Pernikahan kekasihnya dengan seorang Panglima membuat Letnan Abrileo Renzo merasakan sakit hati. Sakit hatinya membuatnya gelap mata hingga tanpa sengaja menjalin hubungan dengan putri Panglima yang santun dan sudah mendapat pinangan dari Letnan R. Trihara. R. Al-Ghazzi.
Disisi lain, Letnan Trihara yang begitu mencintai putri Panglima pun menjadi patah hati. Siapa sangka takdir malah mempertemukan dirinya dengan putri wakil panglima yang muncul di tengah rasa sakit hatinya yang tak terkira. Seorang gadis yang jauh dari kata santun dan kekanakan.
KONFLIK TINGGI, HINDARI jika tidak tahan dengan cerita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Menahan diri.
"Ayolah Bang, pinjami Bang Sat uang..!! Atau kalau Abang memang nggak punya uang, Titis pinjami saja dari uang seserahan dan Mahar pernikahan." Kata Rintis.
"Ifa juga punya uang seserahan dan uang Mahar pernikahan." Sambar Ifa.
"Nggak..!!" Secepatnya Pratu Putra menarik lengan Latifah agar berdiri di sampingnya.
"Jangan..!!" Jawab Bang Hara cepat. Bang Hara menyentil bibir mungil sang istri lalu memelototi nya. "Uang mahar pernikahan hanya Abang ikhlaskan untuk kamu pakai, untuk membeli apa yang kamu mau. Bukan untuk membantu orang lain..!!"
"Kalau begitu bantu lah, Bang..!!" Kata Rintis kemudian.
Bang Satyaki tertawa terbahak mendengarnya. Melihat seorang Trihara begitu kerepotan adalah hal yang sangat langka. Mungkin bisa di katakan hari ini adalah hari pertama kali dirinya melihat seorang Danki begitu gelisah menahan diri.
Entah kenapa seorang Satyaki sangat menyukai melihat Trihara marah tanpa bisa balik melawan.
"Iya, Har..!! Aku benar tidak punya uang." Kata Bang Satyaki memelas dengan tawa yang di tahannya dengan kuat.
"Kau ini sengaja atau bagaimana? Juragan kebun karet bisa tidak punya uang?????" Tegur Bang Hara. Ia tau betul sebenarnya seorang Satyaki tidak mungkin berkantong cekak. Hanya saja memang sahabatnya itu amat suka mengerjai kawannya.
Pratu Putra sudah memelototi sang istri yang juga sudah merengek ingin 'berbagi tali kasih' untuk Kapten Satyaki.
Wajah Rintis sudah berkerut kesal. Jelas saja Bang Hara seketika lemah dan tidak tega melihatnya apalagi mereka berdua baru saja baikan.
"Mana nomer rekening mu. Aku transfer sekarang." Jawab Bang Hara pada akhirnya.
"Yeeeeyy.. akhirnya Abang mau bantu guru besar." Senyum Rintis pun merekah.
Latifah tak kalah bahagianya melihat gurunya mendapatkan pertolongan dari Bang Hara.
"Selamat untuk guru besar dan Mbak Shari. Nanti bawakan nasi kuning sambal teri lagi ya, Guruuu..!!" Ucap Rintis penuh semangat.
"Ifa juga tunggu nasi kuningnya." Celetuk Latifah.
"Amaaan.. nanti Pak Guru kirim nasi kuning setiap hari." Janji Bang Satyaki.
"Ya Allah Tuhan. Hanya karena sogokan nasi kuning, mereka bisa jadi pembangkang sama suami. Bagaimana ini, Put????" Gumam Bang Hara.
"Benar-benar rencana yang matang, Dan. Kalau sudah tertata sesuai rencana, kita bisa apa, Dan??" Jawab Pratu Putra.
"Ilmu senyap, sergap, bereskan di kamar adalah ilmu terakhir." Kata Bang Hara.
"Siap.. biar kapok, Danki..!!"
:
Rintis bersiap akan kembali pulang ke rumah, acara dadakan hari ini terbilang sukses. Namun saat akan meninggalkan tempat, Rintis melihat Rena sudah berdiri di hadapannya.
"Aku sudah tidak mengganggumu, aku sudah tidak menghubungimu, bahkan aku tidak pernah menghubungi suammu lagi. Apa kamu tidak bisa menghargai usaha kerasku untuk menjauh dari suamimu?? Apa kamu ingin aku merebutnya kembali???" Tegur Rena.
Rintis terus menatap kedua bola mata Rena yang penuh dengan kekesalan. Dirinya yang merasa tidak pernah mengadukan apapun pada Bang Hara menjadi ikut terbawa emosi.
"Manusia yang sudah bertekad menjadi baik tidak akan pernah kembali menatap masa lalunya meskipun mendapatkan caci maki, ia akan terus berusaha menjadi baik. Tapi kalau dirinya masih terus mengancam, bukankah kebaikannya hanya sekedar kata-kata belaka." Singgung Rintis pada Rena.
Rena yang mendengar sindiran tersebut merasa tersinggung. Dirinya yang memang sudah berusaha menjauh dan tidak mau tau lagi tentang Bang Hara menjadi terusik.
"Seumur hidupku, baru kali ini aku mengalah tapi tidak di hargai. Aku adalah wanita yang selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku sudah menyerahkan laki-laki yang begitu aku sayang tapi kamu tidak menghargai perjuangan ku untuk melupakan Bang Hara." Pekik Rena tidak terima ia mengangkat tangan dan melayangkannya tinggi.
"Jangan dek..!!!!" Bang Abri berusaha mencegah Rena yang hendak menampar Rintis namun tak sengaja tubuhnya menyenggol Rintis hingga istri dari Kapten Trihara terjungkal dan tertimpa pot bunga.
"Riiinn..!!" Bang Abri panik, ia melepaskan Rena begitu saja.
bruugghh..
"Renaaa..!!!!!" Pekik Bang Abri dalam situasi cemasnya.
Para anggota berlarian menghampiri. Dari kejauhan Bang Hara melihat kericuhan di sudut tenda. Ia pun ikut berlari menghampiri.
Mata elangnya seketika membulat besar. Rena sudah jatuh berdarah sedangkan Rintis mengerang kesakitan meremas perutnya. Secepatnya Bang Hara menolong Rintis.
"Ada apa ndhuk??? Kenapa kamu bisa jatuh??" Dengan sangat berhati-hati Bang Hara mengangkat Rintis.
"Rintis yang mulai sampai aku di marahi Bang Abri. Citra baik selalu mengarah padanya seolah aku wanita yang paling bercela. Pernahkah Abang tau, dia masih ada hubungan dengan sepupuku??????" Oceh Rena dalam kesakitannya.
"Kamu bicara apa, dek..!! Jangan ngawur..!!" Tegur Bang Abri.
"Tidak ada manusia yang suci. Coba saja Abang tanyakan, siapa tau yang ada di perutnya itu bukan anak Bang Hara, tapi anak Letda Radeo. Itu sebabnya, Pak Ratanca memindahkan Bang Hara kesini, agar putri kesayangannya tidak jauh dari Bang Deo." Kata Rena kemudian tak ada kata lagi dari bibirnya. Wajahnya pun memucat.
Bang Hara segera membawa Rintis menuju mobil dan Pratu Putra sigap mengikutinya dari belakang.
"Abang diam saja. Apakah Abang percaya?" Tanya Rintis sembari bersandar pada bahu Bang Hara.
"Jangan banyak bicara..!!" Pinta Bang Hara dengan ekspresi wajah datar dan tanpa ekspresi.
"Titis.............."
"Abang sudah bilang, jangan banyak bicara..!!" Nada suara Bang Hara sedikit meninggi.
Rintis tidak menjawab apapun lagi, namun tetes air matanya berjatuhan pada pakaian Bang Hara. Sesaat kemudian perutnya kembali terasa luar biasa sakitnya.
"Abaang.. sakiiitt..!!" Rengek Rintis pelan.
Bang Hara tidak menjawabnya, namun matanya berkaca-kaca membendung air mata.
.
.
.
.
semoga lancar persalinan ya.. sehat ini dn baby ya.. 🤲🏼😍