar pandang satu sama lain, seolah olah mereka sedang berdiskusi
tentang hal tersebut.
Mereka sebenarnya enggan untuk mengizinkan Zhou Fan untuk pergi
ke hutan mati, tapi setelah melihat tekad yang dimiliki oleh Zhou Fan mereka merasa tidak tega hati untuk menghalangi usaha anaknya untuk menjadi kuat.
Tapi jika mereka mengizinkan Zhou Fan untuk pergi ke hutan mati tentu saja mereka mengkhawatirkan keselamatan Zhou Fan, bagaimana tidak hutan mati adalah hutan terlarang yang ada di perbatasan Klan Zhou dengan Klan Ling, hutan ini juga menjadi daerah pemisah antara Kota Batu Hitam dengan Kota Kapur Putih
Ada rumor mengatakan bahwa jika ada seseorang yang memasuki lapisan dalam hutan mati dipercaya orang itu tidak akan kembali, jika seorang dengan kultivasi tingkat petarung master memasuki lapisan luar hutan mati, orang itu akan terluka parah jika ia tak beruntung.
Di hutan mati terdapat banyak beast berkeliaran bahkan di lapisan luar nya saja banyak beast tingkat 1 yang setingkat dengan petarung pemula, beast tingkat 2 yang setingkat dengan petarung mahir dan beberapa beast tingkat 3 yang setingkat dengan petarung master.
Jika seseorang mencoba memasuki lapisan dalam hutan mati orang itu akan berhadapan dengan beast tingkat 4 ke atas yang memiliki kekuatan minimal setingkat grand master.
Melihat kedua orang tuanya yang saling pandang Zhou Fan pun batuk dengan sengaja.
"Ehem.... Ayah dan ibu tidak perlu khawatir, Zhou Fan hanya akan memasuki lapisan terluar hutan mati," ucap Zhou Fan menyakinkan orang tuanya.
"Meskipun itu adalah lapisan hutan mati terluar, di sana juga berbahaya untukmu." Zhou Hu berpendapat dan mendapati anggukan dari istrinya.
"Ayah, aku akan meningkatkan kekuatan fisikku di sana, lapisan terluar hutan mati adalah tempat yang cocok untukku," ucap Zhou Fan dengan yakin.
"Percayalah jika aku tak bisa mengalahkan beast itu aku akan bisa melarikan diri dari beast itu, lariku kan sangat cepat," ucapnya lagi dengan bangga.
"Kalau begitu kapan kau akan berangkat?" tanya Zhou Hu pada anaknya.
"Mungkin aku akan berangkat seminggu lagi,
aku butuh waktu untuk mempersiapkan segala kebutuhan yang akan aku bawa ke hutan mati," jawab Zhou Fan.
Saat Zhou Qian ingin berbicara pada anaknya untuk membujuk anaknya supaya membatalkan niatnya, ucapannya terpotong oleh suaminya.
"Baiklah jika itu keputusan yang kau ambil, ayah hanya berharap kau bisa menjaga dirimu baik baik." Zhou Hu berpesan kepada anaknya.
Mendengar persetujuan dari ayahnya ia beralih menatap ibunya, berharap ia mendapatkan restunya.
Zhou Qian yang ditatap anaknya dengan tatapan memelas pun hanya bisa mendengus kesal.
"Huh....baiklah ibu mengizinkanmu, tapi
ibu hanya mengizinkanmu selama seminggu di sana," ucap Zhou Qian pasrah.
Zhou Fan yang tadinya senang karena ibunya mengizinkannya, menampilkan wajah kecewa saat mendengar ucapan ibunya setelahnya.
"Ah ibu, mana cukup waktu seminggu, setidaknya aku membutuhkan waktu tiga tahun untuk berlatih di sana," ucap Zhou Fan yang kembali menampakkan wajah memelas.
"Satu bulan?" tawar Zhou Qian pada anaknya.
"Tidak, bagaimana kalau dua tahun!" Ucap Zhou Fan memberikan penawaran pada ibunya.
"Cukup! apa kalian akan terus berdebat?" Zhou Hu yang dari tadi diam pun sekarang sudah merasa kesal dengan tingkah istri dan anaknya itu.
"Fan'er boleh tinggal selama satu tahun, bagaimana?" tanya Zhou Hu sambil menatap kedua orang yang sekarang sedang di depannya.
"Baiklah, ibu akan memberimu waktu satu tahun di sana," ucap Zhou Qian pasrah.
Setelah mengatakan itu ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju ke kamarnya.
"Ibu memang yang terbaik," seru Zhou Fan dengan senang karena mendengar persetujuan dari ibunya, kemudian ia menuju kamarnya.
Zhou Hu yang melihat tingkah anaknya pun hanya bisa geleng geleng kepala, kemudian ia menyusul istrinya yang berada di kamarnya.
***
Di dalam kamar Zhou Qian dan Zhou Hu, sekarang Zhou Hu sedang di interogasi oleh istrinya.
"Kenapa kau menyetujuinya?" tanya Zhou Qian sambil menatap tajam suaminya itu.
"Mungkin aku merasa keputusan ini sudah tepat," ucap Zhou Hu santai tanpa memperdulikan tatapan tajam istrinya.
"Apakah kau tidak mengkhawatirkan Fan'er, dengan menyetujui keinginannya itu?" tanya Zhou Qian yang mengkhawatirkan putranya.
Zhou Qian sekarang benar benar kesal karena melihat tanggapan sang suami yang seolah olah tidak khawatir dengan keselamatan anaknya.
"Apakah kau tidak percaya pada anak kita?"
Bukannya menjawab pertanyaan istrinya, Zhou Hu malah memberikan pertanyaan kepada Zhou Qian.
Zhou Qian terdiam, suaminya benar, seharusnya ia percaya pada anaknya, Zhou Fan tidak mungkin membahayakan keselamatannya tanpa pertimbangan yang matang.
Melihat istrinya terdiam Zhou Hu mendekati istrinya.
"Sudahlah, tidak perlu di pikirkan." Zhou Hu berusaha menenangkan istrinya.
"Ayo kita tidur!" ucapnya lagi mengajak istrinya.
Dan itu pasti putri tuan kota, awalnya aja marah2 tapi cuma modus untuk menutupi rasa malu ngintip cowo mandi ... SIAPA YG CABUL...???