Mad Mafia Obsession

...***...

Beberapa saat setelah Juliet selesai memakai pakaian, dia mempersilahkan seorang pelayan masuk dengan roda berisi banyak makanan Italia. Di belakang pelayan itu terdapat Matteo yang beberapa saat lalu di tendang keluar oleh Juliet.

Setelah pelayan pergi, Matteo menatap Juliet dari atas kepala sampai ujung kaki. Dia tidak membuat beberapa keluhan tentang tingkah Juliet sebelumnya.

Saat dia duduk untuk makan, dia mendapat panggilan telepon. Dia bangkit kembali dan pergi menuju jendela untuk mengangkat panggilan tersebut.

Juliet memperhatikannya dalam diam. Dia tahu Matteo memang pria yang memiliki beberapa bisnis besar, namun dia tidak menyangka Matteo akan sesibuk itu. Bahkan dia harus menunda sarapannya untuk mengangkat sebuah telepon.

Pria itu berbicara dalam bahasa Italia. Juliet yang sama sekali tidak mengerti hanya sibuk dengan sendok dan garpu. Setelah Matteo menyelesaikan pembicaraan singkat dalam telepon, dia bergabung untuk sarapan.

"Setelah ini, pergilah dengan Gabriel membeli beberapa pakaian yang kau suka."

Juliet terkejut dan berhenti mengunyah makanan. Dia menyimpan sendok di piring dan mulai membersihkan mulutnya dengan tisu.

"... Begitu tiba-tiba, apa kau akan menjualku?"

Mendengar pertanyaan tak terduga dari Juliet, bibir Matteo membentuk senyuman kecil. Dia tidak mengerti kenapa Juliet menyimpulkan hal yang sangat jauh dari ucapannya barusan.

"Apa itu yang kau pikirkan setiap aku bersikap baik padamu?"

"Tidak. Hanya saja... Saat kau ingin menjual sesuatu, kau harus mendandani mereka untuk menarik pelanggan."

Matteo menertawakan jawaban Juliet. Itu konyol mengingat bagaimana dia menahan Juliet untuk tidak pergi dari sisinya.

"Aku tidak akan menjualmu. Berhenti berpikir seperti itu."

Juliet tidak membuat tanggapan setelahnya. Dia hanya menonton Matteo sarapan sampai pria itu selesai. Setelahnya, Matteo bangkit dan memakai mantel coklat, di padu turtleneck hitam. Sangat luar biasa bagaimana cara pria itu berlagak dan memamerkan kesempurnaannya.

"Gabriel akan kemari sebentar lagi. Aku ada urusan dengan Dulce."

Pria itu membuka pintu dan pergi begitu saja. Juliet di tinggalkan sendirian, menatap dengan linglung memperhatikan kepergian Matteo.

*

*

*

Setelah menunggu beberapa saat, seseorang mengetuk pintu dari luar. Juliet bangkit dan membuka pintu dengan cepat. Di sana terdapat Gabriel dengan beberapa pria kekar berjas hitam lainnya.

"Nona Prancis, kita bertemu lagi."

"Namaku Juliet."

Juliet menjawab dengan ketus. Sepertinya dia masih risih karena Gabriel pernah menyeretnya saat dia meminta bantuan pada pria asing asal Rusia.

Di perjalanan, dia terus di ikuti oleh beberapa pria kekar dengan jas hitam. Dia merasa tidak nyaman, namun di waktu yang sama dia merasa di lindungi dengan baik.

Dia masuk ke sebuah mall dan mulai memilih beberapa pakaian. Saat dia sibuk dengan beberapa pakaian yang harus dia coba, Gabriel pergi untuk mengangkat telepon.

Saat Gabriel pergi, Juliet meliriknya dari jauh. Pemikiran untuk melarikan diri kembali terbesit dalam pikiran. Saat dia masuk ke ruang ganti, dia meminta seorang pelayan untuk mendekat padanya.

"Apa ada yang bisa saya bantu?"

Pelayan itu berbicara dalam bahasa Italia. Namun, Juliet tidak mempedulikannya dan mulai berbisik.

"Bisakah kau menunjukkan jalan lain untuk keluar dari sini? Aku di--"

Sebelum Juliet berhasil menyelesaikan ucapannya, suara langkah kaki seorang pria terdengar di belakangnya. Dengan naluriah dia menoleh. Sebuah senyuman gelap tergambar dengan akurat dan membuat tubuh bergetar. Di sana bukan Gabriel, melainkan Matteo.

Pria itu memberi isyarat pada pelayan untuk segera meninggalkan mereka berdua. Setelah hanya tersisa satu sama lain di sana, dia mendekat pada Juliet dan menarik dagunya.

Juliet mendongak karena tarikan dari Matteo. Meski pria itu menariknya dengan lembut, Juliet selalu di buat sangat takut.

"... B-bukankah kau bilang kau ada urusan?"

Garis senyum di tarik dengan pasti. Pria itu tidak membuat tanggapan lain selain menunjukkan senyuman sinis yang cukup sombong.

"Tadi aku hanya--"

"Juliet."

Tubuh kecil dan rapuh itu menegang saat Matteo menyebutkan namanya. Bukan karena sebuah ancaman yang terlontar setelah sebuah nama, melainkan karena suara dingin yang menusuk seperti es runcing.

"... Apa dalam kepalamu hanya ada cara untuk melarikan diri dariku? Setidaknya, pikirkanlah sebuah kesenangan sesekali. Aku mempersilahkanmu untuk membeli apapun yang kau mau. Bahkan jika kau ingin menguras seluruh isi dalam mall ini, aku tidak keberatan."